November rain, jangan nangis!

1.2K 144 17
                                    

Rinai hujan november kali ini mereka masih sibuk sendiri sendiri, Felix dengan rekam medik yang menumpuk dan Hyunjin entah negera mana lagi yang di jelajah.

Senyum Felix sudah memar, Enggan tertawa melihat bertumpuk bab memoar— cerita yang seharusnya menjadi penghangat di kala dingin menusuk rusuk tulang bagian dalam.

Ingin rasanya Felix mencaci kubah langit, mengeluh kepada awan kenapa tidak lekas hilang dan memperlihatkan biru shappiere yang menawan.

Hasrat untuk terus membaca bab akhir dari buku penyakit dalam pun memudar karena Felix bosan.

"Huh" keluh Felix sembari menempelkan punggunya kesofa, raganya sedang malas bergerak untuk cepat cepat bergegas pulang.

Karena dirumah ia akan sendirian, Hyunjin tidak ada disana memyambut Felix datang seperti biasanya.

Begitu pintu ruangan terbuka tampak Eric sumringah seperti biasa. "Ayo pulang!!! Jam mu sudah habiskan, donkatsu yang di tempat baru kata Sunwoo layak di coba sebelum jam sembilan malam!!"

Tidakkah Eric melihat wajah Felix kusam dan cemas karena rindu kepada Hyunjin saat bulan oktober kemarin tak terbalas.

"Pangeran mu belum pulang?"

Ditanya Eric, Felix tertawa sumbang. Menatap basah kalender bulan sebelas di angka tiga belas— sebentar lagi ulang tahun hubungan mereka yang ketiga.

"Felix..."

Guncangan tubuh Felix dapat saat Eric sudah duduk disebelahnya.

"Aku tidak berselera makan Eric"

"Tapi kau butuh tenaga untuk sampai rumah dan tidur"

Felix tau itu— ia harus makan untuk kuat menghadapi kenyataan yang tak sesuai khayalan. Bayangan indah Hyunjin melamarnya karena sudah cukup lama hubungan mereka— tapi si Hwang tidak kunjung jua.

Felix sebal tapi kepentok sayang, tidak bisa berbuat apa apa.

Masuk ke apartement yang sunyi, Felix bergidik karena dingin dan sepi. Rindu yang mengilu menusuk lebih tajam dari pada rasa iri tentang hubungan Eric dan Sunwoo yang begitu manis seperti kopi.

Felix membanting tas nya ke lantai, ia sedang kesal dengan keadaan.

Kepada dirinya karena kenapa tidak ia saja yang melamar duluan.

Hyunjin terlalu lama sampai rasany Felix tersiksa— apa Hyunjin bosan dengannya. Akhir akhir ini Felix memang jelek, memiliki jerawat di ujung jidat. Itupun karena alergi kepiting yang Hyunjin bawa sebagai oleh oleh terbang dari osaka.

Air yang menetes dari jaket kulit panjang Felix, ia biarkan membasahi lantai.

Siapa yang akan marah, Hyunjin tidak ada disini.

Kabar tiga hari lalu, Eropa bagian Rusia yang sedang di singgahi sang Hwang utama.

Brrrr

Dingin. Inisiatif Felix menyeret dirinya ke kamar mandi berendam air panas dan menghilangkan pegal pegal, karena sumpah— rasanya tulang belulangnya mau patah.

Tanpa tau malam itu Felix terlelap dengan barthrobe yang masih melekat.

Pagi hari nya tampak yang indah dibalik jendela yang ternyata sudah di sibak, Felix  disapa oleh segenap embun yang berwarna.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang