LITANI

18.9K 3.2K 66
                                    

Selamat membaca...

'Setiap hari sejuta keajaiban dimulai saat matahari terbit.'

Keluarga Duke Divalin menatap cemas gerbang kediaman mereka ketika penjaga gerbang mengumumkan kedatangan keluarga Kerajaan Acran.

Satu persatu kereta kuda berlambang Kerajaan Acran memasuki gerbang dan berhenti tak jauh dari tempat sang empunya rumah berdiri untuk menyambut mereka.

Dalam hati Recansa mencoba menghitung berapa banyak kereta kuda yang kini ada di hadapannya. Dan, hitungannya berhenti pada angka lima.

"Lima. Siapa saja yang ikut?" Bisik Recansa pada Gionix yang berdiri disebelahnya.

Sejujurnya Recansa cukup terkejut, lebih tepatnya tidak siap ketika kediamannya menerima surat berstempel kerajaan yang berisi pemberitahuan jika anggota keluarga kerajaan akan menyambangi kediamannya.

"Tidak banyak, hanya Keluarga inti Kerajaan dan orangtua Permaisuri."

Recansa membuka kecil mulutnya, karena terkejut. "Apa ini seperti pertemuan keluarga antar sepasang kekasih?"

Gionix tersenyum tipis, "Apa Kau mengakui Zev sebagai kekasihmu?"

Recansa merapatkan mulutnya, kemudian dengan cepat memalingkan wajahnya dari sang Kakak. Dalam hati ia merutuk perkataan 'kekasih' yang keluar dari mulutnya.

Namun justru pandangannya langsung bertemu dengan Pangeran Zev yang baru keluar dari kereta kuda. Recansa menghela nafasnya untuk menetralkan degup jantungnya ketika ingatannya kembali pada ungkapan cinta yang dilontarkan sang Pangeran.

"Hormat Kami, kebahagiaan menyertai Anda sekalian." Ucap Duke Divalin, memberikan penghormatan yang diikuti Duchess Divalin, Gionix, dan Recansa.

"Terimakasih telah menyambut Kami. Maaf bila kedatangan Kami begitu mendadak." Ucap sang Raja.

"Justru Kami semua sangat senang bila Yang Mulia Agung beserta keluarga menyempatkan datang ke kediaman kami." Jawab Duke Divalin.

"Ini karena Aku dan besanku tak sabar untuk bertemu calon istri Zev." Ucap Ibu Suri Marguerite, yang tak lain adalah Ibu dari Sang Raja.

Pangeran Zev mengulas senyum tipisnya saat melihat Recansa yang sedang berusaha menampilkan senyumannya agar terlihat alami, setelah mendengar ocehan Neneknya itu.

"Mari semuanya silahkan masuk." Ujar Duke Divalin, yang diangguki semua orang.

Recansa menggeser tubuhnya, memberikan jalan untuk semua orang agar masuk terlebih dahulu. Senyum dari bibir ranumnya tak luntur ketika satu persatu anggota keluarga kerajaan melewatinya. Namun ia cukup tersentak ketika Duke Widoxil, Ayah dari Permaisuri, yang melewatinya begitu saja dengan raut wajahnya yang datar.

"Persis seperti Anda." Ujar Recansa saat Pangeran Zev yang berjalan paling belakang hendak melewatinya.

"Aku tidak sedingin Kakekku." Elak Pangeran Zev tak terima.

Bibir Recansa mencebik, senyuman yang sejak tadi ia ukir seketika luntur saat mendengar elakan dari sang Pangeran. "Ternyata benar, kesalahan akan sangat mudah untuk disadari oleh orang lain, tetapi akan sulit untuk disadari oleh diri sendiri."

Pangeran Zev terkekeh mendengar sindiran yang dilontarkan Recansa. Kemudian tangannya terulur, yang langsung disambut oleh Recansa.

Pangeran Zev dan Recansa berjalan beriringan dengan tangan saling menggenggam yang mereka sembunyikan dibalik gaun mengembang yang Recansa kenakan.

Fight For My Life (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang