BLACK ROSES

14K 2.3K 232
                                    

Selamat membaca...

Angin yang telah mengembara ke segenap penjuru bumi, masih berhembus dan berbisik, seperti mengingatkan, "Di dunia ini, tidak ada sesuatu pun yang tetap tinggal abadi." *

Ada sebuah kalimat terkenal yang menyatakan bahwa kehilangan mungkin menyakitkan, namun kau akan mengetahui alasan indah di balik rencana Tuhan.

Benarkah? Benarkah akan ada hal indah di balik kehilangan permata hatinya?

Ia tak percaya itu, karena salah satu hal paling indah yang ia miliki telah direnggut oleh takdir.

Air matanya terus mengalir saat maniknya menangkap tubuh sang anak yang berbalut gaun putih, salah satu gaun koleksi terbaik dari butik Madam Rose. Kemudian maniknya menatap kain putih berhiaskan sequin berkilauan yang menutupi wajah sang anak.

Meskipun sang anak meninggal dengan cara yang tragis, namun Duchess Divalin ingin memberikan yang terbaik untuk Recansa-nya.

"Kami turut berduka cita, Duke Divalin."

Duchess Divalin menolehkan wajahnya ketika mendengar nama sang suami di panggil.

Di depan pintu masuk katerdal terlihat sang suami dan anak laki - lakinya, dua hal indah lainnya yang tuhan berikan untuknya. Mereka berdiri berdampingan menyambut orang - orang yang datang melayat sebelum Recansa di antar ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Duchess Divalin kembali menatap pintu masuk katerdal, berharap pujaan hati sang anak segera sampai dari Graha.

Maniknya tak sengaja bersirobok dengan sang suami yang menampilkan senyumnya yang sama sekali tak hidup.

Kemudian pandangan mereka terputus kala terdengar pemberitahuan kedatangan sang Putra Mahkota.

Penampilan sang Putra Mahkota yang kacau menandakan bahwa ia tak mempunyai banyak waktu untuk mempersiapkan kedatangannya melihat sang tunangan untuk terakhir kalinya.

Hal tersebut tak luput dari pandangan semua pelayat yang menatap wajah sang Putra Mahkota penuh dengan rasa iba.

Bagaimana tidak, sejak hari pertunangan mereka diumumkan, dua sejoli tersebut kerap disebut sebagai pasangan serasi dan digadang - gadang akan menjadi Raja dan Permaisuri yang membawa Kerajaan Acran kelak lebih masyhur.

Namun kenyataannya kisah mereka harus berakhir singkat karena dipisahkan maut.

Bahkan, sang Pangeran menjadi orang terakhir yang melihat jenazah kekasihnya, sebelum dimakamkan disebuah pulau kecil milik leluhur keluarga bangsawan Divalin.

"Bibi, Aku turut berduka cita. Aku sangat menyesali apa yang menimpa Recansa." Ujar Pangeran Zev, sedikit membungkuk sopan.

Duchess Divalin mendongak, menatap wajah sendu bercampur bingung milik Pangeran Zev yang kini tengah berdiri disampingnya.

Duchess Divalin berdiri dari duduknya, "Terimakasih. Ini juga pasti berat untukmu, Nak." Ujarnya serak, bahkan hampir tak terdengar.

Duchess Divalin beranjak, membiarkan Pangeran Zev mengambil alih kursi disamping peti jenazah, yang sejak tiga hari ini selalu ia duduki.

***

Pangeran Zev mendudukan dirinya, manik birunya menatap Recansa yang terbaring seperti tengah tertidur. Sayangnya bukan tempat tidur nyaman yang kini menjadi tempat tidurnya, melainkan sebuah peti yang terbuat dari timah padat berukiran peri bunga.

Peti mati yang terbuat dari timah memang digunakan oleh bangsawan Acran ketika mereka meninggal.

Selain itu, peti yang terbuat dari timah dapat mengawetkan tubuh jenazah didalamnya dari dekomposisi tubuh.

Fight For My Life (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now