tigapuluhenam

1.7K 133 0
                                    

Kelas akhir dalam masa sekolah menengah atas mereka sudah dimulai, sejak beberapa bulan lalu Setelah kenaikan kelas, hubungan Alan dan saudara-saudaranya juga membaik.

Tentang Anya? Masih seperti terakhir kali, dirawat di rumah sakit jiwa.

Kalau ada yang masih bingung masalah Anya, ibu Alan, ia ditahan selama bertahun-tahun di balik jeruji besi karena tindakan Penganiayaan juga jual beli Narkoba.

Benar, yang dia aniaya itu Alan, dipukuli, ditampar, dan berbagai tindak kekerasan lainnya, sebelum Karina dan suaminya menemukan Alan bersembunyi di balik gorong-gorong tanpa suara, hingga beberapa bulan sampai bisa membuat Alan mau membuka dirinya dan mulai berbicara pada orang lain lagi.

Untuk alasan Anya melakukan itu karena ia tidak sanggup dan terlalu patah hati di tinggal suaminya pergi, meninggal dunia karena kecelakaan saat ditemoat pekerjaan konstruksi.

Bapak Alan kuli bangunan.

Kata Alan saat berusia enam tahun, ah lebih tepatnya Farel ya?

"Aku bahagia banget lahir dikeluarga ini, bapak, ibu, adek-adek aku sayang kalian!!" 

Tapi semua itu berubah setelah Bapak Alan meninggal.

Diusia itu juga Alan, Gerald dan juga Safa mulai masuk sekolah, ibunya mulai meminjam uang kesana kemari.

Kalau saja Bapak hati-hati lagi saat bekerja.

Kalau saja Bapak nggak ninggalin kita.

Kalau saja Bapak nggak nyerah begitu saja saat di rumah sakit.

Kalau...

Kalau...

Itu yang selalu Gerald katakan.

Gerald baru sadar, kadang kita juga harus nyerah atas suatu keadaan.

Seperti sekarang ia terdampar ditengah jalan dengan keadaan yang mengenaskan, darah terus bercucuran dari kepalnya.

Pandangannya melihat lampu jalan yang terang, tapi tidak seorang pun lewat disana.

"T...olong..."

"To...long."

Rintih Gerald yang masih berusaha sadar.

Ia masih berusaha.

Jiwanya mengatakan ia kuat, tapi lain dengan raganya, pelan-pelan matanya terpejam hingga cahaya lampu jalan tak lagi terlihat dipenglihatannya.

^^^^^

"Ini kasus tabrak lagi." Mendengar itu Alan yang kentara sekali dari wajahnya sangat khawatir dengan Gerald yang ada di dalam sana.

"Saya minta tolong, segara temukan pelakunya pak!" Ujar Alan yang menjabat tangan polisi itu dangan kuat, seolah memberi kepercayaan.

Tidak lama darang dari ujung lorong, Gebi dengan tas bekalnya.

"Lan, gue tau lo lagi sedih, tapi lo nggak bisa lewatin makan lo kayak gini." Ujar Gebi yang juga duduk di sebelah Alan didepan kursi tunggu yang ada di depan ruang ICU.

Alan hanya tersenyum menanggapi Gebi, di tatap lekat-lekat paras cantik pacarnya itu.

"Gue capek, masalah nggak pernah selesai datang ya?" Lalu Alan mengusap wajahnya gusar.

"Lan, namanya juga hidup kan, yakin deh, ini udah jalan tuhan buat lo." Hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari mulut Gebi, ia tidak mengindahkannya.

Dikit-dikit Cembokur [END]Where stories live. Discover now