Mistress; 03

1K 175 128
                                    

Jam kecil di atas nakas menunjukan pukul 22:52.

Dinginnya angin di kesunyian malam begitu pekat menyapa kulit, bahkan mampu mengantarkan siapa pun ke dalam lelapnya mimpi, namun tidak berlaku pada Hyera, ia masih setia menunggu kepulangan sang suami. Matanya masih terjaga, menolak terpejam walau untuk sebentar.

Wanita Goo itu berdiri diujung pembatas balkon, mengenakan lingerie hitam yang hanya menutupi bagian tertentu, bahkan jubah hitam yang melekat menutupi punggungnya terlihat transparan meski panjangnya melebihi lutut.

Ia menatap pada bintang kecil di kegelapan langit malam, sembari sesekali menyesap wine yang ada ditangan kanannya. Parasnya malam ini nampak berbeda, polesan wajahnya sedikit ia rubah. Hyera mempersiapkan semuanya hanya untuk Namu.

Ia bahkan mendekor kamar mereka berdua, ranjang besar nan empuk sudah bertabur kelopak mawar merah, lilin kecil yang membentuk hati, Hyera rangkai sedemikian rupa di lantai marmer kamar megah tersebut. Nampak elok, saat di lihat di tengah gulitanya malam.

Jarum jam kembali berseru, tepat delapan menit baru saja terlewatkan. Mata Hyera terpejam, jengkel mulai terasa menggerayangi pikirannya. Hampir tengah malam, Lelaki tidak tau diri itu belum juga kembali.

Pasrah? Tidak, Hyera tidak mau menyerah. Ia kembali mencoba bersabar sedikit lagi.

Hingga tanpa ia duga, rungunya mendengar suara mesin mobil yang berbelok ke dalam halaman rumah. Hyera mengerjapkan mata, nampak terpatri senyum di bibir merahnya saat menilik ke bawah, sosok bertubuh tegap itu keluar dari mobil.

Hyera kembali menenggak winenya sampai tandas.

Selang beberapa menit.

Namu datang membuka kunci pintu kamar. Tepat ketika gagang pintu terdorong ke dalam, aroma ruangan menyeruak masuk ke indra penciumannya. Ia ragu untuk masuk, terlebih kamar dalam keadaan gelap gulita.

Sedikit membuka pintu lebih lebar, pandangannya tertuju pada lilin berbentuk hati, keningnya mengernyit heran, lantas tangannya meraba dinding guna mencari saklar lampu. Tepat setelah lampu menyala terang, Namu tertegun mendapati kamar sudah berubah. Ia memberanikan diri melangkah masuk, dan menyentuh kelopak mawar yang bertabur di atas ranjang.

Otaknya bekerja, terbesit satu nama di dalam pikirannya. Ya, tidak salah lagi. Mengedarkan pandangan ke penjuru kamar sembari mencari keberadaan istrinya.

"Hyera!"

"Hyera, di mana kau? Keluar sekarang juga!" Suaranya naik beberapa oktaf.

"HYERA!" Lantangnya kemudian.

Namu jengkel sendiri, terus mengumpat sembari menyingkirkan taburan mawar. "Sialan! Apa maksudnya semua ini?"

Tiba-tiba gerakan tangan Namu terhenti, saat bayangan seseorang menghalangi wajahnya. Perlahan ia menoleh, menegakan punggung guna melihat seseorang di sana.

Seketika Namu terpaku, saat netranya menatap lurus pada kaki tak beralaskan berdiri di ambang pintu balkon. Setiap hitungan detik yang berjalan, pandangan Namu ikuti tiap jengkal tubuh polos itu ke atas.

Napasnya semakin menipis, dengan susah payah meraup oksigen dalam ruangan itu. Sampai pandangan Namu berhenti, saat dengan jelas melihat tubuh Hyera yang setengah telanjang berdiri persis di seberang. Tenggorokannya terasa kering, seperti sudah beberapa hari tak menemukan air.

Kenapa begini? Otaknya mendadak kolot.

Ia lupa cara berkedip, atau mungkin raga Namu telah terbang ke awan. Entahlah, pria Kim itu betah mematung di tempat.

"Kau sudah pulang?" Tanya Hyera, sampai-sampai Namu tersentak.

Lihat, bahkan ia tak menyadari Hyera yang kini sudah berdiri dihadapannya. Hyera menarik ujung bibirnya, lalu menyentuh pipi Namu, barulah pria itu bisa menggerakan tubuhnya.

𝐌𝐈𝐒𝐓𝐑𝐄𝐒𝐒 [𝐌]✓ Where stories live. Discover now