Bab XI • C Kecil Juga Punya Cerita

1.4K 122 10
                                    

Lagi pengen update para bocil🧒

•••

Di sebuah Sekolah Dasar swasta, dimana Cavin menimba ilmu, anak-anak nampak berhamburan keluar kelas berondongan-bondong berlari ke kantin. Tapi Cavin Malihpanji Wiratanegara tidak demikian. Anak sulung Chatur dan Cleo itu masih anteng didalam kelas menunggu sepi, baru kemudian dia beranjak bersama kedua bocah laki-laki lainnya. Yaitu Edo dan Riski.

Ketiga anak itu berjalan beriringan melewati koridor dengan cool style. Sepanjang mereka melangkah, atensi anak-anak lainnya terutama yang berjenis kelamin perempuan mengarah malu-malu pada ketiganya.

Dari arah depan, seorang anak perempuan berambut hitam lurus panjang terlihat sedang bercanda dengan temannya sambil berjalan mundur. Hingga imbasnya ia tak memperhatikan sekitar dan gadis kecil itu syok sesaat ia berbalik badan.

Bruk!

"Ya ampun! Maaf, maaf. Tasya gak sengaja." ucap Tasya pada sosok yang menerima akibat dari perilaku cerobohnya.

Cavin yang merasakan dingin pada seragamnya yang terkena noda merah muda dari minuman yang dibawa Tasya, menatapnya emosi.

"Nggak punya mata ya?! Lihat dong, bajuku jadi basah dan kotor gara-gara kamu jalannya gak bener." bentaknya tak menutupi kemarahan. Yap. Beginilah perangai si sulung. Mudah terbakar.

Tasya yang dibentak begitu, matanya langsung berkaca-kaca. Kepalanya tertunduk dengan bibir yang melengkung kebawah.

"Tapi kan Tasya gak sengaja Cavin." cicitnya takut. Terkadang Tasya juga bingung, kenapa ia selalu berurusan dengan Cavin. Padahal ia juga tidak mau. Cavin itu galak. Apa-apa marah. Apa-apa bentak. Tasya gak suka digituin. Perasaannya sensitif. Buktinya dia sudah sesegukan saat ini. "Hiks hiks. Maafin Tasya. Tasya tau Tasya salah karna jalannya mun-hiks-dur."

Cavin semakin dibuat kesal melihat Tasya menangis. Tapi karena ajaran daddy dan mommy, tentang laki-laki sesungguhnya adalah laki-laki yang tidak pernah main kasar apa lagi sampai memukul perempuan. Maka dari itu, Cavin sekuat mungkin meredam kekesalannya dengan berlalu pergi begitu saja melewati Tasya yang masih setia dengan air mata dipipi chubby nya.

Kedua temannya mengikuti Cavin begitu saja.

"Tasya itu cengeng banget ya."

"Iya. Tapi kasian dia kena omel mulu sama Cavin." Edo dan Riski ikut mengomentari.

"Gak usah urusin dia." titah Cavin tak mau dibantah. Kalau terus dibahas, yang ada selera makannya ikut ilang juga bersamaan dengan moodnya. No! Cavin sudah mendambakan sekali cumi goreng di kantin. Ia tidak mau gara-gara membahas Tasya, ia jadi tidak makan.

Entahlah. Gadis satu itu memang selalu membuat kesalahan padanya. Terakhir kali saja ia ditegur daddy gara-gara Bu guru melapor pada orangtuanya soal Tasya yang menangis karena dirinya. Padahal kan dia saja yang memang dasarnya cengeng. Dikit-dikit nangis.

"Terus baju kamu gimana Cavin? Pasti lengket." Riski sembari mengeryit kecil melihat temannya sudah tak serapih beberapa menit yang lalu. Mana basahnya besar sekali.

"Biasa. Nanti juga kering." tiba didepan stand, mata kloningan Chatur itu berbinar dengan rasa lapar yang dominan kembali datang. Di etalase kaca depannya ada menu favoritnya. Cumi-cumi.

"Eh ada cah ganteng. Cavin baru keluar?" tanya ibu penjaga stand itu akrab. Cavin mengangguk.

"Saya sama cumi. Porsinya dua ya Bu." pintanya ketika si Ibu menyendokkan lauk pilihannya ke piring berisikan nasi.

"Siap ganteng. Ini," Cavin menerima pesanan miliknya lalu disusul Edo dan Riski yang menyebutkan lauk pilihan mereka.

Setelah selesai, ketiganya duduk di bangku yang masih kosong untuk menyantap makanan masing-masing. Cavin yang sudah tidak tahan, langsung menyantap nikmat hewan laut berjenis Moluska itu.

C FamilyWhere stories live. Discover now