"Sayang, mam dulu ya" ucap Albara, baby Ola mengangguk sambil mengambil tangan kiri Albara untuk ia genggam, baby Ola menerima suapan demi suapan dari Albara yang rasanya semakin jauh lebih enak.

Albara mengangkat baby Ola ke pangkuannya saat gadisnya sudah seperti kekenyangan, Albara membawa kepala baby Ola ke ceruk lehernya mengusap punggung gadis itu lembut.

"Kenyang, hm?" Tanya Albara.

Baby Ola tidak menjawab, ia malah semakin erat memeluk leher Albara membuat semuanya pun ikut heran. "Jawab pertanyaan aku, baby." Bisik Albara.

"Pindah," lirih baby Ola.

Albara mengangguk lalu mengangkat baby Ola ke gendongannya, ia menaikkan dagunya kepada mereka semua seolah memberi isyarat dirinya dan gadisnya pamit duluan.

Baby Ola mendongak lalu mencium dagu Albara cukup lama,  "Bala, ganteng banget!"

Albara tersenyum malu-malu, "Aaa, jangan kayak gitu! Bala malu jadinya." Rengek Albara sambil menyembunyikan wajahnya diceruk leher gadisnya.

Kini mereka sedang duduk di kursi dalam tenda dengan baby Ola duduk dipangkuan Albara, ternyata gadisnya ini sedang ingin berdua-duaan dengannya bukan karena hal lain. Tadinya Albara sempat panik saat mendengar ucapan lirih dari kekasihnya untung saja gadisnya tidak ada apa-apa hanya saja ingin dimanja olehnya.

"Ih, kok rengek-rengek kayak gitu?! Nggak cocok tau," ucap baby Ola.

Albara menjauhkan wajahnya ia memasang wajah cemberut lalu mengigit-gigit kecil pipi bakpau gadisnya membuat sang empu terkikik geli.

"Bala, jorok! No, no!" Pekik baby Ola.

"Nggak mau!"

Albara menggendong tubuh baby Ola berjalan ke arah ranjang, ia menidurkan bayinya lalu tangannya menggelitik perut baby Ola hingga gadisnya tertawa lepas karena kegelian.

"Bala, udah capek! Huwaaa..."

"Hahaha!" Baby Ola tertawa kencang bahkan kedua matanya menetes sangking tidak tahan dengan gelitikan tangan Albara pada perutnya.

"Rasain, lagi hm?" Tanya Albara.

"Ampun, Bala! Piyik minta maaf, haha." baby Ola berbicara sambil tertawa kencang menahan kegelian, ia sebenarnya ingin menangkap kedua tangan Albara tapi tenaganya tidak cukup.

Albara membawa baby Ola kepelukannya, nafas mereka terengah-engah. Baby Ola berusaha mengatur nafasnya, ia meremas erat kaos yang dipakai Albara saat dadanya perlahan sesak.

Baby Ola memejamkan matanya merasa tidak bisa mengatur nafasnya, Albara belum menyadari jika gadisnya tengah kesulitan bernafas karena dirinya juga sibuk mengatur nafasnya meskipun tangannya selalu mengelus punggung gadisnya.

"B—bala, dada piyik sesak." Gumam Baby Ola.

Albara tidak menjawab, ia sebentar lagi akan masuk ke alam mimpinya tapi tidak jadi karena pukulan dipunggungnya.

"B—bala, tolong ini sakit banget! Hiks,"  baby Ola sudah mengeluarkan air matanya.

Albara terkejut saat melihat wajah pucat pasi kekasihnya, "Baby, kenapa?! Bertahan, sayangku." Panik Albara.

Albara langsung menggendong tubuh baby Ola di depan membawa gadis itu ke arah tenda yang tersedia peralatan medis, Albara dengan wajah panik berjalan tergesa-gesa.

Beberapa murid yang sedang berkumpul pun juga ikut panik, princess Alexander berada di gendongan kekasihnya dengan wajah pucat pasi.

"Maaf, kak dilarang masuk! Silahkan tunggu diluar." ucap salah satu petugas yang berjaga disana.

Albara mengepalkan kedua tangannya, "Bangsat!" Umpatnya.

Tubuh Albara melemas, ia menjambak rambutnya kenvang merasa bodoh dengan apa yang ia lakukan tadi pada baby Ola. Kali ini Albara gagal kembali, gagal untuk kesekian kalinya, ini semua salahnya.

Albara menumpahkan tangisannya, "Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Umpatnya sambil menjambak rambutnya kasar.

Mereka semua cukup kaget melihat tangisan Albara pecah, untuk pertama kalinya mereka melihat titik rapuhnya seorang Albara Prince Addison karena princess Alexander.

Albara memukul kencang pohon disana hingga tangannya berceceran darah.

Bugh!

Seseorang dari belakang menendang punggung Albara hingga pria itu tersungkur kedepan.

NAH LOH SIAPA TUH?

GANTUNG YA? WKWKW.

AURORA [SELESAI]Where stories live. Discover now