Misi ke-3 (part 3)

2.6K 120 2
                                    

Selesai shalat Maghrib mereka dikumpulkan di hall,
"Ini kami hanya membawa dua senter.." ujar kak Farel lalu memberikannya pada Tiya dan Ade.

"Deg .. Deg .. Deg .." jantung Ade berdetak lebih kencang, kak Farel memberikan senter itu padanya, disertai dengan senyuman khasnya, ditambah lagi tangannya sedikit bersentuhan dengan tangan kak Farel.

Ade pov's

"Aaahhhhh, kenapa di saat seperti ini ?? Pipiku pasti sudah merah .." jeritku dalam hati. "Astaga, tanganku sedikit bersentuhan dengan tangan kak Farel, ini peristiwa langka!" ujarku dalam hati sambil tersenyum.

'Astagfirullah, ya allah maafkan aku sudah berpikir yang macam-macam' batinku, masih dengan tersenyum.
"Tunggu apalagi? Waktunya semakin sedikit ?" tegur Dion, sepertinya ia tahu aku diam-diam memperhatikan kak Farel.

"Yuk De," ajak Naf dan aku hanya mengikutinya dari belakang. "Ih badanku lengket gara-gara keringat?" keluh Fina. Kamipun spontan melihat Fina secara bersamaan mungkin para koordinator masih bisa mendengarnya.

"Kenapa? Fakta kan?" cengirnya. "Sampai kapan kau mau begini terus De?" tanya Naf. Aku tersadar dan melihatnya bingung "maksudnya Naf?" "nyalain senternya de, AKU TAKUT GELAP!" jelasnya dengan penuh penekanan di kalimat terakhirnya.

"Ouh, hehe nih!" cengirku lalu menyalakan senter dan mengarahkannya ke depan. Lalu Naf menggandengku, tidak lebih tepatnya menggandeng aku dan Fina.

"Kenapa Naf?" "takut hilang Fin.." kami terdiam mendengarnya, ia benar-benar takut gelap rupanya. Fina lalu menggandeng Naf dan Perlahan Naf melepaskan pegangannya padaku dan membalas gandengan Fina.

"Dimana kita mau nyari?" tanyaku. "Kayaknya tinggal diatas kita belum cari?" tanya Dinda. "Ih keatas lagi? Gak mau kalau di hutan itu lagi" ujar Tiya disertai anggukan Naf dan Fina.

"Kayaknya gak perlu sampe dihutannya deh? Kita udah nyari tabung dan balok tadi kan gak ada apa-apa?" jawab Cici.
"Iya juga sih?" jawab Tiya.
"Jadi tinggal, gudang perlengkapan kan?" tanyaku.

"Tapi bilangnya gudang itu udah lama gak dipake?" tanya Fina. "Gak mungkin kan gudang perlengkapan eskul lain mau dibuka?" tanya Cici.
"Gak ada salahnya dicoba kan?" tanya Naf.

Kamipun mnuuju gudang perlengkapan di atas cukup lama kami sampai karena harus mendaki tangga buatan yang panjang untuk naik kesana.

Author pov's

"Gila naik aja butuh perjuangan?" keluh Dinda. "Belum sampe diatas aja gue udah ngos-ngosan gimana kalau udah nyampe, pasti udah pingsan gue!" jawab Fina yang mulai alay-nya.

"Sudah cukup istirahatnya, waktu kita terbatas guys!" kata Naf mengingatkan sambil memegang pinggangnya yang mulai sakit.
"Ya sudah ayoo .." jawab Cici pasrah. Di ikuti mereka berempat.

Dan disinilah mereka, di depan pintu gudang perlengkapan yang sudah lama ditinggalkan. Pintunya sudah tidak memiliki gagang pintu, bahkan jendelanya sudah tidak memiliki kaca dan hanya di ganjal oleh dua potongan kayu yang di bersilangan.

Lalu kelihatan sekali tempat itu tidak pernah di masuki selama beberapa tahun.

"Ngeri-nya?"
"Yakin ni mau masuk?"
"Hawanya kok jadi horor ya?"
"T..turun aja yuk?"
"Ih kita sudah sampe disini, butuh pengorbanan tau!"
"Kok perasaanku gak enak ya?"

Mereka semua masih terdiam, "ih Fina gak usah pegang-pegang! Tanganmu dingin banget tau .." kata Cici marah. "Lah aku gak megang Ci?" jawab Fina bingung. "Kok tanganmu juga ikut dingin Tiya?" tanya Dinda. "Nih tanganku Dinda?" jawab Tiya memperlihatkan kedua telapak tangannya.

