04. Bertemu

36 31 27
                                    

Saat ini, Jeyna, Jessi, Maudy, dan Risa masih berada di Sekolah. Karena hari ini merupakan jadwal piket mereka yang harus dikerjakan di sore hari. Mereka pun sengaja ingin disatukan dalam satu hari.

Setelah dikiranya selesai, mereka pun bergegas pergi keluar dari Kelas. Melihat jam pun sudah sangat sore, hal itu membuat mereka terlihat cemas. Takut jika orang tua nya pun akan mengkhawatirkan mereka.

"Eh iya Jey, lo pulang sama siapa?" tanya Maudy sambil menggandeng lengan Jeyna.

"Jey pulang sendiri." ucap Jeyna sambil tersenyum.

Jessi dan Risa saling menatap kearah Jeyna, "Terus lo naik apaan?"

"Tadi pagi, kan, Jey naik angkot. Sekarang pun Jey harus naik angkot lagi, lah." ujar Jeyna.

Memang, ketika masih ada Barga, Jeyna sering kali diantar jemput olehnya. Ketika Jeyna ingin pergi kemana pun itu, Barga selalu paling depan untuk mengantar Jeyna. Karna ia tidak ingin melihat anak nya itu terluka, makanya ia selalu ada 24 jam untuk Jeyna.

Namun sekarang berbeda, Jeyna harus menjadi seorang anak yang lebih mandiri lagi. Menyisihkan uang saku nya untuk bayaran naik angkot. Lagi pun, mobil milik Ayah nya itu sudah di ambil lagi oleh CEO di kantor nya. Karna sebenarnya, mobil itu bukan milik Barga, namun milik perkantoran dimana tempat Barga bekerja menjadi seorang Sekretaris.

"Mending lo naik mobil gue aja, Jey. Gue anter lo sampe rumah. Mau ya?" tanya Risa.

Jeyna menggeleng pelan sambil tetap tersenyum, "Jey bisa nungguin angkot nya di depan gerbang kok, Ris."

"No! Pokoknya lo harus ikut kita-kita. Biasanya juga lo asal nerima aja." gurau Maudy.

"Jey takut ngerepotin Risa. Lagi pula kan jalur rumah Jey sama Risa itu beda. Kalau sama kalian kan sejalur. Jey jadi nggak enak sama kamu, Ris." ujar Jeyna sedikit menundukkan kepalanya.

Risa menggelengkan kepalanya. Ayolah, Jeyna ini sahabatnya. "Nggak papa kok, Jey. Sekalian kan, kita di mobil itu bisa saling curhat. Udah lama kan kita nggak saling curhat?"

Pertanyaan Risa itu membuat Jessi dan Maudy mengangguk semangat. Jeyna pun tersenyum. Ia sangat beruntung, dan ia juga sangat menyayangi ketiga sahabatnya itu. Ternyata mereka masih tulus ingin bersahabat dengan Jeyna, walaupun sekarang dirinya banyak kekurangan.

Didalam mobil, Maudy terus saja mengoceh yang membuat keadaan pun semakin menyenangkan. Risa pun segera melajukan mobilnya. Hanya ia yang bisa mengendarai mobil. Sedangkan Jeyna, Jessi, dan Maudy tidak bisa mengendarai apa pun. Hanya saja saat ini, Jessi tengah belajar untuk bisa mengendarai motor.

"Tadi lo nggak diapa-apain kan sama Jefan?" tanya Risa.

"Nggak kok. Jey cuma disuruh buat nemenin dia aja yang lagi mau baca ke Perpus." ujar Jeyna.

"What? Jefan suka baca? Gilaaa!" Maudy langsung heboh jika mendengar nama Jefan disebutkan.

Jessi yang memang tengah mendengarkan lagu pun segera menoleh ke belakang. Ia sangat terganggu dengan ucapan Maudy yang heboh seketika itu, "Lah anjir telinga gue langsung takut sama teriakan lo!"

"Mulai, mulai, kesel dah gue sama lo." ucap Maudy yang masih berusaha menetralkan amarahnya.

"Habisnya lo kalau ngebahas si Jefan suka langsung heboh." ucap Jessi.

Jeyna terkekeh pelan sambil mengusap tangan Maudy. Hal itu membuat Maudy langsung tersenyum, lalu memeluk erat Jeyna. "Jey, meskipun lo itu anak nya lemot banget. Gue paling sayang deh sama lo, daripada si mak lampir yang sekarang lagi liatin kita."

When Loved Someone [ᴏɴ-ɢᴏɪɴɢ]Where stories live. Discover now