09. Kunjungan

176 20 4
                                    

09. Kunjungan

Biarkan orang berkata tak baik padanya, biarkan orang di luar sana acuh padanya. Tapi di sisi lain, orang akan menatapnya sebagai yang paling bersalah karena hal kecil.

Hari ini Faye akan menepati janjinya pada Gusti. Mengajaknya berkunjung ke rumah tanpa berpikir  Namun di samping itu, Faye dikejutkan dengan fakta yang mengatakan bahwa Gusti mnyukai Yola. Awalnya Faye marah. Ia benci dengan kalimat Gusti yang terlihat begitu meyakinkan.  Di sisi lain Faye meredam semuanya karena Gusti mau membuka suara untuk kesalah pahaman yang selama ini ia yakini sebgai bencana.

"Gimana Ri? Boleh, kan?"

Faye jengah  mendengar rengek Gusti sejak tadi, bahkan saat ini pun sama. Sebelum bel istirahat berakhir Gusti kembali menanyakan hal yang sama pada Faye. Kali ini raut wajahnya cukup serius, bahkan seperti orang yang benar-benar ingin bertemu seseorang yang sudah lama tak ia temui.

"Oke! Pulang sekolah tapi jangan macam -macam. Kakak gue nggak suka orang yang banyak tingkah, apalagi model kayak lo!"

"Siap kapten!"

Walau terdengar gurau, tetap saja Faye masih sedikit kesal pada Gusti karena ulahnya Faye mendapat minus lima. Hari ini Faye pulang cepat terlebih mata pelajaran yang hanya memang sedikit, sebelumnya Richo hanya memberitahu kalau lusa adalah jadwal jaga mereka di UKS setelahnya  Richo pun pergi. Faye kembali menoleh ke arah Gusti yang masih saja menatapnya sambil tersenyum.

"Kalau aja hari ini gue nggak tahan tenaga buat berantem sama lo, mungkin dari tadi lo udah babak belur gue tonjok."

Gusti mengangguk seakan tak masalah dengan apa yang Faye katakan. "Nggak apa-apa kau lo yang tonjok, kan kita saudara," ucapnya pelan. Faye mendengarnya, ia pun mendekatkan wajahnya pada Gusti. Namun Gusti menghindar  kemudian memalingkan wajahnya.

"Lo ngomong apa barusan?"

"Nggak ada kok, nggak ada. Lo salah denger kali."

"Telinga gue masih waras," sahut Faye cepat. Dengan cepat juga Gusti menggelengkan kepalanya. Ia tahu apa yang terlontar tadi adalah kesalahan karena terlalu bahagia, sampai tak sadar kalau di hadapannya masih ada Faye.

"Algarian..."

"Ah! Bel tuh, yuk buruan!"

Faye tahu Gusti sedang menutupi sesuatu darinya. Bahkan terlihat begitu jelas saat Faye mendekat pun, Gusti memilih mengalihkan pembicaraannya. Sejak kemarin bahkan sejak pertama kali mereka bertemu Faye curiga dengan Gusti.

Ada hak yang seolah sedang dicari namun sulit diraih olehnya. Hak yang mungkin pernah ia miliki, namun direnggut paksa.

☄️☄️

Sejak awal Faye sudah kesal memang dengan Gusti, bahkan saat ini mereka sedang berada di toko kue pun, Faye hanya mengekor di belakang cowok itu dengan wajah cemberutnya.

"Faye Orion Ardanu. Ya Tuhan, lo budeg juga ternyata, gue nanya lho, kira-kira  kuenya mau beli rasa apa?" Faye menoleh, lalu memerhatikan deretan kue di depannya yang begitu menggiurkan. Tanpa sadar ia pun menunjuk satu kue cokelat vanila dengan toping stroberi di atasnya. Ia ingat kalau Ardan dan Yola begitu suka, tanpa mengatakannya Gusti segera memesankan untuknya. Melihat semua itu, Faye terkejut, lupa dengan harga kue yang baru saja ia tunjuk. Ia pun menarik lengan Gust begitu saja, membuat si pemilik memekik kesal.

"Gus, kuenya mahal. Gue nggak bawa uang lebih, terus gimana?" katanya.

"Lo lupa? Lo lagi sama siapa? Udah, anggap aja itu hadiah, karena lo udah izinin gue mampir ke rumah lo." Faye menggeleng cepat, sebum akhirnya pelayan toko memanggil.

"Bentar, gue bayar dulu."

"Gila tuh orang, mau bayar pakai apa? Kontan? Jangan-jangan dia gadai motor lagi, atau... Ih ngeri!"

"Yuk, udah kelar," ucap Gusti. Faye terkejut. Ia sedang memikirkan hal yang membuatnya bertanya-tanya sejak tadi.

"Kenapa sih? Malah bengong, udah ayo!"

"Lo gadai gue buat bayar kue, kan Gus?" Mendengar itu, Gusti tertawa begitu keras. Bahkan beberapa pengunjung yang baru datang pun ikut menoleh ke arah mereka berdua.

"Otak lo dangkal amat sih, Ri. Nggaklah! Gue bayar lunas! Buruan, nanti kuenya keburu basi," balas Gusti. Cowok  itu sukses membuat Faye menggerutu. Bahkan anak itu pun berjalan lebih dulu  meninggalkan Gusti dengan kekehnya yang begitu keras.

Sepanjang jalan Faye terus berdiam diri, membuat Gusti bertanya-tanya. Namun ia tak berani menanyakannya karena mereka dalam posisi kurang tepat. Jika Gusti melontarkan pertanyaan, bisa-bisa Faye mengurungkan niatnya. Itulah sebabnya Gusti memilih diam.

"Depan gapura belok kiri," teriak Faye. Membuat Gusti menoleh sedikit, ia hanya menurut mengikuti apa yang Faye katakan. Bising kendaraan membuatnya harus tahan bila Faye berteriak telinganya terasa mau pecah.

"Lo tunggu sini, gue mau ke sana dulu." Pinta Faye. Namun, Gusti tidak membiarkannya begitu saja. Ia pun menarik kerah baju Faye saat anak itu akan melangkah.

"Toko buah? Mau ngepain?"

"Beli titipan Kak Ola sama Abang. Bentar, lo diem aja di sini."

Jika saja Gusti tidak ada maksud tersembunyi, mungkin ia sudah malas menunggu Faye. Rasanya membosankan memang, untung saja Faye kembali jauh lebih cepat dari yang ia duga. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya yang tinggal beberapa kilo meter lagi.

Kurang lebih sekitar dua puluh menit barulah mereka benar-benar sampai di rumah. Di sana ada Panji dan Yola yang sedang duduk santai sambil menonton siaran televisi di ruang keluarga. Bahkan suara menggema begitu terdengar saat Faye melangkah masuk ke dalam rumah.

"Abang, gue pulang!"

"Rumah lo sepi kayak kuburan Ri."

Baru beberapa langkah Gusti terkejut ketika melihat Yola dari dekat. Mereka pun terdiam, bahkan kantung plastik berisi kue pun hampir jatuh ke lantai jika Faye tidak mengambil alih.

"Rian?"




F A Y E

Setelah sekian purnama aku datang kembali bersama mereka. Apakah ada yang rindu dengan mereka? Maaf atas keterlambatan updatenya. Karena aku harus menyelesaikan beberapa urusan ku lebih dulu. Terima kasih sudah berkunjung.

Salam Mr. ice 🍧🍧

Publish, 17 Mei 2021

ANCHOR ✅Where stories live. Discover now