CREED

16K 2.6K 194
                                    

Selamat membaca...

"Terimakasih." Recansa melepaskan tangannya dari sang Ayah yang telah membantunya turun dari kereta kuda.

"Ayo!" Duke Divalin mulai melangkahkan kakinya yang diikuti Recansa.

Dua orang penjaga dengan sigap membukakan pintu gerbang istana Valdoxan, kediaman resmi Raja Acran beserta keluarga, yang lantas dimasuki Duke Divalin serta Recansa.

Saat ia membuka matanya, Kate memberitahu kabar bahwa Keluarga Kerajaan Acran telah kembali dari Kerajaan Pidovix. Recansa yang mendengar kabar tersebut tak bisa menyembunyikan rasa senangnya dihadapan Kate, akhirnya hari ini tiba, setelah hampir dua pekan dirinya tak bertemu dengan Pangeran Zev.

Tadinya Recansa berencana untuk tidak buru - buru menemui Pangeran Zev, mungkin sekitar dua atau tiga hari lagi.

Namun, kabar Pangeran Zev yang jatuh sakit saat dalam perjalanan pulang, membuat sang Ibu memaksanya untuk segera menjenguknya pagi ini juga. Sehingga jadilah ia berangkat bersama sang Ayah yang juga akan melakukan rapat di Istana.

"Ayah, apa sebaiknya Aku kembali saja?" Recansa segera merapatkan mulutnya saat melihat reaksi sang Ayah yang menggelengkan kepalanya, "Ayah, bukankah kedatanganku hanya akan mengganggunya?" Lanjutnya lagi.

"Justru jika Kau tidak datang itu lebih menganggu pikiran Yang Mulia."

"Kau calon tunangannya, tetapi mengetahui dirinya sedang sakit, Kau justru tak mau menemuinya." Omel Duke Divalin.

"Ku bilang nanti, lain waktu, bukan tak mau menemuinya." Bela Recansa.

Duke Divalin menggeleng, kemudian mengelus puncak kepala Recansa, "Sudahlah. Ayah tak bisa mengantarmu sampai kedalam."

"Kau bisa masuk bersama Maxima." Kata Duke Divalin bersamaan dengan kemunculan Maxima dihadapan mereka dengan seragam Marquees - nya.

"Selamat pagi My lord, Putri Recansa." Sapa  Maxima.

"Selamat pagi." Kata Duke Divalin.

Recansa memberi hormat, "My lord, selamat pagi."

"Recansa ingin menjenguk Yang Mulia, bisakah ia masuk kedalam bersama Anda?" Tanya Duke Divalin, "Aku harus segera pergi ke ruang rapat." Jelasnya.

"Tentu My lord." Jawab Maxima. "Mari silahkan!" Maxima menyuruh Recansa untuk jalan terlebih dahulu.

Recansa menuruti Maxima, ia mulai melangkahkan kakinya meninggalkan sang Ayah, setelah tadi berpamitan.

Maxima yang mengikutinya, memperhatikan Recansa dari belakang dalam diam. Sesekali ia mengulas senyum tipisnya ketika mendengar gerutuan Recansa tentang Pangeran Zev yang tiba - tiba jatuh sakit. Maxima menganggap gerutuan Recansa sebagai rasa khawatir wanita itu pada sahabatnya.

"Saat dihadapannya kurangi omelanmu itu, Recansa." Ujar Maxima.

"Oh tuhan akhirnya Kau membuka mulut, Max." Sarkas Recansa.

Mendengar balasan Recansa, Maxima segera menutup kembali mulutnya. Dari sini ia meyakini, Recansa memang cocok menjadi pasangan Zev.

"Apa Kau merindukan Zev?" Maxima tak bisa untuk tidak menanyakan hal itu.

Recansa menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya untuk menghadap Maxima. Akibat tindakannya, Maxima yang terkejut dengan segera memundurkan langkahnya.

Recansa mengangkat jari telunjuk dan jempolnya dan mendekatkannya sebagai isyarat, "Sedikit saja." Ujarnya dengan raut wajah datar.

Maxima menggelengkan kepalanya, memperhatikan Recansa yang kini sudah kembali melangkahkan kakinya memasuki bangunan utama istana.

Fight For My Life (SUDAH TERBIT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant