Pertemuan

30 4 5
                                    

"Hahaha maafkan aku, Paman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hahaha maafkan aku, Paman. Apa kau baik-baik saja?" tanya Allen sedikit khawatir kalau-kalau Hugo terluka. Hugo pun mendaratkan pukulan singkat ke punggung Allen.

"Dasar kurang ajar!" Allen pun hanya tertawa terbahak-bahak.

"Kelihatannya kalian bersenang-senang," ujar pemuda bersurai perak yang berjalan mendekati dua laki-laki yang duduk beralaskan tikar.

"Oh Danio. Tumben sekali kau kemari?" tanya Hugo sambil mendongakkan kepala.

"Hai Paman Hugo. Tidak ada yang bisa kulakukan, aku tidak ada pekerjaan—tunggu bukankah hari ini bukan giliranmu untuk menjaga persediaan air?" jawab Danio lalu berangsur memandang temannya yang duduk bersama Hugo.

"Aku membantu berkebun karena Paman sendirian mengurus lahannya hari ini. Aku memohon kepada ketua untuk ini," ujar Allen disertai anggukan oleh Hugo. Danio hanya mengangguk-angguk lalu ikut duduk bersama kedua laki-laki itu. Ternyata Trevor Jord bisa mengizinkan hal semacam ini ya, mengingat keadaan perkebunan memang tidak bagus. Sepertinya Trevor memiliki perhatian khusus untuk hal ini.

"Siapa yang bertugas hari ini, Len?" tanya Danio sambil melihat seorang pria dan wanita yang berada di dekat tempat penampungan air. "Ohh.. pasangan suami istri Sochyero," jawab Allen.

"Arona dan Kyle Sochyero. Mereka pemilik kebun yang di ujung sana dan juga keduanya sama-sama sorcerer," tambah Hugo sambil menunjuk perkebunan yang berada di ujung dekat jalan masuk menuju hutan. Danio menaikkan kedua alisnya. Ia tak menyangka ada pasangan sorcerer di Lagnam. Pemuda itu sama sekali tidak pernah melihat mereka. Ia menduga jika mereka tidak tinggal di dekat sini.

"Apa mereka tinggal jauh dari sini?" selidik Danio penasaran.

"Mereka tinggal di pondok sederhana di pinggir kota. Agak jauh dari sini," ujar Hugo yang notabene sudah mengenal mereka cukup lama karena sama-sama berkebun. Danio hanya menanggapi ucapan Hugo dengan anggukan.

"Baiklah, Len, pukul 2 nanti kita akan kembali. Aku sudah tidak kuat dengan cuaca ini. Hanya tinggal sedikit bagian yang belum kita beri obat anti hama. Setelah selesai kita pulang," ajak Hugo sembari berdiri dan mengenakan kebali topi jeraminya lalu diikuti Allen yang menyusul di belakangnya sambil melambaikan tangan pada Danio.

Danio memandangi temannya yang sibuk berladang bersama Hugo di bawah terik matahari. Ia menghela nafas pendek dan berpikir sejenak. Apa yang akan ia lakukan setelah ini? Ia tidak akan ke perpustakaan tentu saja karena Martin mengusirnya, sungguh kakek tua itu kelihatannya kesal melihat Danio yang terus-terusan melahap banyak buku di perpustakaan dan tidak melakukan apapun selain membaca. Sebenarnya ia juga jengah, tidak ada misi itu berarti tak ada yang bisa ia lakukan. Danio pun memutuskan untuk berlatih saja di bukit tempat ia biasa berlatih.

*****

Scarlea berjalan dengan santai di pasar Lagnam. Sesekali netranya melihat benda-benda yang dijual oleh para pedagang di sana. Mulai bahan makanan hingga barang kebutuhan dan bahkan pernak-pernik. Ia merasa sangat senang karena tak ada mata yang memperhatikannya ketika berjalan diantara orang-orang karena rambutnya. Tidak buruk juga menggunakan sihir pengubah untuk rambutnya. Dengan begini ia bisa berjalan-jalan kemanapun tanpa menarik perhatian. Ia akan meminta ibunya merapalkan mantra lagi besok dan seterusnya. Begitu pikirnya sambil berjalan dan bersenandung pelan. Matanya tertuju pada seseorang yang menjual pernak-pernik perhiasan dari logam. Ia berjalan mendekat dan melihat-lihat kalung yang berkilau itu.

"Silahkan melihat-lihat, Nona!" ujar wanita berambut kriting berwarna coklat muda itu mepersilahkan. Ia pun tersenyum dan mengangguk.

"Wah kalung ini terlihat bagus," puji Scarlea yang melihat kalung berbandul batu oval berwarna kuning cerah yang menarik perhatiannya. Wanita penjual itu pun tersenyum, "pilihanmu sangat bagus, Nona. Itu adalah kalung buatan tangan dan batu itu adalah batu yang berasal dari Dryatt, cukup jauh dari sini," jelas wanita itu lalu mengambil kalung itu.

"Lihatlah dia sangat berkilau ketika diterpa sinar," lanjut wanita itu sambil mengangkat kalungnya dan membiarkan benda itu diterpa sinar mentari yang terik.

"Aku akan membelinya!" sahut Scarlea. Kemudian ia pun mengeluarkan kepingan logam dari kantong kecil yang ia bawa. Wanita itu tersenyum dan menyodorkan kalung itu lalu Scarlea pun melambai padanya dan meninggalkan penjual perhiasan itu. Scarlea pun berjalan mencari penjual makanan karena ia sudah merasa perutnya berbunyi sejak tadi. Ia pun melihat penjual roti dan membeli beberapa potong roti gandum dan roti coklat. Setelah mendapatkan roti ia berencana memakannya di bukit yang tak jauh dari rumahnya sembari duduk santai di sana.

Scarlea kini tengah duduk di bawah pohon dengan santai sambil membuka kantong berisi roti-roti yang ia beli. Ia mengambil sepotong roti dan mengoleskan selai di atasnya lalu melahap roti itu dengan tenang. Scarlea membeli beberapa macam roti karena jujur saja ia begitu lapar mata ketika melihat seorang pria berpakaian koki yang menjual berbagai macam roti dan Scarlea sangat menyukai roti bagaimanapun bentuk dan rasanya. Dan sekarang di sinilah dia menikmati pemandangan dari atas bukit yang ia idam-idamkan sambil menatap desa yang terlihat dari kejauhan. Cuaca panas sudah sedikit berkurang karena menjelang sore hari.

"Ah nikmat sekali," ujar Scarlea senang. Setelah ia menghabiskan 3 potong roti dengan berbagai macam rasa, ia menenggak susu dalam botol kaca dan menghela nafas panjang. Rasanya hari ini adalah hari terbaik dalam hidupnya. Berjalan-jalan bebas menikmati keramaian, lalu setelah dari pasar ia menghampiri kedua orang tuanya sebentar kemudian berhenti di bukit untuk menikmati pemandangan sejenak.

"Apa yang akan kulakukan besok, ya? Haruskah aku menyusuri Sungai Flumine? Sepertinya aku melihat ada bangunan yang menarik di dekat sana," pikir Scarlea sambil mendongak melihat dedaunan yang memayunginya dari cuaca panas. Meskipun panasnya sedikit berkurang tetap saja saat ini lebih panas daripada waktu-waktu di musim hujan. Ia tidak membenci kemarau, hanya saja lebih terik dari biasanya. Scarlea teringat kalung yang ia beli tadi dari wanita berambut kriting di pasar dan mengeluarkannya dari kantong bajunya. Ia mengangkat kalung itu tinggi-tinggi dan melihat batu kuning cerah itu berkilau cantik. Di dalam batu itu seperti ada campuran warna coklat dan oranye yang bertabrakan terlihat sangat jelas ketika batu itu diterpa sinar. Scarlea yakin bahkan dalam gelap kalung ini akan sangat terlihat.

"Aku akan menunjukkannya pada ayah dan ibu nanti," ujarnya senang.

SRAK SRAK

Scarlea menoleh cepat ke kanan dan kiri setelah mendengar suara sesuatu.

BRUK

"Ahh leganya!"

Scarlea terperanjat kala ada seseorang yang tiba-tiba merebahkan tubuh di sampingnya. "Ahhhhh!!!!" pekik Scarlea yang terkejut.

"Astaga! Siapa kau?!" 

NECROMANCER [TAMAT]Where stories live. Discover now