Mistress; 21

883 129 67
                                    

Sudah terhitung dua pekan, Hyera kembali ke kediaman Kim Namu. Tidak ada alasan bagi dirinya menolak ajakan Namu kembali, terlebih mereka masih dalam ikatan pernikahan.

Pagi ini, Hyera baru ada waktu luang guna merapikan isi lemari Namu yang nampak berantakan, beberapa setel baju yang tidak tergantung rapih atau lipatan celana yang sudah tidak berbentuk lagi. Disudut lain, 4 pasang sepatu berserakan di lantai tanpa disimpan kembali pada tempatnya. Namu membiarkannya begitu saja sejak Hyera pergi dari rumah, ia bahkan melarang asisten rumahnya masuk ke wardrobe room, kecuali membersihkan kamar mandi atau tempat tidur. Entahlah, hanya Namu yang tahu alasannya.

Hyera menggeram kesal, sudah hampir setengah jam belum menemukan dasi favorit suaminya, padahal 10 menit lagi Namu harus segera berangkat ke kantor dikarenakan ada meeting hari ini.

"Sudah ketemu?"

Hyera memutar tubuhnya menghadap ke sumber suara. Di ambang pintu sana, sudah berdiri Namu yang baru mengenakan kemeja putih yang belum terkancing rapih.

"Belum, pakai ini dulu, ya." jawabnya. Hyera berjalan kearah Namu sembari menunjukan dasi hitam dengan motif garis.

Namu tidak suka, tetapi ia pun tidak bisa menolak, bisa-bisa dirinya yang kena omelan sang istri. "Ya, sudah. Nanti cari lagi." Hyera tak lekas menjawab, tangannya sibuk mengikatkan dasi pada kerah kemeja. "Mau ikut ke kantor, tidak?" Tawar Namu.

"Kerja?"

"Tidak, hanya menemaniku saja."

Tangan Hyera turun dari sana, lantas memutar tubuhnya menuju ke salah satu laci tempat koleksi jam tangan Namu. "Aku tidak mau ikut! Untuk apa aku ke kantor jika tidak bekerja, tidak enak dilihat karyawan lain." Ungkapnya. Ketahui saja, Hyera memang sudah resmi di keluarkan dari kantor oleh Namu dengan segala macam alibi yang ia punya, Hyera mau tak mau harus terima lantaran Nam Hsik pun menyetujui keputusan putranya.

Langkah Namu mendekat, menyentuh pinggang Hyera lalu memeluknya dari belakang. "Kan, kamu istriku, tidak perlu bekerja lagi, sayang.. aku memintamu ikut, karena aku ingin mengajakmu jalan-jalan sore nanti."

Hyera sigap menghadap Namu, mengalungkan lengan pada lehernya seraya tersenyum manis. "Jalan-jalan?" Namu mengangguk cepat. "Baiklah, aku ikut.. sekarang, kau pilih mau pakai yang gold atau yang perak?" Tunjuk Hyera pada dua arloji yang ia ambil.

"Yang mana saja. Pilihanmu sudah pasti cocok untukku." Bisiknya tepat ditelinga Hyera.

Hyera memutar bola matanya jengah, tidak menanggapi ucapan Namu yang berniat menggodanya. "Ya sudah, pakai yang gold saja. Setelah ini langsung keluar, aku akan mengambilkan tas kerjamu." Hyera memasangkan arloji pada pergelangan tangan Namu, sedikit susah lantaran Namu belum mau melepaskan pelukannya.

"Berangkatnya setengah jam lagi, ya."

"Loh, bukannya kau bilang ada meeting?"

Namu menghela napas. "Iya, tapi aku ingin-"

"Ingin apa, eum?"

Senyum genit terbit dibibir pria dua puluh delapan tahun tersebut, kepalanya menunduk bersamaan dengan sebelah tangannya yang menahan tengkuk Hyera. Melumat dan menggigit bibir istrinya gemas.

Cukup singkat, sampai Hyera sendiri yang melepaskan diri dari kuasa Namu. "Sudah! Nanti telat, tidak enak jika atasan mencontohkan yang kurang baik." Pekik Hyera dengan tangan yang masih menahan dada Namu, agar tak kembali menyerangnya.

"Huh! Iya-iya, kita berangkat sekarang." Namu melepaskan rengkuhannya, membiarkan tubuh sang istri lolos menjauh darinya. "Awas saja, ya. Nanti malam!"

𝐌𝐈𝐒𝐓𝐑𝐄𝐒𝐒 [𝐌]✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang