Kenyataan

13 1 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

 "Ternyata berhasil!" pekik gadis bersurai coklat tua itu lalu mengenakan tudung jubahnya dan memeriksa kalungnya. Kalung berbandul batu kuning itu menggantung apik di lehernya.

Scarlea mengangkat lenteranya sejajar dengan kepalanya dan segera berjalan menuju arah yang waktu itu ia tempuh. Ia berharap tidak tersesat dan menemukan goa besar itu lagi. Kali ini ia berjalan lebih cepat seakan tidak ingin membuang-buang waktu untuk memastikan. Sekalipun ada kemungkinan jika ia tidak bisa keluar dengan kalung itu. Karena yang penting baginya sekarang adalah memastikan bahwa kedua orang tuanya tidak terlibat dengan hal keji.

Gadis itu pun memacu langkahnya dengan cepat—hampir berlari sambil mengamati pepohonan di sekitarnya.

"Aku yakin ini versi lain Maleybre. Tapi bagaimana bisa waktunya berbeda di sana dan di sini?" pertanyaan itu terus saja berputar di kepalanya sejak ia tahu jika kedua hutan itu memiliki kesamaan jenis tanaman dan suasana, yang berbeda hanyalah waktu. Seakan hutan ini berada di belahan dunia lain.

Setelah menempuh perjalanan yang tidak selama sebelumnya, gadis itu kini berada tak jauh dari goa besar yang mulut goanya sudah terlihat jelas.

"Itu dia!" gadis itu pun berlari menuju goa besar itu dan dengan hati-hati mulai masuk ke dalamnya.

*****

Hide mengangkat kristalnya tinggi-tinggi. Goa besar itu sangat gelap namun tidak lembab justru cenderung kering.

"Aku mulai berpikir jika tidak aneh kalau sesuatu menghuni tempat ini," tutur Hide sambil mengarahkan kristalnya untuk menerangi lengkungan besar yang ada di sekitarnya. Ia melihat cekungan-cekungan kecil di dinding goa itu.

"Mungkin. Bisa saja ini sarang makhluk sihir," tambah Danio yang membuat Hide menelan ludah. Pemuda itu sama sekali tidak ada niat untuk mencairkan suasana.

"Apa Tuan Gideon yakin ini tempatnya? Aku tidak melihat tanda-tanda sihir di sini," tutur Hide. Ia penasaran namun tidak bisa bertanya karena sambungan komunikasinya terputus tepat ketika mereka masuk ke dalam goa. Dan kristal itu hanya bisa menyala saja sekarang tanpa bisa berkomunikasi.

"Aku malah yakin seratus persen jika ini adalah tempatnya. Masalahnya adalah ... Necromancer itu ada di sini atau tidak," kata Danio dengan suara lirih. Hide menatapnya tidak mengerti mengapa ia bisa seyakin itu.

"Kau lihat cekungan mirip mangkuk di dinding itu? Itu seperti tempat lilin tapi tidak ada bekas lilin mencair di sana. Dilihat dari letaknya, jelas itu tempat penerangan, tapi tidak ada paku atau apapun untuk menggantung lentera. Jadi menurutmu bagaimana bisa tempat itu jadi tempat penerangan?" jelas Danio.

"Kalau kau tidak bodoh pasti tahu—"

"—sihir iya aku tahu! Dia menggunakan mantra atau apalah, mungkin juga elemen api," sahut Hide yang tidak terima dengan tuduhan 'bodoh' dari Danio. Pemuda di sebelahnya itu menyeringai.

"Dan goa ini tidak terlihat alami, kau tahu goa identik dengan apa kan?" tanya Danio lagi tanpa menoleh dan tetap menatap lurus ke depan.

"Lembab, berair ... aku yakin batunya juga tidak serata dan serapi ini," jawab Hide sambil memerhatikan lagi bentuk fisik dinding goa itu.

NECROMANCER [TAMAT]Where stories live. Discover now