Perahu kertas

107 13 3
                                    


Selamat menikmati
perjalanan Juni

*

*

*

31 DESEMBER 2002

Seorang perempuan berambut pendek sebahu yang memiliki kulit berwarna sawo matang dengan wajah yang bersih serta memakai pakaian yang simple, sederhana, namun tetap terlihat sopan, hanya memakai kemeja berwarna biru tua dan rok panjang berwarna hitam pekat bagai kegelapan dalam hidupnya. Perempuan tersebut memang sangat menyukai bila mengenakan rok panjang, karna ia sangat nyaman memakainya.

Perempuan tersebut saat ini sedang berada di toko cokelat miliknya yang bernama “Cokelat House”. Ia memiliki usaha sendiri dan bekerja keras sendiri, sebelum memiliki toko cokelat tersebut ia selalu bekerja mencari uang untuk modal usahanya, namun keringatnya tidak sia-sia. Serta bantuan doa dari sang ibu ia menjadi seorang pengusaha cokelat ternama di kota Jakarta. Ribuan orang telah membeli produk yang ia jual berupa cokelat buah, kue cokelat, cokelat susu, cokelat manis, cokelat putih dan lain sebagainya. Ia sangat bersyukur atas Tuhan serta kehadiran seseorang dimasa lalu yang membuatnya ingin membangun usaha cokelat. Saat ini ia telah menerima tiga karyawan untuk usaha cokelatnya.

Kini perempuan itu sedang duduk dibangku yang disediakan di toko cokelat miliknya berdekatan dengan jendela, sehingga dapat melihat sebuah senja sore yang perlahan menghilang sembari meminum cokelat hangat di sebuah gelas berwarna putih namun terdapat tulisan nama toko cokelatnya, karna gelas tersebut milik toko cokelatnya. Nama perempuan tersebut bernama Juni, namanya saja Juni tetapi ia tidak lahir pada bulan Juni, ia lahir pada bulan terakhir. Ia memiliki kakak laki-laki bernama Januar, sama seperti Juni, kakak laki-lakinya itu tidak lahir pada bulan Januari, tapi bulan Maret, entah mengapa kedua orang tua mereka memberi nama seperti itu, seperti menipu terhadap suatu nama.

“Ibu kenapa nama aku Juni? Padahal kan aku lahir bulan Desember?” tanya Juni pada saat ia masih berumur dua belas tahun yang menginjak bangku sekolah dasar kelas enam. Pada saat itu Juni sedang membaca buku namun kemudian ibunya datang menghampirinya sembari membawa segelas susu cokelat kesukaannya.

“Kenapa memangnya? Kamu tidak suka dengan namamu sendiri?” Sang Ibu kembali bertanya kepada putrinya itu. Sang Ibu merasa bahwa putrinya sudah mulai pandai memikirkan nama dirinya sendiri yang entah itu berasal dari mana, nama yang tak ia ketahui asal-usulnya.

“Aku hanya bertanya saja, Bu, karna aku bingung dengan namaku sendiri yang entah berasal dari mana. Aku pikir itu bulan lahir Ibu atau Bapak, juga bulan lahir kakek atau nenek, ternyata saat aku mengetahui bulan lahir nenek, kakek, bapak, ibu, ternyata tidak ada yang lahir dibulan Juni ataupun Januari, Januari kan seperti nama kakak. Jadi namaku berasal dari mana Bu?” tanya putri kesayangannya sembari bercerita panjang lebar dengan segala kebingungan yang dialami putrinya terhadap suatu nama.

“Nama kamu adalah nama bulan yang biasa kita temui, cuma bulan Juni dan Januari adalah bulan yang tidak akan pernah Ibu dan Bapakmu lupakan.” Ternyata ada yang berbeda dengan bulan Juni dan Januari dari bulan-bulan lainnya, jawaban dari sang Ibu tidak memuaskan Juni karna tanpa memberitahu alasan mengapa bulan Juni dan Januari tak dapat mereka berdua lupakan. Apa yang menjadi hal spesial dari kedua bulan tersebut?

“Mengapa Ibu dan Bapak tidak bisa melupakan kedua bulan tersebut? Apa bedanya dengan bulan-bulan yang lain?” tanya Juni karna dihantui dengan rasa penasarannya terhadap suatu alasan mengapa orang tuanya tidak bisa melupakan kedua bulan tersebut, pasti ada sesuatu yang spesial pada kedua bulan tersebut.

“Ini cerita tentang masa lalu. Dibulan Januari Ibu dan Bapakmu dipertemukan. Setelah itu ibu dan bapakmu dipisahkan juga pada bulan Januari. Setelah itu kami berdua dipertemukan kembali pada bulan Juni. Ibu dan Bapak harap supaya pertemuan kita selalu abadi bila memberi nama anak kita dengan nama yang hampir mirip dengan bulan dipertemukannya ibu dan ayah. Jadi kita seperti menyimpan kenangan pertemuan dengan baik dan akan terus teringat oleh ibu dan bapak. Sekarang Juni sudah mengerti mengapa bapak dan Ibu memberi nama putrinya dengan nama Juni, Ibu harap kamu mengetahui artinya.” Yang dipikirkan oleh Juni saat ini adalah bahwa pertemuan membuat kabar bahagia, sehingga kedua orang tuanya ingin putri kesayangannya itu selalu bahagia seperti kedua orang tuanya pertama kali dipertemukan.

Musim Sedih Di JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang