61. My Very First Winter

Start from the beginning
                                    

"Nanti saja," putusku, dengan tangan masih saja menahan dada Mark.

"Tapi nanti Leo dan Teresa kan datang berkunjung." Mark mengingatkan, ia tersenyum iseng.

Hari ini kami memang berencana untuk berkumpul bersama untuk acara barbeque kecil-kecilan. Kemungkinan Leo dan Teresa akan datang menjelang tengah hari.

"Aku mau teh mint." Lagi-lagi aku berupaya untuk mengalihkan perhatian Mark. Kuturunkan kedua kakiku dari pangkuannya.

"Sekarang?" tanya Mark, setengah heran karena ia biasanya harus membujuk-bujukku terlebih dahulu agar aku mau minum atau makan sesuatu di pagi hari.

Aku mengangguk.

Mark tersenyum. "Oke, Sayang." Ia menyempatkan untuk mencuri kecupan pipi sebelum berdiri.

"Mark!" Aku menegur. Ia hanya membalasku dengan sebuah cengiran.

"Nanti akan kutagih lagi," gumam Mark tidak jelas seraya mengeluarkan cangkir tehku. Ia tersenyum miring.

Aku hanya bisa tercenung di kursiku.

Dasar Mark.

*****

"Wah... salju turun lebih awal tahun ini." Leo berseru saat tiba di teras depan. Ia membantu Teresa membawa sebagian bahan barbeque. "Jika kita tidak menggubris perubahan iklim bumi, kurasa kiamat juga akan tiba lebih cepat dari perkiraan."

"Sejak kapan kau peduli dengan perubahan iklim bumi?" Mark menanggapi.

"Kau tahu? Olta bersikap lebih agresif belakangan, ia mengejar dan mencuri anak-anak ayam di peternakan. Itu ada kaitannya dengan perubahan iklim kurasa." Leo menutur sembarangan.

Teresa memutar bola mata. "Jika ingin menyindir dan menjelek-jelekkan Olta, bukan begini caranya," tukasnya.

Dahiku mengernyit. Aku dan Mark saling bertukar pandang. Entah sedang ada masalah apa antara Leo dan Olta.

"Aku berharap Olta datang bersamamu. Hidung pesek dan wajahnya benar-benar membuatku rindu berat," ujarku pada Teresa.

Mark melirikku dan memasang wajah tidak setuju. "Ayolah, Clavina."

"Yang benar saja, Cla." Leo ikut-ikutan protes.

Teresa melirik Leo sinis, lalu beralih ke Mark. "Untuk beberapa waktu ke depan, kau bisa tenang, Mark. Olta sedang mengalami kerontokan bulu. Harus kubawa ke klinik hewan terlebih dahulu sebelum kupinjamkan kepada Clavina." Teresa mengibaskan salju yang mendarat di pundaknya yang berlapis jaket tebal.

"Hey, bisakah kita akhiri obrolan tentang kucing tua itu dan mulai berperang bola salju?" Leo menyela, tampak tidak sabar.

"Aku tidak mengatakan bahwa kita akan melakukan hal itu," timpal Mark dengan nada protes. Ia melirikku, memberi kode bahwa aku tidak boleh terlibat dalam hal semacam itu.

"Aku dan Clavina akan membuat boneka salju." Teresa menyambar. "Dan... yeah... mungkin melibatkan perang bola salju juga akan menyenangkan."

Mark melirikku lagi sambil bersidekap. "Kau tidak usah ikut-ikutan. Ini baru hari pertama musim salju, tubuhmu masih dalam tahap penyesuaian terhadap suhu dingin." Ia menoleh ke arah Leo dan Teresa. "Kalian tidak usah memprovokasi, bisa tidak?"

Mark benar-benar bersikap seperti kakak laki-laki tertua dalam keluarga yang tengah menghadapi kedua adiknya yang sulit dikendalikan. Sementara itu, aku seperti si bungsu yang rapuh dan mudah dipengaruhi.

"Ayolah, Mark. Bermain salju tidak akan membuat Clavina berubah menjadi patung es atau semacamnya." Teresa berujar. "Ini musim dingin pertamanya, kan?"

Aku menatap Mark dengan raut memelas. "Boleh, ya."

In A Rainy Autumn [END]Where stories live. Discover now