~ 33 ~

76 24 90
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙



‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙



Langit yang mendung, cuaca dingin dan gerimis di luar membuat seorang gadis yang masih bergelut dengan gulingnya semakin larut dalam dunia mimpi.

Tampak seorang gadis yang sedang menari dengan indah di atas panggung gemerlap. Lantunan lagu classic yang membuat semua orang terpanah dengan kemolekan gerakan gadis itu.

Alis Aera mengkerut ketika melihat ada sosok hitam jahat yang masuk ke tengah keramaian. Seolah tersimpan rencana jahat dalam dirinya, sosok itu menatap gadis yang tengah hanyut dalam melodi dengan tajam.

"Jangan..", seru Aera lirih. Entah apa yang ia mimpikan, Aera bergerak dengan gelisah dalam tidurnya.

Berkali-kali ia mengucapkan kata jangan dalam tidurnya yang sudah diteror oleh mimpinya sendiri. Hingga guling yang semula mengembang kini nampak seperti tercekik.

Reenai membuka pintu kamar Aera, ia segera menghampiri Aera yang gelisah namun masih tertidur.


"Sayang bangun. Aera bangun. Aera..", ucap Reenai sembari membuncang-buncangkan tubuh Aera agar segera terbangun.

"Ahh!", teriak Aera ketika ia berhasil terbangun dari mimpi buruknya.


" Morning dear, mimpi buruk?", tanya Reenai yang diangguki oleh Aera.


"Udah, mom yakin itu hanya sebuah mimpi. Sekarang mandi, terus bersiap untuk latihan. Kamu hari ini libur kan?", tanya Reenai sembari membuka tirai jendela.

"Yes mom.", jawab Aera lalu bangkit berdiri menuju kamar mandi.


Setelah memastikan Aera melakukan ritual pagi yaitu mandi, Reenai keluar meninggalkan kamar. Namun ketika melewati sebuah meja kecil, ia melihat sebuah foto yang terselip di antara buku.

Itu adalah foto Aera saat masih berusia 11 tahun. Ia memegang sebuah piala besar yang hampir setinggi dirinya.  Di New York, Aera menjadi juara di kompetisi Ballet Internasional.

Reenai menyesali berapa banyak waktu yang ia sia-siakan. Jarang dan hampir tidak pernah menemani putrinya saat masih anak-anak.



Give Me Your ClarityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang