Mistress S2; 02

587 134 29
                                    

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.




Namu.

Dengan cukup banyak pertimbangan, aku putuskan untuk menerima tawaran Daryl yang berkeinginan bekerjasama membuka Showroom beberapa cabang di sini. Kurasa tidak ada salahnya, toh, jika dilihat lagi Daryl sudah cukup sukses dalam bidang otomotifnya. Lagipula, jika aku sibuk dengan bisnis baruku nanti, itu mungkin akan sedikit membantuku mengabaikan Helena yang sudah menolak lamarannya, ya, kupikir itu jalan terbaik. Mulanya!

Tetapi, Tuhan berkehendak lain.

Belum selesai dengan segala keperluan terkait kerjasamaku bersama Daryl, hal lain justru memaksaku mengalihkan perhatian dari rencana bisnis tersebut. Lebih tepatnya, ayahku lah yang menjadi alasannya.

Pagi-pagi sekali aku dihubungi pihak rumah sakit, mengabarkan jika kondisi ayah semakin menurun. Jantungnya tak berdetak normal, bahkan alat medis yang membantunya bernafas tak berfungsi dengan baik. Tak ingin menyia-nyiakan waktu, aku keluar dari apartement menuju rumah sakit dengan buru-buru. Sungguh, aku tidak dapat berpikir jernih selain hanya memikirkan ayah, ayah dan ayah.

Aku tidak ingin dibuat menyesal untuk kedua kalinya, karena yang mengakibatkan ayah dititik separah ini adalah ulahku sendiri. Andai kata waktu mampu kukembalikan pada detik-detik terakhir ayah tak sadarkan diri, akan aku perbaiki tanpa harus dipaksa ataupun memaksa. Aku hanya ingin menebus kesalahanku pada ayah. Bagaimana beliau yang sanggup menutupi aib putranya dari berbagai media, menanggung malu karena ulahku yang tak pernah membuatnya bangga, bahkan setitik kebahagian pun belum aku berikan untuknya.

Aku tidak ingin menyesali waktu.

Aku tidak ingin waktu yang membunuhku.

Sungguh, aku tidak ingin semuanya terlambat.

Masih tersisa kah kesempatan?

Tapi lagi-lagi, aku harus ditampar dengan kenyataan ketika sesampainya di kamar rawat, ranjang yang menghadap timur tersebut sudah tertutup kain putih. Tidak ada lagi alat medis yang terpasang di sana, bahkan suara Bedside monitor tak lagi kudengar seperti biasanya menyambut kedatanganku, semuanya mati.

Tidak dapat terjabarkan lagi bagaimana perasaanku, semua jenis benda langit rasanya runtuh menimbunku hidup-hidup. Sebagian ragaku terasa lemas, tak sanggup bergerak barang sejengkal, hanya getaran pilu yang kian menggerogoti seluruh jiwa secara perlahan. Dan itu menyakitkan.

Kedua lututku merosot dalam sekejap, bahkan posisiku yang masih diambang pintu, yakin kini menjadi tontonan para iblis yang menertawakanku. Mengejek kelemahanku, menyudutkan diriku yang menyesali kepergian orang satu-satunya yang tersisa dalam hidupku.

Teramat sakit, hingga menangis pun tak sanggup lagi. Hanya menunduk dengan kedua tangan mengepal sembari merutuki segala kebodohanku. Apa ini akhir dari perjuanganku, ayah?

𝐌𝐈𝐒𝐓𝐑𝐄𝐒𝐒 [𝐌]✓ Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin