Bab III • Ajakan Makan

1.9K 180 12
                                    

"KAMU gila bawa aku ke tempat begini?!" cecar Cleo kala Chatur menghentikan mobil yang mereka tumpangi didepan sebuah bar.

"Males juga kalo gak terpaksa." gumam Chatur yang masih dapat didengar Cleo. Sontak saja mata cewek itu membulat tidak terima.

"Maksud kamu?!" Chatur berdecak sambil melirik pada istrinya itu.

"Bisa kali ini aja kamu nurut?"

"Ta-tapi gak baik Mas. Kamu lupa aku lagi hamil anak kamu?" Cleo masih enggan ikut.

"Kalo gitu pesen taksi." putus Chatur langsung membuka pintu mobil dan keluar tanpa menghiraukan Cleo yang memanggil namanya.

Pada akhirnya, wanita itu tetap mengikuti Chatur masuk ke dalam Bar.

Mengambil duduk disalah satu bar stool yang diletakkan berjejer, Chatur nampak disapa seorang laki-laki yang setelah dekat barulah Cleo dapat melihatnya dengan sangat jelas.

"Owh, pantes aja laki gue masih suka main ke sini ya. Ini pasti karena ajakan lo 'kan?!" tuduh Cleo pada sosok yang duduk disebelah kiri Chatur. Pria dengan hidung lancip yang dibingkai rahang tegas juga netra segelap malam yang kini melirik tajam Cleo, bak musuh tujuh turunan yang dipertemukan.

"Ngapain sih lo, ajak nih bocah? Bikin pusing aja." ujar Samuel, kakak Cleo lalu menutupnya dengan menenggak bir dari sloki. Hal itu tentu tak dapat Cleo terima begitu saja. Turun dari kursi berbantal bulat, ia memukul sekuat tenaga lengan atas Samuel yang berbalut jas hitam mahalnya.

"Shit!" umpat Samuel tersedak akibat ulah sang adik. Manik mata saling bertemu penuh dendam, Cleo menantang pria itu dengan berkacak pinggang untuk membalasnya. Jelas saja Samuel kalah telak. Karena bila dia berani, Samuel bisa habis digebuki laki-laki yang tengah menikmati vodka disebelahnya. Dan juga ia masih cukup waras agar tidak dicoret dari kartu keluar jika ayah mereka sampai tahu.

Alhasil Samuel hanya bisa membuang napasnya kasar dengan wajah bertolak ke depan menambah minuman.

Ditempatnya Chatur tak mengindahkan perseteruan yang amat sudah biasa terjadi ketika kakak beradik itu bertemu. Heran, padahal masing-masing sudah menikah. Tapi kelakuan masih tetap seperti anak kecil yang duduk di bangku SD.

"Absolut." pesannya pada bartender. "Cleo duduk." perintah Chatur kemudian yang dituruti wanita bersurai brunette itu meski dengan cemberut.

Tak berselang lama minuman miliknya disajikan, Chatur meneguknya dalam sekali tenggak. Memejamkan mata meresapi, merasakan cairan bening itu membakar kerongkongannya sejenak.

"Jadi akhirnya lo gantiin bokap lo?" tanya Samuel memulai pembicaraan.

"Terpaksa." Catur menyahut datar.

"Hah.. ujung-ujungnya memang gitu 'kan? Itu udah garis hidup lo sob. Mau gimanapun lo menolak, pasti bakal ketemu juga." Chatur meneguk sekali lagi vodka absolut miliknya. Desah tipis usai menyesap minuman keras itu keluar dari bibirnya.

"Lo sendiri? Seneng?"

"Awalnya sih, pusing. Tau sendiri kuliah aja tipsen mulu. Tapi yeah, gimana lagi. Kalo gue gak maksain buat bisa, yang ada perusahaan yang dibangun keluarga gue bangkrut ditangan gue sendiri." tuturnya berbagi pengalaman.

Masa muda yang diabaikan memang akan terasa dampaknya setelah sudah dewasa nanti. Banyak sekali yang disesali dengan kata andai. Tapi tidak semua. Karena walau bagaimanapun, yang lampau adalah bagian dari proses pendewasaan. Meskipun salah, tetap saja itu berharga sebagai kenangan masa muda.

"Yang..." Chatur menoleh merasakan tarikan diujung kaosnya. "Haus. Mau pulang." rengek Cleo meminta. Dari tadi dia dibiarkan hanya melihat kedua cowok itu menyesap minuman masing-masing.

C FamilyWhere stories live. Discover now