Part : 30

8.6K 1.1K 132
                                    

"Brummm!!"

Semua mata langsung tertuju ke sebuah motor sport hitam yang tiba-tiba saja berhenti didepan mereka. Melihat motor yang sangat familiar itu kumpulan yang kebanyakan berisi anak cowok itu berseru heboh. Ada yang bersiul dan ada juga menatap si pemilik motor dengan antusias.

Pemilik motor itu melepaskan helm fullfacenya membuat rambutnya yang sengaja ia gerai jatuh dengan pelan. Membuat kadar kencantikannya bertambah berkali-kali lipat.

Seorang gadis cantik tapi memiliki raut tegas di wajahnya itu turun dari motor sport miliknya kemudian menghampiri teman-temannya.

"Yuhuuu, liat nih siapa yang datang!!"

"Yoii, tambah cakep aja lu!!"

"Gilaaa, gak habis pikir gue. Keren banget lo sumpah!!!"

"Tumben lo bisa keluar. Gak dimarahin lo sama bokap lo?"

Kirana hanya mengangkat bahunya dan mendudukan dirinya disofa yang sengaja diletakkan di tengah-tengah. Mengambil napas dengan pelan kemudian menatap seorang cowok berambut perak yang sengaja di warnai cowok itu. Tidak terlihat alay malahan terlihat tampan. Kirana mendengus.

"Seingat gue, terakhir kali gue liat lo. Lo belum beruban deh!" ujar Kirana pelan dan tangannya sedikit menarik rambut cowok itu. Membuat si cowok meringis pelan.

"Anjir, enak aja lo bilang ini uban. Ini tren terbaru, lo gak liat gimana cakepnya gue!!" jawab cowok itu dengan pedenya bahkan sangat mengatakannya cowok itu berdiri dengan bangga.

Kirana tersenyum. "Rian!" panggil Kirana dengan serius.

Rian yang melihat wajah serius Kirana. Cowok itu seketika mengubah raut wajahnya. Ia tahu pasti ada sesuatu yang tidak beres. Rian kembali duduk disamping Kirana. Menunggu apa yang ingin dibicarakan oleh gadis itu.

Kirana mengambil sesuatu didalam saku jaketnya dan bisa Rian lihat itu adalah sebuah surat. Kirana memberikannya kepada cowok itu.

"Ini apaan?" tanya Rian penasaran. Saat Rian ingin membukanya Kirana dengan cepat menahannya.

"Belum, lo belum bisa buka surat ini sekarang!" ucap Kirana sambil terrsenyum dengan tipis dan ia bersandar di kepala sofa.

Rian mengangkat sebelah alisnya. "Whyy, gue udah penasaran. Kenapa juga gue gak boleh buka? Jangan-jangan ini surat cinta lagi?" Rian dengan cepat menatap Kirana.

"Serius, jangan-jangan lo suka sama sepupu lo sendi-"

"Plakk!!"

"Aww!!"

Kirana memukul kepala Rian dengan cepat dan memotong ucapan ngawur cowok itu. "Jangan mimpi. Mana mau gue sama lo yang udah beruban dan kelakuannya kayak bocah gini!" tolak Kirana mentah-mentah.

Rian tertawa dan setelah itu ia juga ikutan bersandar dikepala sofa. "Btw, wajah lo kenapa?" tanya Rian hati-hati saat menanyakannya dan sedikit melirik sudut bibir dan kening Kirana yang biru. "Khm, maaf. Apa karna bokap lo lagi?"

Kirana menutup kedua matanya dan menghela napasnya dalam. "Hmm!" gumam Kirana santai seolah itu memang sering terjadi dan ia merasa tidak terganggu sama sekali dengan pertanyaan itu. Itu sudah biasa.

Dada Rian langsung terasa nyeri saat mendengarnya. Bohong kalau ia tidak tahu betapa mengerikannya Om Daniel. Pernah sekali ia melihat Kirana dijambak didepan mata kepalanya sendiri dan saat itu Om Daniel hanya menatap tajam dirinya seolah menyuruhnya pergi dan jangan ikut campur.

Kirana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang