Bab II • Sindiran

2.1K 202 13
                                    

SEPERTI permintaan Cleo, di jam 2 siang Chatur kembali ke rumah untuk menjemput sang istri.

Cleo dengan dress putih diatas lutut dipadu cardigan green pastel baru saja mengambil tempat disamping kemudi. Rambut panjang yang biasanya digerai bebas kini ia simpul menjadi kepang.

"Kamu udah makan?" tanya Cleo selang beberapa menit mobil mulai berjalan.

"Udah." jawab Chatur singkat.

"Kok aku ngerasa panas banget sih." Cleo mengeryit sambil tangannya bergerak mengipasi wajahnya. Dengan cepat wanita itu menaikan level penyejuk udara didepannya.

"Siapa suruh dandan segala. Kayak mau kemana aja." celetuk Chatur dengan nada menyindir. Cleo langsung menoleh tajam pada lelaki itu.

"Dandan apa sih? Biasanya juga gini kok kalo keluar."

"Pipi merah. Abis ditampar?" lanjut Chatur makin membuat Cleo meradang. Keahlian suaminya memang menaikan emosi.

"Ya ampun Yang! Ini aku cuma pake bedak sama lipstik doang. Kalo pipiku merah itu karena kena sinar matahari." jelas Cleo mengelak tuduhan Chatur. "Udah ya, kamu mending diem. Cuek-cuek, tapi sekalinya ngomong bikin darting. Dasar nyebelin!" mengalihkan muka kedepan, Cleo mencoba meredam amarah yang memupuk didada. Dengan Chatur memang harus banyak sabar.

Sedang yang dijengkelkan justru hanya diam tak merasa bersalah sedikitpun.

Sampai di sebuah kedai yang diinginkan Cleo, sepasang suami istri itu turun dan mengambil tempat yang tersedia. Hanya terdapat dua meja kayu ukuran kecil dengan masing-masing dua kursi melingkarinya.

"Bapak, pesen cilok isi keju. Kuahnya pake bumbu kacang ya Pak. Kamu apa?" tanya Cleo pada Chatur.

"Nasi padang ada?" jawab Chatur malah balik bertanya. Cleo melirik datar laki-laki didepannya itu. Sudah tahu mereka di gerai cilok. Mana ada nasi padang? Memang sengaja mancing emosi orang itu.

"Nanti malam tidur di luar." ancam Cleo mendapat dengusan geli dari Chatur.

"Becanda. Gitu aja ngambek." sudah Cleo bilangkan Chatur itu orang nomor satu paling menyebalkan.

"Eh, mau kemana?" tanya Cleo ketika Chatur tiba-tiba beranjak dari duduknya.

"Nyebat." lalu pria itu berlalu keluar dari tenda. Cleo menghela napasnya kasar.

Tidak suka sebetulnya dengan kebiasaan merokok Chatur yang masih ada. Padahal sejak awal menikah, Cleo sudah memintanya berhenti. Tapi Chatur ya, Chatur. Sulit sekali diatur.

Jadilah Cleo menikmati cilok miliknya sendiri, sedang Chatur disamping tenda sambil menyesap dalam nikotin yang terselip antar jarinya lalu menghembuskan napas yang mengeluarkan asap dari bibirnya. Mata tajam nan teduh itu menatap lalu lalang kendaraan yang cukup ramai siang itu.

"Yang," seru Cleo. Chatur menoleh dan secara otomatis membuang puntung rokoknya yang tersisa lalu ia injak.

"Udah?" Cleo mengangguk. Keduanya pun memasuki mobil seperti sebelumnya.

"Mama tadi telpon aku. Katanya suruh main. Jadi anter ke Mama ya." ujar Cleo yang diangguki Chatur. Melajukan mobil, Chatur membelah jalanan ibu kota menuju rumah orang tuanya.

Melewati gerbang yang dibukakan oleh satpam penjaga, rumah mewah mengusung kesan Eropa-Modern dengan keseluruhan berwarna putih itu langsung menyegarkan mata memandang.

Lampu kristal yang tergantung di teras tepat didepan pintu utama seakan memudahkan para tamu yang tiba untuk menebak kemewahan yang ada didalamnya.

C FamilyWhere stories live. Discover now