"Ja..jadi a..aku pegang tangan s..siapa dari tadi?" tanya Dinda terbata-bata lalu mereka semua disertai dengan keringat dingin.
Lalu dengan perlahan, kami melihat kearah bawah.

Daaaannn... Hasilnyaaaaa ?? Tidak ada siapa-siapa?

"Kau gak pegang apa-apa kok Dinda?" tanya Naf. "Mungkin tanganmu yang dingin?" "sudah positive thingking aja.." "yuk masuk?"

Saat didalam mereka mulai mencari potongan puzzle itu dengan teliti berbekalkan dua buah senter yang diberikan oleh koordinator yang gila-gila itu.

"Ahhh aku dapat satu!" ujar Tiya kegirangan. "Eh .. Aku juga dapat ? Bantu aku angkat kursi-kursi ini.." perintah Fina. Kamipun mengangkat kursi-kursi itu bergiliran, dan ternyata terdapat dua potongan puzzle di bawahnya.

"Wahh lucky, dapet dua?" ujar dinda yang segera mengambil potongan puzzle itu, kamipun segera mengembalikan kursi-kursi itu pada tempatnya semula.

"Ayoo cari lagi siapa tau masih ada?" tanya Ade. "Yuk, disebelah sana belum kita periksa" tunjuk Tiya. "Mmm.. Guys, aku kebelet pipis nih!" tanya Dinda. "Jadi?" tanya Cici. "Ya turun kebawalah Ci," jawab Fina, yang geregetan dengan jawabannya Cici.

"Tapi waktu kita tinggal dikit?" tanya Naf. "Gini aja salah seorang dari kita temani dinda turun kebawah?" tanya Ade. Kamipun 'hompimpa' dan yang kena itu adalah Naf.

"Nih senternya?"
"Gausah, kalian yang perlu senternya"
"Nanti kalian turunnya nda liat jalanan?"
"Liat kok!"
"Yakin?"
"Iya, cari yang teliti ya!"
"Sip!Hati-hati ya.."

Fina pov's

"Loh potongan puzzle-nya sama siapa?" tanyaku. "Ouh, dibawa Dinda tadi? Mungkin dia gak sadar?" jawab Ade. "Yaudah, toh mau dibawa kebawah juga kan nanti.." jelas Cici.
"Ayo lanjut lagi carinya .." ajak Tiya, aku hanya mengangguk, dan melanjutkan pencarianku.

Nafilah pov's

"Itu potongan puzzle-nya ya?" tanyaku pada Dinda, "eh, iya masih nyangkut ditanganku ternyata hehe"
Cengir dinda. "Yaudah sini kupegangi .. Masuk gih Din" perintahku karena kami sudah ada di depan hall.

Ia lalu menyerahkan potongan puzzle itu padaku, saat aku duduk di hall para koordinator tidak kelihatan satupun. Tiba-tiba terlintas dipikiranku untuk menyusun potongan puzzle itu,

Beberapa detik kemudian aku berhasil menyusun puzzle itu dan kemudian mataku membulat dengan sempurna (?) karena membaca tulisan puzzle itu.

"SIAAL ! $/:&%?!%#*&#%*%$*$#!:$!" dan keluarlah kata-kata kotorku untuk pertama kalinya. Dan kebetulan dinda keluar dari toilet lalu mendengar kata-kata kotorku tadi.

"Ya allah Naf, kenapa?" tanya Dinda yang kaget karena aku mengeluarkan kata-kata kotor itu. Ia menghampiriku dan terdiam saat melihat tulisan di potongan puzzle yang kususun tadi, meskipun kurang satu potongan tapi sudah jelas tertera apa isinya.

"Dinda Cici bawa ponsel sekarang?" tanyaku mengagetkan lamunannya. "A..iya!" "telfon dan suruh mereka turun sekarang!" ujarku.
Dinda mencoba menelfon Cici, tetapi tidak kunjung diangkat juga.

"Bagaimana?" tanyaku yang masih kesal. "Gak diangkat Naf?" jawab Dinda, aku mencoba menelfon Fina dan yap tersambung dan diangkat, "Fina, kalian harus turun sekarang!" teriakku cepat .. Tapi Fina terdiam, dan "NAFFFF.. DINDAAA..TOLONGGG .. DISINIII... ADA .. HANTUUUUUUU!"

______*F*______

Hey .. Hey .. hey .. Enjoy the story and happy read!
If you like it vote and comments please !
Pokoknya ikutin terus ya kelanjutannya?
See you~

AIN-1

it's you ❤ [COMPLETE]Where stories live. Discover now