[29] Berkunjung

Mulai dari awal
                                    

"Ini kenapa?" Gisha baru menyadari sebuah lebam di pipi El. Tapi tunggu, bukan hanya satu, tapi sekitar 3 lebam diwajah cowok itu yang hampir memudar.

El yang paham dengan apa yang Gisha maksud hanya menarik tangan Gisha untuk kembali mengusap bagian pipinya. "Itu ditonjok orang Sha."

Kening Gisha mengkerut. "Loh, kapan? Kok gue baru sadar."

"Kemaren—eh gak tau deh, gue lupa."

Mata Gisha terus menatap lebam itu. Gisha bahkan baru menyadari adanya lebam di pipi El. Kemana saja ia selama ini hingga tak tau akan hal itu. Padahal yang terkena lebam itu bagian wajahnya, bagian yang hampir setiap hari Gisha lihat. Namun, Gisha baru sadar dengan lebam itu sekarang.

"Kok gue gak sadar?"

El menggedikkan bahunya. "Mungkin karena Lo gak pernah kh—"

"—eh udah Dateng."

El berdecak. Untuk hari ini, dua ucapannya berhasil dipotong. El kesal sendiri jadinya.

Thalia terlihat baru saja datang dengan bayi digendongannya. Dibelakangnya ada Rena, Devina, dan Alvaro yang tengah dituntun oleh Devina.

Gisha berdiri kaku. Jantungnya mulai berdisko, keringat juga ikut membanjiri, apalagi otaknya yang mendadak lemot.

Dengan kaku, Gisha menyalimi para perempuan yang menurutnya lebih tua darinya.

"Udah, duduk aja duduk. Jangan sungkan." Titah Thalia.

Gisha kembali duduk. Tangannya sedikit menarik baju yang tengah El kenakan, mencoba menyuruh El untuk duduk disofa saja. Tapi sepertinya, El tidak peduli. Cowok itu malah kembali memakan camilannya, namun kali ini seorang bocah menemaninya.

Gisha duduk tepat disamping Thalia, disebelahnya yang lain ada Rena. Dan disebelah Thalia ada Devina—anak pertama Wina.

"Jadi kamu pacar nya El?" Tanya Thalia yang sesekali fokusnya teralih pada bayi digendongannya.

Gisha mengangguk kaku. Kakinya bergerak memberi kode pada El untuk menyelamatkannya dari situasi ini. Namun naas nya, El tak menggubris sama sekali. Mendadak, cowok itu jadi budek.

"Nama nya siapa?" Tanya Rena.

"Gi-Gisha."

Rena terkekeh. "Jangan gugup gitu. Aku gak bakalan galak-galak kok." Rena berucap. Mungkin karena tahu kegugupan Gisha sekarang, maka ia berusaha membuat Gisha lebih Rileks.

Menghembuskan nafasnya, Gisha kemudian mengangguk. Santai, jangan panik.

"Nama aku Rena, kamu bisa panggil aku kak Rena." Ucap Rena lagi.

"Iya kak."

Rena sedikit tersenyum kala merasakan Gisha yang sudah tidak terlalu tegang. "Mah, kenalan dong." Suruh Rena pada Thalia.

"Eh iya lupa. Nama Tante, Thalia. Kamu bisa panggil Tante atau mamah juga boleh. Tante ibunya Rena, Tante pertama El juga." Thalia memperkenalkan diri.

Gisha tersenyum, seraya mengangguk. "Iya Tan. Nama aku Gisha."

"Cantik banget." Puji Thalia. "Oh iya, disebelah Tante itu Devina, anaknya Tante Wina. Tante Wina itu yang tadi nyuruh kalian masuk. Nah kalo anak kecil yang lagi sama El, itu Varo, anak bungsunya Tante Wina. Kalo baby girl ini, namanya Alena, anaknya Devina." Jelas Thalia panjang.

Gisha hanya mengangguk. Sesekali tersenyum pada Devina saat Thalia memperkenalkannya. Namun, atensi nya teralih pada malaikat kecil digendongan Thalia.

Sangat menggemaskan, gembul, dan gemoyyy.
"Tante, Gisha boleh pegang?"

Thalia mengangguk. "Boleh banget. Baby nya juga mau disentuh kakak cantik."

Tangan Gisha dengan ragu mulai membelai pipi gembul bayi perempuan itu. Sangat lembut, dan halus.
"Umurnya berapa?"

"Baru 4 bulan." Jawab Devina.

"Lucu banget. Gemoy hehe."

Devina terkekeh mendengar ucapan polos Gisha. "Lucu kan? Aku juga kadang suka pengen gigit Pipinya, abis lucu banget."

"Masa kamu mau gigit pipi anak sendiri sih? Nanti pipi anak kamu ada bekas gigi kamu lagi." Ucap thalia.

Memang jika Devina sudah sangat gemas dan ingin mencubit atau menggigit anaknya itu, Thalia dan Wina selalu saja langsung cerewet. Maklum, cucu pertama yang baru brojol, jadi harus dijaga baik-baik.

"Ya gak gitu juga mah." Sahut Rena.

"Bisa aja kan." Jawab Thalia.

Atensi beberapa orang disana teralih pada beberapa orang yang baru saja datang. Dua wanita, dan enam pria.

Mereka langsung ikut duduk disofa dan mulai menatap kehadiran Gisha penasaran.

"Nah, mah ini itu pacarnya El." Wina memperkenalkan Gisha pada Sania.

Sania mengangguk dengan senyuman ramahnya. "Cantik banget. Sini sayang, duduk samping Oma."

Gisha mengangguk. Dengan patuh, Gisha langsung duduk disamping Sania yang masih tersisa ruang.

Sania mengelus rambut Gisha pelan. "Cantiknya. Nama kamu siapa?"

"Gisha."

Sania terkekeh. "Jangan tegang gitu, disini gak ada yang judes kok kecuali El sama Raka."

Gisha menarik alisnya. Tak mengetahui dengan seseorang yang Sania ucapkan terakhir.

"Raka itu, papahnya El." Jawab Sania seolah mengerti dengan kebingungan Gisha.

"Kenalan dulu lah." Ucap seorang pria. "Kenalin, nama om—Dizan, suaminya Tante Wina."

Gisha mengangguk ramah. "Gisha Om."

"Mending Oma aja yang ngenalin kalian, biar gak ribet." Potong Sania. "Nah Gisha, yang duduk di sofa single itu Raka—papah nya El. Yang duduk paling ujung itu Ilham—suaminya Rena. Disamping Ilham ada Raffi—suaminya Tante Thalia. Sebelah Raffi itu suami Oma, namanya Reza. Dan yang Deket Dizan itu Rafael, suami Devina." Jelas Sania.

"Kamu inget?" Tanya Sania.

Gisha malah terkekeh kikuk. "Nggak Oma."

-o0o-

Yahh gantung:-D

Aku up malem lgi, karena gk ada kuota😭

Y udh gpp ya🥺
Part ini juga pendek, aku bikin cepet bngt karena udh ngantuk

Dua hari ini, soalnya ada kegiatan jadi susah dh

50++ komen yu😓
Hyu bisaaa dongggggg

Lope segunung 💖💖

See you next chapter 👋🌻💕💕
.
.
.

GALAKSA [End/Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang