Part : 35

14K 1.3K 788
                                    

Kirana meringis pelan saat ia pertama kali membuka mata. Wajah terutama sudut bibirnya terasa nyeri sekali. Kirana menyentuh pelan sudut bibirnya.

"Shhhh, padahal luka sebelumnya belum hilang." ucap Kirana meringis dan menjulurkan tangannya untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.

Kirana melihat setiap luka yang ada diwajahnya dan menghela napas pelan. "Pasti jadi bahan gosip lagi." ucap Kirana pelan. Ia yakin. Semua orang disekolah akan membicarakannya lagi pagi ini.

Kirana meletakkan kembali ponselnya diatas nakas. Bodo amat dengan luka diwajahnya. Kirana memutuskan untuk bangun dan menuju kamar mandi. Bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Sebelum keluar, Kirana menatap tampilannya di depan cermin. Merasa ada yang kurang. Kirana mengambil hoodie hitam dan mengikat rambutnya. Kirana meneliti rambutnya. Sudah terlalu panjang. Sepertinya ia harus ke salon, merapikan rambutnya biar terlihat rapi. Cukup merepotkan memiliki rambut sepanjang ini. Di tubuhnya dulu. Ia lebih cenderung suka rambut yang pas. Tidak pendek dan tidak juga terlalu panjang.

Wajah Viona yang memang aslinya cantik. Tidak perlu lagi repot-repot memakai make up. Sejak ia hidup ditubuh Viona. Pada saat itu pula ia tidak pernah absen mengagumi wajah Viona. Ia heran. Kenapa Viona dulu lebih suka menutupi wajah cantiknya dengan make up yang menor itu. Ahh, sayang sekali.

Kirana mengambil tasnya yang berada di atas kasur. Melangkah keluar dengan santai. Kirana menuju meja makan. Disana sudah ada Arkan, Raka, dan Bara. Sayang sekali kedua orang tua Viona masih di luar kota. Padahal ia sangat merindukan mereka.

Mengingat kejadian tadi malam. Langsung membuatnya tidak mood untuk menghampiri mereka ataupun makan. Ia memilih untuk melewati mereka.

"Mau kemana lo?" tanya Arkan dingin, begitu melihat Kirana melewati mereka begitu saja.

Kirana mendecak pelan. Ia sangat kesal harus berdebat lagi pagi ini. Padahal sudah ia jelaskan. Bersikap seperti biasanya. Menganggapnya tidak ada. Tapi cowok itu tidak peduli dan selalu memancingnya. Kirana membalikkan badannya dan menatap datar Arkan.

"Lo buta?"

Arkan membalas tatapan datar Kirana dengan tajam. Ia kesal karena gadis itu tidak menjawab pertanyaannya, malah mengatainya buta. Bara juga kesal mendengar ucapan Kirana. Sedangkan Raka, ia menatap Kirana dalam diam, cowok itu tengah memikirkan perkataan Kirana semalam.

Gadis itu menyuruh mereka bersikap seperti biasanya. Menganggap gadis itu tidak ada. Raka menghembuskan napas panjang dan menatap punggung Kirana yang sudah pergi meninggalkan mereka.

Kirana membulatkan matanya saat melihat siapa yang tengah berdiri didepan rumahnya sekarang. Alland. Cowok itu berdiri sambil bersandar di mobil, menatap datar dirinya. Tanpa pikir panjang, Kirana langsung saja bergegas menghampiri cowok itu.

"Ngapain kesini?"

Alland menaikan satu alisnya saat melihat wajah Kirana. Tidak menjawab pertanyaan Kirana. Alland menyentuh sudut bibir Kirana. Ia sadar. Itu luka baru.

"Berantem lagi?" tanya Alland datar.

Kirana menghembuskan napasnya pelan. Ia mengangguk. "Iya."

"Kapan?"

Kirana memutar bola matanya malas. "Tadi malam sehabis balapan." jawab Kirana jujur. Ia tidak ingin berbohong. Percuma. Alland bakal tahu juga. Kadar kepo cowok itu terlampau tinggi.

Alland mengacak rambut Kirana gemas. Untung saja mood cowok itu sedang dalam keadaan baik. Membuatnya tidak terlalu mempersalahkan hal itu. Tidak hanya itu saja. Mereka yang sering tawuran membuatnya tahu bagaimana sifat Kirana. Jadi, mau tidak mau ia hanya bisa memaklumi. Beda lagi, jika ada orang yang berniat melakukan hal lebih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kirana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang