20. Sorry, I Hate

25 6 1
                                    

Jefan menepikan motor nya di garasi Rumah. Setelah dirinya mengantarkan Jeyna pulang ke rumah nya dengan selamat, ia pun langsung bergegas untuk pulang dan tidak ada niatan untuk pergi kemana saja. Karna ia sangat paham jika Sukma pasti tengah mengkhawatirkan dirinya karna pulang telat. Memang, tadi sore ia tidak berpamitan dahulu kepada sang Ibunda nya itu.

Ia mengerutkan keningnya kala melihat sebuah objek yang membuat rahang nya mengeras. Sebuah mobil berwarna putih mengkilat milik sang Ayah terlihat sudah terparkir di samping motornya. Ah, kali ini ia tidak bisa membantah permintaan sang Ayah. Ia teringat dengan ucapan sang Ayah kemarin malam yang akan membawa dirinya pergi.

Ia pun segera berjalan cepat menuju Rumah nya. Takut jika Sukma diperlakukan tidak baik oleh Arya. Ketika dirinya sudah berdiri tepat di ambang pintu masuk Rumah, ia cukup terkejut dengan Arya yang terlihat tengah mengobrol ria dengan Sukma. Ia pun tersenyum miris. Jefan sudah sangat tahu dengan gelagat sang Ayah, seperti sekarang ini, tujuan Arya bersikap manis seperti itu hanya lah untuk membuat Jefan luluh.

Sukma yang melihat Jefan sudah datang pun segera lah ia peluk, "Kamu kok pulang nya telat, sih?"

Jefan terkekeh, "Jefan habis latihan bakset, Mah. Jefan minta maaf kalau tadi nggak pamitan dulu, soalnya tadi Mama lagi keasikan tidur hehe. Jefan nggak mau ganggu Mama."

"Kamu ini, kebiasaan suka nggak pamitan dulu sama Mama," Sukma menepuk pundak semata wayang nya dengan cukup keras, ia pun menoleh kearah Arya, "Lihat deh Mas, anak kita udah gede aja ya. Mama udah nggak sabar pengen lihat anak Mama punya pacar!"

Seketika itu Jefan pun spontan terdiam, lalu terkekeh pelan, "Jefan belum mau pacaran, Mah. Jefan nggak tertarik soal percintaan kayak gitu."

Sukma tertawa pelan, "Masa, sih? Tapi pastinya ada cewek yang lagi kamu sukai, kan?"

Jefan terdiam kembali. Entah kenapa hal itu membuat dirinya diam membisu. Tepat sekali, ucapan Sukma memang ada benarnya. Jefan memang tengah menyukai seorang gadis, namun ia masih tak terlalu paham akan perasaan nya itu.

Jefan menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, lalu menggeleng pelan, "Nggak ada kok, Mah. Belum ada cewek yang udah menarik perhatian Jefan."

"Makanya cari cewek yang kriteria nya persis sama yang kamu harapkan. Emangnya kamu nggak bosen sendiri aja? Hayo!" Sukma pun semakin menggoda Jefan, yang membuat sang anak terlihat kesal.

"Jefan bahagia kok sendiri. Lagipula nyari cewek itu harus yang benar-benar cocok sama Jefan. Jangan sembarangan." ujar Jefan seraya terkekeh pelan.

Arya menatap Jefan dengan tatapan datar. Ia pun bangkit berdiri dari tempat duduk nya, lalu menepuk pundak Jefan, "Ayo, ikut Papa! Kamu sudah janji nggak akan nolak permintaan Papa."

Jefan masih tetap diam. Rasanya ingin sekali dirinya menghempaskan tangan sang Ayah dari pundak nya, namun ia masih tetap menahan amarah nya karna disana terdapat Sukma juga yang tengah tersenyum senang akan kedatangan Arya saat ini. Ia tidak boleh membuat penyakit sang Bunda kambuh kembali.

Sukma tersenyum, "Kamu ganti baju dulu ya, Jefan. Ikut sama Papa dulu. Kasian loh Papa udah nungguin kamu daritadi disini."

Arya mengangguk, "Papa tunggu kamu disini. Jangan lama, 5 menit cukup."

Tidak ada jawaban dari Jefan. Pria itu pun segera pergi meninggalkan kedua orang tua nya. Sangat malas jika sudah melihat pencintraan yang tengah dilakukan oleh sang Ayah nya itu. Namun, ia juga sangat senang karna dapat melihat Sukma tersenyum kembali, setelah sekian lama senyuman itu tak pernah terbit di mulut nya.

Jefan menoleh ke belakang, tepat dimana kedua orang tua nya terlihat tengah berbincang, "Lihat, Mama sangat sayang sama Papa. Tapi kenapa Papa selalu memberikan luka kepada Mama? Lihat Pah, Mama sangat senang dengan kehadiran Papa disini."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

When Loved Someone [ᴏɴ-ɢᴏɪɴɢ]Where stories live. Discover now