empatbelas

2.1K 194 22
                                    

Jangan lupa vote

Gebi tertawa terbahak-bahak melihat acara televisi yang menurut nya sangat lucu itu.

Di temani teh kotak kesayangannya, jangan lupakan makanan juga.

Hingga tak terasa hari mulai gelap, Gebi masih menonton televisi dan setia duduk di sofa.

Bunda yang melihat putrinya itu paham pasti ada yang mengganggu pikiran Gebi, hingga putrinya itu menyibukkan diri dan sama sekali tidak melihat ponsel.

Perlahan Bunda mendekati Gebi duduk disampingnya, "Kamu ada masalah, sayang?" Tanya Bunda lembut.

Gebi terdiam, lalu tersenyum lebar. "Nggak ada."

Bunda hanya mengangguk.

^^^^^

"Nes, lo pulang kemana?"

"Biar gue anter." Sambung Alan.

Anes menggeleng, menolak ajakan Alan.

"Please, gue masih belum percaya lo tiba-tiba muncul dihadapan gue setelah sekian lama." Sahut Alan.

Anes mengangguk, "Ya udah, iya."

Terus memandangi Anes yang ada disebelahnya, walaupun sedang menyetir membuat Anes gereget sendiri.

"Alan lo lagi nyetir liatnya kedepan!"

"Lagian gue masih bingung kenapa bisa lo ada disini, coba jelasin tentang kabar kematian palsu lo itu." Sahut Alan yang memang sedikit menyindir di akhir.

Anes sedikit meringis mendengar ucapan Alan, "Gue emang sempat kritis dan dibawa kerumah sakit, setelah itu," Anes menggantung ucapannya.

Alan menaikan sebelah alisnya, menunggu sambungan cerita Anes.

"Setelah itu gue kabur." Bohong Anes, sedikit, mungkin.

"Kabur? Lo kabur kemana? Sama siapa? Terus selama in-" Tanya Alan pada Anes bertubi-tubi, karena jawaban Anes tidak membuatnya puas.

"Yang penting sekarang gue disini,kan." Sela Anes.

"Kevin." Ujar Alan.

Anes menoleh kearah Alan, lalu menatapnya seolah bertanya.

"Kevin yang bikin lo berbuat kayak gitu, kan?" Tanya Alan pada Anes.

Mengehela nafas kasar, "Lan, bisa lo nggak nyalahin orang?"

Alan terkesiap mendengar sahutan Anes, seolah cewek itu membela Kevin, yang sudah menghancurkan masa depannya.

"Gue turun disitu aja." Anes berujar.

"Nggak."

"Lan, please." Mohon Anes.

Alan menghela nafas gusar, membuka kunci mobil, lalu Anes turun dark mobil Alan.

Berdiri di samping pintu mobil, "Kita nggak pernah punya hubungan, Lan." Ujar Anes.

Lalu berlenggang meninggalkan Alan yang kesal setengah mati.

"Bangsat." Memukul setir mobilnya keras.

Dikit-dikit Cembokur [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang