RECANSA SANZ DIVALIN

65.5K 5K 81
                                    

Selamat membaca ya...

Manik cokelat keemasan itu memandang bosan aktivitas wanita paruh baya yang sedang berkutat dengan bahan masakan diatas countertop, sambil berceloteh, menjelaskan cara pembuatan hidangan yang akan ia masak.

"Bumbui daging dengan garam dan merica, kemudian diamkan 5 menit. Sembari menunggu bumbunya meresap, kau bisa sambil memotong wortel dan kentang" Tangan wanita paruh baya itu sangat cekatan memotong satu persatu wortel dan kentang.

"Apa nama masakannya bu?"

Wanita yang dipanggil Ibu tersebut menghentikan aktivitasnya, kemudian memandangi gadis muda bermanik cokelat keemasan yang tengah duduk dikursi makan sambil bertopang dagu, memandangi dirinya tanpa semangat. Ia berdecih, mendadak menyesal mengingat bagaimana semangatnya ia untuk menjelaskan hidangan yang akan ia buat tak kala melihat putrinya masuk ke dapur.

"Ibu sudah memberitahumu tadi akan membuat Beef Stew"

Stew merupakan campuran sayuran, daging, biasanya daging sapi atau ayam, dan bahan-bahan lainnya, yang dimasak secara perlahan di atas api kecil. Hasilnya adalah sup yang kaya rasa, warna, dan aroma.

"Gionix, Kakakmu akan mampir saat makan siang sebelum kembali ke Istana. Tidak kah kau ingin membuatkannya makanan, Recansa?" Wanita paruh baya yang terlihat masih cantik tersebut menatap penuh harap pada putrinya.

Bicara tentang Gionix, Recansa jadi ingat kakaknya pulang sekitar dua minggu yang lalu. Itupun hanya untuk makan malam, kemudian kembali ke Istana. Kakaknya adalah seorang Marquess, seorang yang dipercaya untuk melindungi tanah Acran dari potensi serangan Kerajaan lain. Gionix merupakan salah satu dari tiga Marquess yang dijuluki 'Pedang Abadi' Putra Mahkota menjadikan ia Marquess paling terkenal di Kerajaan Acran.

Meskipun Ayahnya seorang Duke, salah satu gelar kebangsawanan yang kedudukannya di bawah Raja. Dimana apabila Ayahnya, Duke Divalin meninggal, maka gelar Duke tersebut akan diturunkan pada Gionix sebagai anak lelaki tertua dan satu-satunya. Namun, hal itu tidak menjadi penghalang bagi Kerajaan Acran untuk memberikan gelar Marquess pada Gionix, sebagai bentuk penghargaan untuk dedikasi dan pencapaiannya sebagai satu dari tiga panglima perang Kerajaan Acran.

Recansa menatap ibunya yang memandang dengan penuh harap "Dengan segala hormat, mohon maaf, tapi hamba tidak ingin sesuatu terjadi pada 'Pedang Abadi' kebanggaan Kerajaan Acran. Jika itu terjadi, bukan hanya masyarakat, tanah Acran juga akan ikut menghukum hamba." Berbanding terbalik dengan kata-katanya, cengiran tanpa dosa justru terukir menghiasi wajah cantiknya.

"Hamba mohon undur diri" Recansa menundukan kepala dan membungkukan badannya. Bersikap seolah yang ia hadapi adalah anggota keluarga Kerajaan.

Sang ibu yang melihat tingkah laku putri semata wayangnya itu hanya bisa menghela napas. Di usianya yang ke 18 tahun, dimana para gadis disekitarnya saling berlomba untuk segera mendapatkan suami bahkan tak sedikit yang sudah menikah. Sedangkan Recansa, pagi sampai siang ia mengajar disekolah milik bibinya. Selebihnya ia lebih senang berkutat dengan buku atau merecoki pekerjaan pelayan bahkan ibunya.

Terkadang sang Duchess tersebut mengkhawatirkan kehidupan putrinya, apabila ia dan sang suami meninggal, serta Gionix yang akan sibuk dengan keluarga dan pekerjaannya. Namun, suaminya, Duke Divalin, selalu menenangkannya. Ia selalu berkata tidak ada yang salah dengan tingkah laku Recansa, ia terlihat manis dengan segala tingkah ajaibnya, bukan hal yang sulit bagi pria untuk menyukai putrinya. Kelakuan Recansa dengan Duke Divalin yang memanjakannya adalah kombinasi yang menyebalkan. Pikirnya.

***

Recansa kini sedang duduk di dahan tertinggi sebuah pohon yang terdapat dihalaman depan. Pandangannya jauh menatap jalan besar yang terhalang oleh pagar tinggi yang mengelilingi rumahnya.

Recansa sengaja naik ke atas pohon agar dapat melihat kedatangan sang kakak, mengabaikan tatapan ngeri tukang kebun dan beberapa pelayan yang melihatnya. Serta teriakan Kate, pelayan pribadinya yang menyuruhnya untuk segera turun.

Setelah perang antara Kerajaan Acran dengan Kerajaan Laz yang berlangsung kurang lebih tiga bulan mereda dengan kemenangan ditangan Acran. Dua minggu yang lalu, Gionix dan sebagian pasukan lainnya ditugaskan lebih dahulu kembali ke Acran oleh Pangeran mahkota yang juga ikut berperang. Sedangkan Pangeran, dua Marquess lainnya, serta beberapa pasukan masih bertahan di medan perang untuk memastikan bahwa perang tidak kembali pecah dan keadaan aman. Dengan keadaan hanya ada satu Marquess, tentu saja pekerjaan Gionix sangat banyak, hingga tak memungkinkan untuk pulang kerumah setiap hari.

Senyum Recansa merekah saat manik cokelat keemasannya menangkap sosok sang kakak diujung jalan sedang menunggangi kuda dengan balutan seragam Marquess berwarna hitam, yang semakin membuatnya terlihat gagah.

"Cepat buka gerbangnya, Kakak sudah sampai"

Salah satu pelayan berlari ke arah gerbang untuk memberitahu penjaga gerbang agar segera membukanya.

"Nona hati-hati" Kate kembali bersuara ketika melihat Recansa terlihat kesusahan menuruni pohon.

"Hey gadis nakal" Seru sebuah suara. Recansa yang tau siapa pemilik suara itu memandang ke bawah sambil tersenyum polos.

"Siap-siap, tangkap aku!!!" Recansa menjatuhkan diri dari dahan yang cukup tinggi, diiringi jeritan para pelayan. Ia tau Kakaknya yang memiliki reflek sangat cepat itu akan segera menangkapnya.

Benar saja, Gionix berhasil menangkapnya "Ahh Pedang Abadi memang tidak diragukan" Mendengar Recansa menggodanya dengan julukan yang tidak ia suka. Gionix segera menurunkan adiknya dengan sedikit kasar, namun masih memegang pinggangnya agar tidak jatuh.

"Ayo masuk, Ibu sudah membuat hidangan istimewa untuk Kakak"

"Padahal aku berharap kau yang membuat hidangan untuk menyambutku" Gionix berbicara dengan nada serius disertai seulas senyum mengejek untuk adiknya yang sangat tidak pandai memasak.

"Hamba tidak ingin hal buruk terjadi pada anda, My lord" Recansa menanggapi ejekan Kakaknya dengan candaan. Ia kemudian menggandeng lengan Gionix, berniat menyeretnya agar segera masuk kedalam rumah.

Gionix yang melihat tingkah adiknya hanya bisa tersenyum. Sejak ia pulang dari medan perang, tugasnya sebagai satu-satunya Marquess yang ada di Kerajaan Acran sangat menyita waktu dan tenaganya, hingga tak bisa pulang untuk bertemu Ayah, Ibu, terutama Recansa yang selalu menghiburnya dengan tingkah ajaib miliknya. Sebenarnya tujuan Gionix mampir ke rumah, selain makan siang, ia juga ingin melihat tingkah Recansa untuk sedikit mendapatkan hiburan.

Disaat mereka hendak berjalan, manik milik Recansa sedikit melebar dan berbinar ketika melihat Paman Sam, pengurus kebun dirumahnya, tengah menuntun seekor kuda dari arah gerbang. Yang membuat Recansa tertarik tentu saja bukan Paman Sam, tapi kuda disampingnya. Seumur hidup ia tak pernah melihat bahkan tak tau ada kuda secantik itu. Bulunya sangat halus dan warnanya sangat cantik yakni keemasan. Tubuhnya bahkan sangat atletis dan mempesona.

"Jangan macam-macam" Peringat Gionix, seolah menyadari ketertarikan adiknya pada Kuda bersurai emas tersebut. Tau adiknya akan sangat nekat jika tertarik pada sesuatu, Gionix segera menyeret adiknya untuk melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti.

***

Terimakasih yang sudah baca...

Meskipun ga yakin juga sih bakal ada yang baca wkwk

Maaf ya kalau masih banyak kekurangan. Kritik dan saran boleh ya tulis dikomentar.

~Vebelle~ 18/02/21

Fight For My Life (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now