Mistress S2; 04

512 134 77
                                    

Namu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Namu.


Aku mengamati daftar nama kota pada catatan kecil yang belum aku datangi, sudah ada 7 wilayah yang sekiranya perlu aku teliti lagi. Pencarianku pada keluarga Ken Jin belum membuahkan hasil, padahal aku sudah meminta bantuan Daryl agar mengerahkan orang suruhannya mencari tahu keluarga tersebut, sayangnya sampai detik ini Daryl belum juga menghubungiku terkait hal itu. Dia hanya sesekali datang ke kantor guna memperundingkan masalah pekerjaan semata.

Harus sampai kapan, aku dapat mengutarakan maafku pada Hyera? Sekalipun nanti Hyera menolak kedatanganku, setidaknya ada Ken Jin yang barangkali akan menjamuku nanti.

Dari arah luar terdengar suara gelak tawa bersahutan. Aku mengenalinya, itu suara Haje dan gadis kecil seberang rumahku-Jiya. Tidak pernah kusangka, jika kejadian tempo hari justru membuat kami akrab. Jiya bukan anak nakal seperti yang sering aku temui, dia penurut dan banyak mengerti tanpa harus diingatkan.

Aku melangkah keluar kamar dan mendapati Jiya yang tengah bermain dengan Molli, Pudel milikku.

"Maaf boss, tadi Molli keluar sampai ke jalan raya, untungnya Jiya melihat Molli dan membawanya kembali." Aku mendelik mendengar ucapan Haje.

"Bagaimana bisa Molli keluar? Dan membiarkan Jiya mengantarkan kemari?!" Pekikku jengkel, tidak habis pikir dengan Haje. "Apa saja yang kau kerjakan, huh?"

Haje tidak menjawab, tentu saja karena dia merasa itu memang salahnya. Lagi pula aku heran dengan kebiasaannya yang setiap waktu membawa pulang senjata tajam lalu mengunci diri di dalam kamar, belum lagi dengan belati-belati yang dia kumpulkan di dalam sana. Mengerikan.

Sempat aku tegur, dia hanya memjawab sebagai koleksi. Koleksi macam apa, jika sudah berkaitan dengan senjata tajam? Oke, Ambil saja sisi baiknya, jika untuk berjaga-jaga selama mengawalku, ku rasa 3 buah saja sudah cukup. Lebih dari itu, bukankah sudah termasuk kepemilikan secara ilegal?.

Lupakan dengan Haje dan koleksi anehnya.

Netraku kini beralih fokus pada Jiya, ku amati dirinya yang terus mengulas senyum. "Jiya suka Molli, ya?"

Kepalanya mengangguk cepat. "Suka, om. Habisnya Molli menggemaskan." Dia terkikik lucu hingga menunjukan deretan gigi serinya.

"Kalau begitu, Jiya bawa Molli pulang, oke." Bukannya bertambah senang, Jiya justru tampak sedih. Senyumnya bahkan luntur berganti dengan bibir yang menekuk ke bawah.

"Tidak bisa, om."

"Loh, kenapa?"

"Mama Jiya nanti marah." Aku mengangguk paham, mungkin sebagian orang menyukai hewan peliharaan di dalam rumahnya, termasuk diriku. Tapi bagaimana jika anaknya suka, tapi orang tuanya tidak. Aku pun tidak mungkin memaksakan seseorang untuk menyukai apa yang aku suka.

"Boss, saya izin keluar sebentar. Ada urusan yang harus saya selesaikan." Celetuk Haje tiba-tiba.

"Eum, pergilah." Sahutku cepat tanpa melihat ke arahnya.

𝐌𝐈𝐒𝐓𝐑𝐄𝐒𝐒 [𝐌]✓ Where stories live. Discover now