20. Genggam Yang Hilang

106 14 0
                                    

Selama lima hari Faye dirawat di rumah sakit, selama itu juga Pandu dan Benua datang walau sebentar. Dua remaja yang rela menghabiskan waktunya datang ke rumah sakit hanya sekadar mengobrol atau bercerita tentang keadaan di sekolah, termasuk kabar tentang Gusti yang benar-benar pindah.

Detik beku telah mencair, setelah kejadian yang menegangkan tempo hari, sukses membuat tubuh Faye drop. Bahkan, anak itu sempat tak bangun selama dua hari karena asam lambung yang dibiarkannya, berakhir menjadi infeksi.

Faye tidak pernah membayangkan kalau penyakit yang dianggapnya biasa saja, justru berbahaya dalam pikiran orang lain. Sudah berulang kali Panji mengingatkan adik kecilnya, tapi keras kepala Faye tak jauh berbeda dengan Ardan. Sifat yang menyebalkannya seolah melekat utuh  pada Faye.

Sama seperti siang kemarin, Benua dan Pandu berjanji akan datang lagi, kali ini, mereka akan membawa makanan kesukaan Faye. Seperti memalak. Alih-alih marah, Benua ataupun  Pandu justru sangat senang.

"Jadi, tadi di sekolah ada kejadian apa?" tanya Faye, di sela makan siangnya, Faye mulai buka suara. Setelah tadi ia mati kebosanan karena tak ada satu pun orang di ruangan tersebut.

"Nggak ada sih, cuma Pak Marlih aja yang heboh gara-gara ada anak yang bolos," jawab Pandu. Faye mengangguk. Ia sudah hafal bagaimana sifat gurunya yang satu itu. Terlihat baik, padahal seperti harimau, kejam!

"Kak, Yola gimana Ri? Kabarnya ponakan lo udah lahir, ganteng nggak?" tanya Pandu lagi. Faye menggeleng, ia tidak tahu kabar apapun tentang Yola.

"Gue nggak tahu, Abang nggak kasih tahu apa-apa ke gue, bahkan Kak Ardan juga  belum jenguk gue sampai sekarang, gue kangen Kak Ardan."

"Kok ganteng sih? Cantik kali," celetuk  Benua. Pandu tersentak, ia lupa padahal kemarin diberitahu oleh Gusti, kalau Yola telah melahirkan. Entah kabar itu benar atau tidak, setidaknya Gusti masih memiliki hak atas kelahiran anak dari kakaknya.

Ada selidik yang coba Faye cari tahu setelah Benua tak sengaja mengatakan yang tidak seharusnya dikatakan.

"Lo tahu dari mana? Gusti?" tanyanya pelan. Pandu tidak bisa menjelaskan apa-apa karena dirinya tidak tahu kabar terbaru tentang Gusti. Sementara Benua, cowok memilih menetap. Ia tak ingin temannya merasa kalau dirinya telah berpaling. Bagaimana pun, Benua dan Gusti sudah seperti saudara, seburuk apa pun sifatnya, Benua tidak pernah berpikir untuk pergi meski sangat kesal.

"Iya, Gusti. Papa kalian ngabarin dia, terus dia telepon gue, katanya Kak Yola udah melahirkan, tapi bayinya  prematur, " jelas Benua. Untuk hal itu, Faye tahu, setelah dia sadar Sabit juga mengatakan hal yang sama pada Faye. Walau terasa seperti mimpi, tapi Faye yakin kalau Panji di sana sangat bahagia.

"Gue udah denger, terus Lo dapat kabar apalagi?" tanya Faye. Benua menggeleng, kemudian memberikan sebuah amplop berwarna biru tua pada Faye.

Awalnya Faye sempat menolak, namun Pandu meyakinkan Faye untuk mengambilnya lebih dulu. 

"Buka Ri, kali aja ada sesuatu yang penting di sana," ucap Benua. Faye masih enggan untuk membukanya, bahkan hanya ditatap tak berniat untuk membuka apalagi membaca apa isi dari amplop tersebut.

Pikiran Faye kali ini hanya tertuju pada Ardan yang pergi entah ke mana.
Faye benar-benar khawatir, belum pernah Ardan pergi tanpa pamit padanya. Padahal Ardan tahu, Faye tak akan pernah semangat jika Ardan tak disekitarnya.

Faye terlalu takut untuk mengakui kalau dirinya sangat menyayangi Ardan meski sudah sering kali diungkapkannya. Tapi untuk yang terakhir ia tidak pernah bisa mengatakan kalau dirinya sangat takut kehilangan sosok Ardan yang begitu istimewa.

ANCHOR ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang