BAB 4

604 85 39
                                    

Hari Jumat adalah hari yang tepat untuk berleha-leha. Bagi Jani, hari ini adalah liburan panjang untuk merilekskan tubuhnya. Seminggu sudah ia merasa sangat lelah, di tambah kelas Pak Dana yang membutuhkan bantuannya terus menerus. Dikta yang notabene rekannya jarang sekali di hubungi Pak Dana, bahkan semua tugas yang harus dikerjakan berdua seakan hanya di beban kan kepada Jani saja.

Scroll beraneka ragam sosmed yang ada di ponselnya telah ia lakukan, akhirnya pilihannya jatuh kepada aplikasi berwarna keunguan yang menampilkan wajah idola nya yang sedang melakukan siaran langsung. Sesekali Jani tersenyum sambil memberikan sedikit komentar khas para fangirl lainnya. Gerakan tangannya berhenti kala sebuah notifikasi masuk ponselnya. WhatsApp yang biasanya sepi kali ini menjadi rame. Dua buah Grup obrolan telah menambahkan dirinya.

'Komunitas Literasi Aksara'

'Pejuang Hati Om Dana'

Dua grup itu terbentuk secara bersamaan, namun aneh nya hanya satu grup yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Jelas Jani terlihat tertawa melihatnya. Nama grup itu, sungguh imut sekali.

"Idih, Imut banget namanya kenapa orangnya nggak sih." Gumam Jani tanpa sadar sambil tersenyum.

Di balik senyum itu, Jani kemudian tersadar. Dia merasa sungkan dengan Pak Dosen sekaligus Rita. Bagaimana pun dia lah yang menjadi penanggung jawab mata kuliah ini, tapi malah teman nya yang mendirikan grup untuk komunikasi. Segera Jani menerima sekaligus mengetikkan pesan di grup itu, namun diurungkan kecurigaan Jani semakin bertambah kala melihat jumlah anggota yang hanya terdiri dari 5 orang. Itupun hanya temannya sekelas dan ada Kak Gu. Kedua grup memiliki selisih satu orang, karena tidak mungkin memasukkan sang idola ke grup itu.

"Hah, Ini kan grup Komunitas Pak Dana?" Ucap Jani tersadar saat membaca deskripsi grup yang isi nya tugas penelitian.

Jani mulai berpikir, sebenarnya siapa yang mendaftarkannya. Bagaimana bisa diterima di komunitas sedangkan dirinya tidak pernah mendaftarkan diri. Punya niat saja tidak, bagaimana mau mendaftar.

"Masa sih, aku ngantuk terus halu daftar ke komunitas. Masa otakku segila ini sih?" Jani berbicara dengan diri sendiri, lebih tepatnya meruntuki kebodohannya.

Jani mencoba mengingat-ingat lagi, mereview kegiatan selama seminggu ini. Memang benar, akhir-akhir ini otak nya nyaris kebakaran. Dirasa semakin abstrak pikirannya akhirnya Jani menghubungi Rita.

Satu kali dering dan telfon dari Jani langsung diangkat.

"Hallo Ta!"

"Iya kenape, Jan?"

"Kok rame sih Ta?"

"Biasalah, hari jumat aku mangkal." Jawab Rita dari balik telepon dengan cengengesan.

"Eh Ta, Aku mau cerita. Aneh banget gak sih, aku kan gak daftar komunitas nya Pak Dana Syalala itu kan. Kok tiba-tiba bisa masuk ya? Aneh gak sih? Apa jangan-jangan aku ngigau terus daftar sendiri ya? Ih serem."

"Gak serem kok."

"Seriusan Ta, aku beneran gak daftar. Tapi kok aku ada di surat undangan itu."

"Ya emang keterima Jan."

"Tapi gimana caranya!?" Teriak Jani Frustasi, otaknya sudah memikirkan hal-hal gila diluar nalar.

"Sabar bu Dikta, Saya yang daftarin."

"Hah? Hallo gak salah denger kan?"

ℍ𝕒𝕚, ℙ𝕒𝕜!Where stories live. Discover now