Part : 1

53K 3.3K 493
                                    

~Cerita pertama aku yang terniat~
|Semoga suka|


"Plakk!"

Suara tamparan yang begitu keras menggema di sebuah rumah mewah itu. Seorang gadis remaja yang baru saja menerima tamparan dari ayahnya itu hanya bisa terdiam dan menatap lantai dengan pandangan kosong.

Gadis bernama Kirana itu mencoba mengangkat wajahnya. Menatap ke arah wajah ayahnya dengan raut wajah datar. Ia hanya diam. Hatinya sudah terlanjur sakit dan hancur.

Ia sudah berusaha untuk bertahan, tapi apa yang ia dapat. Jujur, dia sendiri sudah tidak tahan dengan hidupnya. Tapi karena sebuah pesan dari ibunya selalu menahannya untuk tetap kuat dan sabar.

"Ayah kenapa nampar aku?" tanya Kirana mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh. Sebenarnya tanpa bertanya pun ia sudah tau alasannya. Tapi ia menginginkan kebenaran dan sekali lagi ia ingin mencoba.

"Cih, dasar anak tidak tau diri! Gara-gara kamu orang yang saya cintai meninggal!" jawab sang ayah dengan bentakkan. Dan dengan tidak berperasaan ayah Kirana menjambak rambut Kirana dengan keras lalu menariknya menuju gudang di dalam rumah mewah itu.

"Akhh, sakit Ayah. Kirana mohon lepasin!" ringis Kirana menahan rasa sakit di rambutnya. Ia berusaha untuk melepaskan tangan ayahnya dari rambutnya, tapi nihil. Tangan ayahnya begitu kuat menariknya.

Ia sudah tidak kuat. Ah, ia benar-benar sudah tidak tahan. Ini benar-benar sakit, rasanya rambutnya akan terlepas dari kepalanya.

"Brukk!"

Ayah Kirana melempar tubuh Kirana dengan keras begitu saja. Sampai-sampai kepala Kirana menghantam tepian meja dan berdarah. Kirana meringis, kemudian mencoba mengangkat kepalanya.

Bisa ia lihat, kini ayahnya sedang menatap dirinya dingin. Kirana langsung membuang muka, ia benar-benar sudah tidak kuat lagi untuk melihatnya.

Tak lama, ayahnya pergi meninggalkannya sendiri dan tak lupa mengunci dirinya di gudang yang gelap dan dingin ini lagi. Seperti biasa yang sering di lakukan ayahnya kepadanya.

"Hiks, Ayah!" isak Kirana yang sejak tadi menahan tangis karena ia tidak ingin menangis di hadapan ayahnya itu. Kirana menangis dengan keras lalu memegang dadanya yang sejak tadi terasa sakit.

Ia benar-benar tidak tahan lagi, hidupnya sudah begitu keras sejak ibunya meninggal. Ia selalu di tuduh ayahnya karena ulahnya lah ibunya meninggal. Tapi ia tidak tau apa kesalahannya. Ia sudah sering bertanya, tapi ayahnya selalu diam dan hanya memilih sering memukul dan menyakitinya.

"Akhh!"

Tiba-tiba saja kepala Kirana merasakan sakit yang amat sangat. Kirana memegang kepalanya kuat dan dengan perlahan mencoba mengambil sesuatu di dalam saku celananya. Dengan tangan gemetar Kirana mengambil sebuah botol obat dan dengan cepat meminumnya hingga habis.

Awalnya ia cukup tenang, tapi itu hanya sebentar sebelum matanya terasa berkunang-kunang dan darah seketika menetes dari lubang hidungnya. Awalnya gadis itu terdiam lalu sedetik kemudian ia tersenyum miring.

Apa ini sudah akhir dari perjalanan hidupnya? Kirana mencoba untuk bernapas. Entah kenapa sulit rasanya hanya sekedar untuk menghirup udara agar masuk ke paru-parunya.

"Ugh!!" sesak Kirana dengan mata yang perlahan mulai menutup. Sepertinya ajalnya sebentar lagi akan menjemput. Ia pikir ia akan pergi dari dunia ini sebentar lagi.

"Maaf Bu, sepertinya Kirana tidak bisa menepati janji ibu untuk selalu menemani Ayah!" ucap Kirana lalu memejamkan kedua matanya.

***

Kirana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang