JANGAN CEPAT BERLALU

20.1K 3.4K 323
                                    

Selamat membaca...

St George's Hall merupakan sebuah aula besar yang berada di kastil Barclay, yang ditetapkan untuk perjamuan kenegaraan dan juga digunakan untuk resepsi pernikahan anggota keluarga kerajaan.

Sebenarnya ini kali pertama Recansa menginjakan kakinya di kastil Barclay. Dan beberapa kali ia membuka mulutnya karena merasa takjub dengan arsitektur setiap bangunan yang ada di area kastil ini. Termasuk arsitektur aula ini, dengan lampu gantung yang mengesankan, pintu perunggu besar, dinding marmer yang dihiasi dengan patung dan jendela kaca patri, dan St. George's Hall menyimpan keunikan tersendiri yaitu lantai mozaik yang disusun dari 30.000 keramik Minton. Membuat setiap orang tidak diragukan lagi terpesona oleh kemewahannya.

"Ayah pasti sudah sering kesini ya?" Tanya Recansa pada sang Ayah yang berada disamping sang Ibu.

Duke Divalin mengangguk, "Setiap tahun ada dua pertemuan dengan petinggi dari Kerajaan-kerajaan tetangga, dan Raja selalu menyambut dengan makan malam di aula ini."

Recansa mengangguk paham, tentu saja tempat seperti ini bukan hal asing bagi Ayahnya yang seorang pejabat. Bahkan mungkin bagi Ayahnya, Istana menjadi rumah keduanya, karena hampir setiap hari keluar masuk Istana.

"Bagaimana dengan Ibu?" Tanya Recansa antusias.

"Ini kali kedua Ibu datang kesini. Pertama saat pernikahan Yang Mulia Agung dan Permaisuri." Jelas sang Ibu, "Dan, dimasa depan Ibu akan lebih sering ke tempat ini." Lanjutnya dengan nada ceria.

"Benarkah? Untuk menghadiri pernikahan siapa, bu?" Recansa berpikir keras.

"Pangeran Zev dan Kau, anak kalian, cucu kalian, cicit kalian, semua keturunan kalian." Recansa melebarkan kedua matanya, mendengar jawaban sang Ibu. Ia menggoyangkan tangan sang Ibu untuk berhenti bicara.

"Ibu..." Rengek Recansa

"Memangnya Kau akan hidup sepanjang itu?" Ujar Duke Divalin.

"Meskipun Aku sudah meninggal, Aku akan turun ke bumi untuk menyaksikan keturunanku menikah." Jawab sang Duchess tanpa beban, membuat Duke Divalin terkekeh.

"Wah, siapa yang menyangka Aku akan menjadi ibu mertua calon Raja Acran." Duchess Divalin menyenggol lengan sang suami yang tersenyum.

Recansa mencebikkan bibirnya, kemudian ia mengedarkan sekali lagi pandangannya untuk melihat tiap detail dari arsitektur bangunan ini. Dan, pandangannya berhenti pada lantai atas aula tersebut, dimana terdapat sosok Raja Jeffrey yang tengah duduk dan melihat kearahnya sambil tersenyum.

Recansa melambaikan tangannya dengan senyuman merekah dari bibir merah mudanya.

Hal tersebut tak lepas dari perhatian empat sosok pria yang juga sedang berada dilantai atas dengan segelas minuman ditangan mereka.

"Aku pikir mereka akan tampak serasi jika bersanding." Bisik Madrox pada Pangeran Zev merujuk pada Recansa dan Raja Jeffrey.

"Haha.." Gionix tertawa di buat-buat, "Leluconmu luar biasa Mad." Ujarnya dengan mata memelototi Madrox seolah berkata 'Hati-hati dengan mulutmu.' Namun hanya di balas cengiran tanpa dosanya Madrox.

Pangeran Zev tak menanggapi ucapan para sahabatnya. Manik birunya menatap tanpa ekspresi interaksi antara Recansa dengan Raja Jeffrey. Kemudian ia melangkah pergi, meninggalkan para sahabatnya tanpa sepatah katapun.

"Kau senang sekali menggoda Zev." Ujar Maxima.

Madrox terkekeh, "Dalam sebuah hubungan sedikit kecemburuan itu perlu, layaknya garam dalam makanan, sedikit tetapi dapat meningkatkan rasa." Ujarnya, menatap kepergian Pangeran Zev yang kini tengah menuruni anak tangga.

Fight For My Life (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang