"Aku harus memaksa si pemalas ini," Rey menunjuk Danio yang berdecak kesal karena disebut pemalas. Keduanya pun menarik kursi yang berdekatan menghadap meja panjang di ruangan berisi arsip-arsip itu. Allen menyodorkan dua lembar kertas pada Rey dan Danio untuk menulis laporan.

"Apa rencana kalian lancar?" Allen membuka pembicaraan sambil menulis laporannya. Rey mengangguk dan menyabet pena lalu mulai menulis juga.

"Sangat lancar. Hanya menunggu besok. Sudah jelas akan banyak yang menentang besok," jawab Rey sementara Danio tak berkomentar. Pemuda itu rupanya sudah mulai menulis juga. Bagus, Rey tidak perlu merancang rencana pemaksaan lagi.

*****

Malamnya, Danio berjalan cepat masuk ke dalam markas Patron. Laporan misi sudah ia selesaikan bersama Rey dan Allen sore tadi dan ia pulang sebentar. Lalu sekarang di sinilah ia, menenteng dua kantong kertas dan berjalan ke arah penjara bawah tanah—dengan seizin Azelia tentunya.

"Ah, kau sudah di sini, Danio?" Zachary berpapasan dengan Danio di tangga batu menuju penjara bawah tanah. Danio hanya tersenyum singkat lalu Zachary menepuk pundaknya dan berlalu berjalan menaiki tangga.

Danio melihat tiga penjaga yang melakukan tugasnya di bawah tanah dan hanya menatap tak acuh padanya yang segera berbelok menuju tempat Scarlea ditahan. Tak lama kemudian pemuda itu sampai. Ia melihat Scarlea sedang duduk di ranjang dengan dipan kayu dan sprei lusuh itu. Lalu pandangan Danio menangkap keberadaan nampan berisi makanan dan minuman yang tidak tersentuh di sudut ruangan.

"Kau tidak berniat memakannya?" ucapan Danio berhasil membuat gadis itu mendongak dan menatapnya dengan tatapan datar tanpa suara dari bibirnya.

"Mau makan denganku?" Danio mengacungkan dua kantong kertas dan menggoyangkannya. Gadis itu tersenyum tipis. Lalu berjalan mendekat.

"Roti isi coklat dan ayam, baru diangkat dari oven. Masih hangat,"tutur Danio lagi. Gadis itu tertawa kecil. Akhirnya, setelah tadi pagi ia murung dan kacau. Gadis itu pun duduk di dekat jeruji besi dan bersandar pada tembok. Begitu juga Danio namun ia berada di luar jeruji besi, tak peduli jika harus duduk di lantai batu yang dingin.

"Berikan yang coklat," ujar Scarlea mengulurkan tangan lalu Danio memberikan roti berbentuk lingkaran berukuran sedang itu. Danio melempar senyuman singkat melihat gadis itu antusias menerima rotinya. Gadis itu masih tetap menyukai segala macam roti.

"Aku jadi ingat waktu kita makan bersama-sama di perpustakaan. Apa Terry baik-baik saja?" tanya Scarlea.

"Dia mengkhawatirkanmu. Rey dan kakek juga. Kau tidak sendirian lagi, kau tahu?" jawaban Danio membuat Scarlea tersenyum lagi lalu menunduk. Gadis itu menangis. Kali ini bukan kesedihan, ia terharu. Ia tak pernah menyangka jika akan ada orang yang menerimanya sebagai dirinya sendiri.

"Danio ... apa aku benar-benar bisa bebas?" tanya Gadis itu sambil mengusap air matanya. Roti coklat di tangannya masih utuh. Ia masih terlalu emosional.

"Pasti. Kami akan berusaha mengeluarkanmu, jadi bersabarlah sedikit. Mungkin kelihatannya akan sulit, tapi kita perlu mencobanya. Kau tidak bersalah, Scarlea. Kau tidak layak berada di sini, apalagi di Dementhos. Tidak."

"Terima kasih. Kuharap besok akan menjadi hari yang indah," lalu dengan senyuman, Scarlea menatap rotinya dan menggigitnya dengan semangat.

"Jadi kalian hanya makan berdua di sini? Wah, keterlaluan kalian!" Danio dan Scarlea sontak menoleh ke sumber suara. Rey berkacak pinggang di sana dan di sebelahnya Terry berdiri menenteng dua buah kantong berukuran cukup besar.

"Kak Rey, Terry!" panggil Scarlea. Ia tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Bagaimana kau tahu aku kemari?" tanya Danio. Rey menyeringai dan berjalan mendekat bersama Terry. "Sepertinya kita sehati. Aku juga berniat kemari sebelum hari esok, ternyata Terry juga dan kami bertemu di resepsionis. Aku melihatnya meminta izin untuk kemari," jelas Rey.

NECROMANCER [TAMAT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin