Dugaan

28 5 2
                                    

Matahari tengah berada di puncak menandakan tengah hari telah datang, itu artinya ini adalah titik cuaca paling terik hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari tengah berada di puncak menandakan tengah hari telah datang, itu artinya ini adalah titik cuaca paling terik hari ini. Namun itu takkan begitu terasa jika berada di dalam hutan yang rimbun. Hal itu sama sekali tidak mengganggu Danio dan Rey yang sekarang tengah berada di tempat terdalam Hutan Maleybre. Keduanya sama-sama berkacak pinggang dan mengedarkan pandangan dengan sedikit kecewa.

"Jalan buntu," decih Danio karena mereka tak mendapatkan apa-apa selain jejak sihir tempat Kayla menghilang. Ia mengambil botol air di pinggangnya dan menenggak habis air yang tersisa setengah botol itu. Bahkan hingga mengelilingi Hutan Maleybre selama setengah hari tak mendapatkan apapun.

"Kau juga merasa janggal kan?" tanya Rey yang kemudian menyilangkan tangan di depan dadanya. Danio mengangguk lalu meletakkan kembali botolnya di pinggangnya.

"Kemungkinan anak itu disembunyikan di tempat lain. Atau anak itu sudah meninggal—" penuturan Rey terpotong kala Danio menyahut omongannya.

"—aku tidak yakin dia sudah mati. Apa ada ritual yang hanya menggunakan seorang anak? Jika mencari kekuatan cukup dengan membunuh seorang anak kecil, pasti sudah banyak necromancer yang sangat merepotkan sekarang. Daripada anak kecil akan lebih baik jika tumbalnya adalah orang dewasa kan?" sahut Danio menyadarkan Rey tentang ritual yang biasa dilakukan necromancer yang menggunakan cara lama.

"Jadi maksudmu ada kemungkinan akan ada anak-anak lain yang akan diculik?" tanya Rey meluruskan maksud Danio. Rey mengerti benar dan sesaat tadi ia lupa akan kenyataan bahwa jika menginginkan sesuatu yang besar maka pengorbanan yang harus dilakukan necromancer itu juga harus besar. Sebesar yang mereka ketahui ada beberapa ritual yang pernah dilakukan necromancer dengan syarat tertentu. Tentu saja setiap ritual memiliki syarat yang berbeda-beda.

"Lima puluh persen iya. Meskipun aku juga berharap jika kita menemukannya lebih cepat. Tapi tak ada petunjuk lain," lanjut Danio.

"Kau benar. Kita harus kembali melapor pada pimpinan dulu tentang ini," tukas Rey.

"Dan mencari tahu jenis ritual apa yang berhubungan dengan anak-anak."

Mereka pun bergegas keluar dari Hutan Maleybre untuk kembali ke masrkas patron guna melaporkan sedikit hal yang mereka dapatkan. Bukti yang mereka miliki sangat tidak cukup untuk mencari sihir milik siapa yang ada di hutan karena necromancer pasti sangat lihai untuk menyembunyikan sihir mereka.

Tepat ketika dua pemuda itu keluar dari hutan, mereka disambut dengan teriknya matahari dan suhu yang panas. Kemarau benar-benar masalah besar. Panas kemarau kali ini sulit ditahan dan membuat Danio kesal setengah mati karena panasnya.

"Sial, aku akan meminta kakek membuat alat untuk teleportasi!" gerutu Danio sambil berjalan cepat diikuti dengan Rey yang tertawa. Bukan karena ia merasa ini konyol, ia juga merasa gerah, tapi membuat alat teleportasi itu tidak mudah tentu saja.

"Sudah kubilang bujuk saja Allen untuk masuk divisi kita. Akan lebih baik punya rekan sorcerer yang bisa melakukan teleportasi," ujar Rey. Danio mendengus, "dia tidak tertarik dengan urusan bertarung dan juga Allen belum bisa menggunakan teleportasi. Terakhir kali ia mencoba hanya berpindah beberapa meter dari tempat awalnya. Menggelikan."

"Dia hanya butuh berlatih, Dan. Lagipula sia-sia sekali sorcerer hanya mengurusi arsip ya kan?"

*****

Setelah mendengar semua penjelasan dua pemuda di hadapannya, Azelia mengernyit. Antara yakin dan tidak yakin dengan penjelasan mereka. Kasus ini benar-benar berhubungan dengan nenek sihir seperti apa yang mereka duga pada awalnya.

Ada necromancer yang berkeliaran di Lagnam.

"Lalu apa kalian sudah menyelidiki soal ritual yang mungkin terjadi?" tanya Azelia yang mencondongkan tubuhnya di balik meja kerjanya. Rey menghela nafas pendek, "belum menemukan mana yang pasti—tapi ada beberapa ritual yang tertulis menggunakan anak-anak sebagai korban," jawabnya berat. Ini hal yang sangat menyebalkan untuk Rey karena ia sangat menyukai anak-anak dan para penyihir jelek itu coba-coba menculik anak-anak tak berdosa untuk ritual bodoh mereka.

"Tidak ada petunjuk yang mendukung. Aku akan menghubungi divisi necromancer di Bevory, Dryatt dan Serrano kalau-kalau mereka juga memiliki kasus yang sama. Bukannya aku berharap ada anak yang diculik lagi—tapi kita benar-benar minus petunjuk. Sial," Azelia membiarkan umpatan lolos dari mulutnya. Tidak bisa setengah-setengah kalau berurusan dengan necromancer—tidak boleh setengah-setengah.

"Kalau begitu kami akan mencari informasi soal ritual. Kurasa perpustakaan Lagnam memiliki banyak catatan soal itu," tutur Danio lalu disetujui oleh Azelia.

***** 

"Jadi necromancer adalah penyihir-penyihir jahat yang haus akan kekuatan, dan membunuh demi membuat mereka semakin kuat."

Scarlea menatap ngeri setelah mendengar ucapannya sendiri dan berharap Martin Gideon yang duduk di hadapannya dengan segelas jus tomat itu menyanggahnya.

Martin Gideon mengangguk lalu menenggak habis jus tomat di gelasnya.

"Benar. Kau sudah belajar banyak dalam waktu singkat, Scarlea," katanya tanpa sanggahan sedikitpun. Scarlea tidak menemukan tanda-tanda kebohongan dari ekspresi wajah pria 70 tahun itu. Tidak sama sekali dan itu membuat Scarlea kesal setengah mati. Bagaimana tidak? Saat kecil ia dicap dengan nama itu hanya karena rambutnya merah—hanya karena warna rambutnya. Sekarang ia benar-benar ingin tahu apakah warna rambut ada hubungannya dengan kekuatan necromancer atau tidak.

"Tuan Gideon, boleh aku bertanya sekali lagi?" Scarlea sedikit memohon. Martin Gideon menjawab dengan anggukan dan senyuman ramah. Ia terlihat tidak keberatan.

"Aku pernah mendengar jika orang yang berambut merah dikaitkan dengan necromancer, apa itu benar?" lanjutnya. Martin tampak berpikir sejenak. Kerutan-kerutan di dahinya saling bertautan. Scarlea sedikit merasa bersalah karena mungkin ia sudah membuat kerutan di wajah Martin Gideon bertambah.

"Rumor soal itu...Hampir semua necromancer yang sangat kuat memang memiliki rambut merah karena memang mereka yang memiliki rambut merah diberkati kemampuan sihir yang luar biasa dibandingkan yang lain. Itu karena bisa dibilang keturunan penyihir yang berambut merah seperti titisan pendahulu penyihir yang hebat. Sayangnya kebanyakan dari mereka memilih menjadi necromancer karena semakin haus akan kekuatan untuk menguasai sesuatu—atau bahkan menindas yang lemah," jelas Martin dan membuat Scarlea kecewa.

Tapi aku tidak ingin menjadi begitu. Aku bahkan tidak mau mempelajarinya.

"—tunggu dulu. Jadi menjadi necromancer adalah pilihan? Tidak ada yang terlahir menjadi necromancer secara langsung?" tanya Scarlea tiba-tiba dan membuat Martin keheranan.

"Sama seperti manusia biasa, Scarlea. Apakah seseorang terlahir menjadi orang jahat dan baik secara langsung? Bukankah sifat yang seperti itu adalah pilihan? Bahkan necromancer berambut merah pasti masih polos dan menggemaskan saat dilahirkan. Semua itu tentang pilihan. Apa kau ingin menjadi sorcerer atau justru necromancer?"

NECROMANCER [TAMAT]Where stories live. Discover now