BAGIAN 14 : TELEDOR

Start from the beginning
                                    

"Iya, Qiara. Anak bungsu Pak Rafka," sela Dev memotong tebakan Saga. Mereka terlihat dekat, seolah sudah berteman sangat lama. Padahal memang iya.

"Pak Sakha saya izin ke toilet sebentar ya, dapat panggilan alam." Dev segera pergi setelah Sakha mengangguk.

Namun sebelum itu, ia tersenyum miring mengarahkan pandangan ke arah tiga temannya dan juga Sakha. Andre, Saga, dan Haikal tersenyum dan mengacungkan kedua ibu jarinya seolah mengerti dengan kode tatapan dari Dev.

"The power of orang dalam," kata Haikal menyeruput minumannya. Melangkah mendekat lalu merangkul bahu Sakha.

"Kalau saya yang di posisi Pak Sakha, beuh ... paling-paling saya jadi gelandangan. Seriusan!" lanjutnya diakhiri tawa. Tawa mereka membuat Sakha tak nyaman.

"Baru kali ini saya ketemu orang hebat seperti Pak Sakha. Buta, tapi bisa jadi pemimpin perusahaan." Haikal menyambung sambil tersenyum kecut.

"Udah dapet cewek cantik, jabatan tinggi, keluarga orang kaya lagi," tambah Andre makin semangat saat melihat wajah Sakha yang nampak kesal. Karena berulang kali Sakha kedapatan sedang mengatur napasnya.

Saga semakin gencar mengolok. Memandang remeh Sakha yang ada di hadapannya. "Saya jadi meragukan kejayaan Fathul property. Saya takut, kalau tiba-tiba perusahaannya gulung tikar. Kayak dulu."

"Padahal, posisi wakil direktur itu bukan posisi main-main. Posisi yang penting, seharusnya gak bisa ditempati sembarang orang." Haikal kembali memberikan argumen.

"Lah, ini ...." Andre melirik ke arah Sakha dengan senyum meremehkan.

"Mohon maaf sebelumnya. Saya rasa perkenalan kita cukup sampai di sini saja. Saya harus pergi sekarang," potong Sakha mengusung senyum palsu, merasa tak tahan untuk lebih lama di tempat ini.

"Mau pergi kemana Pak Sakha?" Saga menarik tangan Sakha yang hendak berbalik badan. Alisnya naik-turun memandang rendah lelaki berkebutuhan khusus di hadapannya ini.

"Memangnya bisa pergi sendiri? Nanti nyasar gimana? Saya antar, ya." Andre menawarkan diri. Ia hendak memegang lengan Sakha bermaksud menuntun, tapi Sakha langsung menepisnya pelan.

"Tidak perlu, saya bisa sendiri."

"Ada apa ini?" Dev kembali begitu cepat, mendorong Andre menjauh dari Sakha. Dev juga memberikan tatapan tak suka ke arah Andre dan yang lainnya.

"Gak usah dorong-dorong bisa gak lo?!" sungut Andre mulai emosi.

"Harusnya kalian bisa lebih sopan! Untuk apa jabatan tinggi kalau tak punya adab?!"

"Banyak bac*t lo!" Saga dengan kuat mendorong tubuh Dev yang sedari tadi memang berdiri di depan Sakha.

Karena dorongan itu, mengakibatkan Sakha terhuyung ke belakang dan tercebur tepat ke kolam yang cukup dalam. Semua orang yang melihat kejadian tersebut memekik kaget.

"Pak Sakha!" teriak Dev memandangi Sakha yang berusaha menyembulkan wajahnya, meraup oksigen. Tongkatnya terjatuh. Lelaki itu seperti tidak bisa berenang.

Dev membalikkan badan mendorong kesal Saga, ingin meninju muka lelaki tersebut, tapi urung ketika terdengar teriakan menyahut di antara suara air.

Sakha yang berusaha untuk mempertahankan dirinya agar tak tenggelam, ingatannya justru memutarkan kejadian bertahun-tahun silam bak film dokumenter.

Dering telepon rumah mengambil atensi perempuan yang sedang duduk di gazebo bersama dengan sang putra. Sebelum pergi menghampiri asal suara, perempuan berhijab itu mengelus kepala Sakha yang tengah bermain beberapa mainan anak-anak.

Feeling PerfectWhere stories live. Discover now