Selepas kelas usai dan bubar, Sunwoo yang pamit kepada Hyunjin mau jalan. Membuat si Hwang menuntaskan rencana setan. Yaitu mengerjai profesor yang katanya orang adalah alpha, padahal fremonnya semerbak bunga mawar di taman raja.

Hyunjin hanya ingin membuktikan— beberapa hal.

"Profesor" Hyunjin menyapa Felix yang tengah berjalan ke arah ruangan dosen .

"Tuan Hwang saya menghargai usaha anda bertanya..." kata Felix terputus dan Hyunjin kaget karena mereka jadi hadap hadapan, karena Felix berbalik cepat.

"Ya profesor?" Menatap Felix tanpa salah, jelas mata biru Hyunjin pemenangnya.

"Sudahlah, ikut saya"

"Profesor ajak saya keliling dunia pun, saya akan ikuti!" Jawab Hyunjin semangat, sedangkan Felix sudah memutar bola mata malas dan berjalan balik menuju bangunan fakultas sayap kiri tempat rungan para dosen dan jajarannya.

Sampai pada ruangan profesor muda yang penuh dengan aroma mawar yang menusuk indra penciuman Hyunjin, si pemilik marga Hwang pura pura tak tahu menahu.

"Take a seat"

"Thank u prof"

Detik demi detik berlalu dan tiga menit sudah Hyunjin tersenyum layaknya orang gila depan Felix yang menyajikan kopi untuknya.

"Ada yang mau prof bicarakan dengan saya?"

"Oh tentu saja"

Hyunjin menangkap seperti Felix habis melamunkannya.

"Mungkin ada beberapa hal yang akan saya ajukan kepadamu Hyunjin, karena kamu berbakat mungkin team untuk perlombaan debat bisa kamu ikuti, sebentar saya ambilkan berkas—" Felix memotong percakapan dan bangkit dari tempat duduk kemudian ke arah rak pada bagian atas berusaha menjangkau tanpa Hyunjin sadari kalau prof itu kesusahan.

Rak nya ketinggian. Untuk badan Felix yang hanya sekitar seratus tujupuluh kurang.

Hingga tanggapnya Hyunjin membuat telinga Felix memerah karena Hyunjin menangkap Felix yang hendak jatuh terjerembab ke bawah, dan aroma mawar menguar dalam ruangan yang ada.

Terlalu banyak aroma yang bisa Hyunjin cium— tandanya?

Pinggang Felix, Hyunjin remas sebelum ia dengan kakunya melepas.

"Maaf profesor, bukan maksud saya lancang"

Begitu kata Hyunjin asal, berjalan ke sofa kembali sedangkan Felix sudah semerah tomat matang.

Hyunjin melihat jas Felix yang dikenakan prof muda itu ditanggalkan begitu saja, sebelum menjelaskan mengenai penawaran perlombaan yang sang profesor percayakan untuk mengikutinya.

"Sayang kalau kepintaranmu terbuang begitu saja"

Hyunjin merasa tersanjung saat Felix memujinya.

"Terimakasih atas sanjungannya profesor—"

"Jadi mungkin itu yang mau saya sampaikan, untuk jawaban bisa kamu berikan lusa atau minggu depan tak apa—"

Hyunjin mengangguk paham atas perintah Felix. Kemudian berdiri dan hendak pergi. Tapi aroma manis menahan langkahnya yang mau menutup pintu dan berkata pamit.

ARENAWhere stories live. Discover now