"Hah? Sore banget. Emang dia lagi di mana sekarang?"

"Katanya sih lagi di salon sama Feli."

"Di salon? Ngapain?"

"Ck, masa yang kayak gini perlu gue jelasin, sih?" Revan menanggapi dengan sedikit menggerutu. "Ya girls' things, lah! Emang kalau cewek ke salon tuh ngapain?"

"Ya ... nyalon?" jawab Satya clueless sambil menggaruk salah satu pelipisnya.

"Nah, itu tahu. Intinya gitu deh. Melodi sama Feli bakal ke sini kalau urusan mereka di salon udah kelar."

"Ah, I see ...," celetuk Satya seraya mengusap dagunya. Pemuda itu kembali melanjutkan, "Yang penting jangan sampai telat deh. Sesi live art-nya kan bakal dimulai jam setengah empat. Gue cuma pengen Melodi ngecek apa yang dia butuhkan sekali lagi sebelum kalian perform biar semuanya lebih clear, jadi kalau ada apa-apa anak perkap bisa langsung nyiapin hal-hal yang emang diperlukan."

Revan mengangguk paham. "Hm ... okay. Nanti gue bilangin ke Melodi."

🌻🌻🌻

"Is it too much?"

Melodi memperhatikan pantulan dirinya dalam cermin yang penuh dengan pencahayaan. Gadis itu beberapa kali menyentuh helaian rambutnya, merasa tidak yakin dengan penampilannya hari ini. Beberapa staf dari salon yang ia dan Feli kunjungi telah selesai merias dirinya beberapa saat yang lalu dengan hasil kerja yang cukup bagus—well ... sangat bagus malah. Hanya saja, sentuhan tidak biasa yang mereka berikan membuat Melodi sedikit merasa tidak percaya diri.

"Emang kenapa, Mel? Lo cantik gitu, kok. Make up lo juga nggak yang aneh-aneh banget." Feli menanggapi seraya melirik Melodi dari tempatnya duduk. Staf wanita yang ada di dekat gadis itu masih sibuk merias wajah Feli.

"Tapi ... rambut pendek?" tanya Melodi sekali lagi dengan keraguan yang menyelimuti nada bicaranya.

"Ya elah, Mel. Kenapa respon lo gitu, sih? Lagian itu kan cuma wig. Lo bisa lepasin itu kapan aja pas perform lo udah kelar."

Melodi kembali meyentuh rambut baru yang kini melekat pada kepalanya. Sesaat sebelum ke salon, gadis itu hanya mengiakan saja segala saran Feli terkait penampilan Melodi untuk perform nanti. Hanya saja, Melodi tidak menyangka kalau Feli akan mempersiapkan segalanya sampai sejauh ini. Melodi bahkan tidak berpikiran sampai ke sana supaya identitas dirinya tidak dikenali siapapun saat perform—terutama dari sudut pandang Mama kalau saja video performance-nya nanti tidak sengaja tersebar dan sampai di tangan sang mama. Namun, sesuatu yang tergeletak pada meja rias yang ada di hadapan Melodi adalah penyebab utama kenapa gadis itu mengembuskan napas berkali-kali.

"Hng ... okay. Not bad lah karena wig-nya juga nyaman dipakai," ujar Melodi seraya mengedikkan bahu. Gadis itu kembali melanjutkan seraya menunjuk benda yang sedari tadi membuat Melodi dipenuhi tanda tanya. "Tapi Fel, lo yakin gue juga harus pakai ini?"

Feli mengikuti arah pandang yang ditunjukkan Melodi. Gadis itu menangguk dengan semangat meski wanita yang sedang merias dirinya beberapa kali memberi peringatan untuk tetap diam dan mempertahankan posisi wajahnya agar make up-nya dapat cepat terselesaikan.

"Of course! Perfect banget, kan, ide gue? Orang-orang pasti nggak akan ngenalin lo kalau lo pakai topeng yang gue pesan secara khusus buat lo." Feli berujar dengan penuh antusias.

Melodi mengambil benda yang memiliki beragam detail ornamen tersebut—sebuah topeng mata berwarna putih transparan dengan bentuk menyerupai siluet kupu-kupu. Melodi mencoba memakainya secara perlahan. Gadis itu memperhatikan bayangannya dalam cermin sambil beberapa kali menolehkan kepalanya ke kiri maupun ke kanan agar detail topeng tersebut dapat ia perhatikan dengan lebih cermat.

Melodi Dua Dimensi [ON GOING]Where stories live. Discover now