BAGIAN 9 : PERTEMUAN PERTAMA

Magsimula sa umpisa
                                    

"Iya, iya ... tadi Qia bohong," jujur Qia kemudian, "Soalnya Mas percaya banget, sih, sama omongan Ayah."

Sakha tersenyum tipis saat tangannya kembali digenggam oleh Qia. "Mas, kan, belum tahu tentang Dek Qia. Jadi, Mas ngenalin Dek Qia lewat Ayah."

Qia mengangguk-angguk paham. Mereka pun lantas berjalan kembali menyusuri mall yang ramai pengunjung. Beberapa orang yang lewat sempat teralihkan atensinya melihat Sakha dengan tongkatnya.

"Mas ...," panggil Qia berhenti di tengah jalan. "Mau beli boneka penguin, boleh?" tambahnya memohon sembari menengadahkan kepalanya, memasang puppy eyes.

Senyumnya melebar ketika Sakha mengangguk menyetujui keinginannya. "Beli apa aja yang Dek Qia mau, asalkan itu gak berlebihan."

"Iih ... makasih Mas ganteng!"

Saking bersemangatnya, Qia sampai melepaskan tangannya dari tangan Sakha. Berlari masuk ke Miniso sendirian. Namun, salah satu karyawan yang menjaga di depan pintu mengingatkan Qia.

Qia pun menepuk jidatnya, baru ingat saat menoleh ke belakang. Ia berlari kecil memutar arah kembali pada Sakha yang berdiri seperti patung.

"Maaf, ya ... gara-gara Qia kesenengan, Mas jadi ketinggalan."

Qia menyengir lebar sembari meraih kembali jari-jemari Sakha. Sementara cowok dengan jaket denim itu hanya tersenyum geli seraya geleng-geleng kepala.

Qia lantas menggeret Sakha dengan antusias sampai Sakha sendiri kewalahan. Sesampainya di rak boneka, Qia mengamati sebentar. Setelah ada yang pas, Qia mengambil satu boneka penguin warna biru muda.

"Eh, ini, mah persis banget sama yang Qia punya di rumah!" ujar Qia bersemangat

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Eh, ini, mah persis banget sama yang Qia punya di rumah!" ujar Qia bersemangat. Boneka yang Qia maksud adalah boneka bertahun-tahun silam yang bentuknya tak lagi berupa.

"Boneka apa?" Sakha menoleh hati-hati.

"Boneka penguin, Mas. Lucu gak?" Qia menunjukkannya kepada Sakha, seolah lupa bahwa Sakha tak bisa melihat benda menggemaskan itu.

Sejenak, Sakha terdiam dan pura-pura berpikir. Berikutnya, ia menggeleng dengan enteng.

Qia mendengus kesal. Bibirnya mengerucut, gemas. "Kok bisa, sih? Ini lucu tau!" protes Qia menunjuk-nunjuk boneka penguin berukuran sedang yang ada di tangannya.

Sekali lagi, Sakha menggeleng. "Karena buat Mas ...." Sakha mengangkat kedua sudut bibirnya, sengaja menggantungkan kalimatnya.

"Lebih lucu Dek Qia daripada bonekanya," lanjut Sakha tersenyum manis membuat Qia mleyot di tempat.

"Mama!" jerit bocah kecil berusia empat tahun sambil menarik gamis mamanya dengan tangan lain yang sedang tidak digandeng.

Wanita muda yang memakai jilbab menutup dada itu menoleh ke arah putranya, lalu berjongkok mensejajarkan tingginya.

Feeling PerfectTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon