Melihat keberadaan Necromancer yang nihil, Danio segera berlari ke arah Ethan, ia berpikir jika Necromancer itu akan mengejar mereka. Dan benar saja, sosok berjubah itu sudah berlari di depannya.

"Ethan hati-hati!"

Danio mencoba mengejar dan berhasil mendahului Necromancer yang entah kenapa tidak menggunakan teleportasi dan Danio bersyukur soal itu. Pemuda itu mengeratkan pegangan pada pedangnya dan menghadang Necromancer itu yang kini tengah memegang sebuah senjata panjang terbuat dari sihir yang berbenturan dengan pedangnya.

"Minggir, Patron payah!" hardik Necromancer itu. Danio pun menekankan pedangnya sekuat tenaga dan menarik pedangnya ke bawah dengan keras membuat Necromancer itu sedikit lengah. Lalu pemuda itu mengayunkan pedangnya dengan cepat.

TRING

Senjata mereka kembali berdesing. Necromancer itu terkejut dan melihat ke arah pedang Danio. "Terkejut karena pedangku tidak hancur terkena senjata sihirmu?" ejek Danio yang kembali beradu senjata dengan Necromancer itu. Penyihir jahat itu mendecih lalu mengangkat sebelah tangannya dan bersiap mengeluarkan sihirnya.

Tiba-tiba saja Necromancer itu menghindar karena menyadari ada serangan dari sampingnya. Ia bergerak menjauh dari Danio karena tiba-tiba saja dua bola api berukuran bola sepak menerjangnya namun tidak berhasil melukainya karena berhasil dihalau.

"Kau hampir mengenaiku!" protes Danio yang tak percaya dua bola api baru saja lewat di depan matanya dengan jarak yang dekat. Ia pun mendelik kepada wanita yang melemparkan serangan itu.

"Hanya hampir, kan?" balas Evelyn enteng.


*****


Bella dan Kayla saling melempar pandangan khawatir ketika Nathan meringis kesakitan setelah menyentuh gembok dan rantai pengunci jeruji besi tempat mereka disekap.

"Kau tidak apa-apa, Nathan?" tanya Bella khawatir setelah melihat telapak tangan kanan Nathan sedikit melepuh.

"Panas sekali. Apa mungkin gembok itu disihir menjadi panas?" rintih Nathan sambil mengibas-ngibaskan tangannya di udara berharap rasa panasnya segera menghilang. Kayla menggeleng ragu. Mereka tidak tahu apapun tentang sihir dan Necromancer, apalagi perihal menyihir sesuatu.

"Mungkin. Kau tahu kan bagaimana mereka membawa kita ke sini, sangat mungkin kalau dia menyihir benda-benda di sini, kan?" tutur Bella.

Nathan menyandarkan punggungnya di dinding batu dingin itu lalu memandangi anak-anak perempuan lain yang saling memeluk dan menenangkan satu sama lain meskipun terlihat jelas raut ketakutan di wajah mereka semua. Termasuk Bella dan Kayla yang bersikap lebih berani. Lalu pandangannya beralih pada ketiga bocah laki-laki selain dirinya. Ada empat anak laki-laki termasuk dirinya dan empat anak perempuan yang disekap entah apa alasannya. Nathan dan Rosie dimasukkan ke dalam jeruji besi itu bersamaan dan ia mengenal gadis manis berkuncir dua itu karena mereka sering bermain bersama di dekat air mancur.

Ia tidak tahu apa-apa ditambah dengan Rosie yang sangat ketakutan dan terus bersembunyi di belakangnya, namun anak-anak yang lebih dulu sampai di sini berusaha menenangkannya dan bertanya darimana asalnya. Lalu mereka bertanya bagaimana mereka dibawa dan mengatakan jika semua anak di sana dibawa tanpa sadar. Namun ada yang sedikit berbeda karena Rosie dan Nathan diberi perlindungan, sementara anak yang lain tidak.

"Apa benar akan ada yang menyelamatkan kita, Nathan?" tanya Satya memastikan lagi cerita Nathan yang mengatakan jika ia sempat diberi perlindungan oleh kakak Sorcerer meskipun pada akhirnya tetap tertangkap.

Nathan mengangguk dan melempar pandangan pada Rosie yang berada di sisinya. Rosie juga mengangguk yakin.

"Kak Lianna dan para Patron berusaha melindungi kami dengan mantra pelindung, itu berarti mereka akan menyelamatkan kita juga! Tidak mungkin mereka membiarkan kita begitu saja," tutur Nathan dengan yakin sekaligus mencoba mengurangi rasa takut anak-anak yang lain. Ah, anak laki-laki ini sungguh pemberani.

Anak-anak perempuan selain Rosie, Bella dan Kayla menatapnya tak yakin. Mereka jelas sangat ketakutan dan rindu keluarganya karena sudah berada di tempat ini lebih lama. Meskipun mereka tidak kekurangan makanan karena Necromancer yang menculik mereka selalu memberi mereka roti dan susu, tetap saja mereka tidak tahu apa tujuan Necromancer itu.

"Tapi ini sudah lebih dari seminggu!" sahut Ronald. Satya yang mendengar itu langsung menepuk-nepuk pundak sahabatnya dengan lembut.

"Aku rindu ayah dan ibu ...." lanjutnya lalu beringsut menunduk menenggelamkan kepalanya di dada Satya. Satya pun memeluk Ronald dan mencoba menenangkannya. Ronald memang cengeng dan suka mengeluh, ia tahu itu. Karena itu ia mencoba menjadi kuat agar Ronald tidak makin takut. Apa yang dikatakan Ronald memang benar karena ia juga merasakan hal yang sama. Semua anak di sini merindukan keluarganya, meskipun memiliki keberanian, mereka tetap saja masih anak-anak. Mereka jelas membutuhkan orang dewasa di saat seperti ini. Dan setelah itu isakan dari anak-anak perempuan terdengar lagi untuk kesekian kalinya. Isakan tangis, ketakutan, sedih dan rindu menjadi teman mereka setiap saat.. Mereka bahkan tidak tahu apakah di luar sedang siang atau malam. Mereka benar-benar terisolasi tanpa tahu apapun yang terjadi di luar sana setelah mereka diculik.

Namun perkataan Nathan dan Rosie memberikan mereka harapan besar, anak-anak kecil itu berharap sangat besar pada Sorcerer dan Patron untuk menyelamatkan mereka dari goa dingin nan gelap ini.

.

.

To be continue

Thanks for reading~

Vote dan comment kalian sangat berarti buat author,

so feel free to vote and comment :)


NECROMANCER [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang