Bab 18 Sarapan

14.5K 780 5
                                    

Alyssa menatap ragu pada pintu kamarnya. Perutnya meronta-ronta minta diisi. Tapi dia tidak punya keberanian untuk keluar.

Setelah melihat amarah Arga tadi Alyssa merasa jantungnya ingin lepas dari tempatnya.

Apalagi tatapan matanya yang begitu tajam dan menakutkan. Alyssa seakan melihat Arga yang mengerikan.

Dulu seingatnya, Arga tidak seperti itu. Arga yang dulu lebih banyak tertawa dan tersenyum. Tapi akhir-akhir ini Arga lebih banyak diam dan cenderung cuek. Bahkan kata-katanya sangat sinis, tajam seakan tak memiliki perasaan.

Alyssa jadi penasaran apa yang membuat Arga bisa berubah seperti itu. Apa waktu yang merubahnya menjadi seperti sekarang? Atau wanita tadi? Hingga Arga bisa bersikap tempramental dan sinis? Batin Alyssa.

Menghela nafas panjang akhirnya Alyssa menyerah. Melangkah kearah ranjang dengan kaki sedikit tertatih-tatih.

Memilih berbaring, tidur. Ketimbang hanya diam memikirkan masalah Arga dan perubahan sikapnya yang akan semakin membuat perutnya terasa lapar.

***

Begitu membuka mata hal pertama yang Alyssa lihat adalah Arga yang berdiri di dekat ranjang dengan stelan kantornya.

Tubuhnya yang memunggungi Alrga membuat Alyssa hanya bisa menatap punggung tegap Arga.

Bangun dari duduknya, Alyssa menyimbak selimut yang membungkus tubuhnya. Hingga menarik perhatian Arga.

Arga hanya menoleh, tidak mau repot-repot menyapa atau berbasa-basi dengannya.

Alyssa pun sama. Dia tidak tertarik beramah tamah pada Arga, dia malas meladeni mulut pedas Arga.
Dia hanya melengos, melangkah ke arah kamar mandi.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Arga begitu Alyssa keluar dari kamar mandi, selesai membersihkan diri. Tubuhnya sudah rapi dengan stelan kerjanya. Dia hanya tinggal merias wajahnya. Dan setelah itu dia bisa pergi ke kantor.

"Kerja." Jawab Alyssa singkat. Melangkah ke arah meja rias untuk bersiap. Tidak ingin berbicara lebih banyak.

Terlalu lama bicara dengan Arga akan membuat moodnya hancur. Arga dan mulut pedasnya adalah perpaduan yang pas.

"Lebih baik kamu keluar dari tempat kerja mu." Ucap Arga tanpa beban. Seolah apa yang dia katakan bukalah masalah besar. Yang tidak mempengaruhi kehidupan Alyssa.

Untuk beberapa saat gerakan tangan Alyssa terhenti. Kedua matanya menatap Arga dari pantulan cermin di depannya.

Di sana Arga nampak sibuk memasang dasinya dengan luwes tanganya bergerak memasang dasi. Seakan apa yang barusan dia katakan bukan masalah serius. Yang harus di pikirkan matang-matang oleh Alyssa.

"Aku bekerja sebelum menikah dengan kamu. Jadi aku tidak punya alasan untuk mengikuti semua kata-kata mu, Arga. Jadi jangan pernah mimpi jika aku akan menuruti semua kata-katamu!" Ketus Alyssa. Gantian gerakan tangan Arga yang terhenti.

Menoleh, Arga menatap Alyssa yang terlihat asik mengoleskan krim pada wajahnya. Entah apa yang Alyssa oles kan. Tapi Arga sering melihat Alyssa sering menggunakannya sebelum bekerja atau pun tidur.

Berjalan mendekat, Arga tidak melepaskan tatapan matanya ke arah Alyssa. Semakin dekat dia melangkah semakin tajam tatapan matanya. Seakan Alyssa adalah suatu objek yang sulit untuk di alihkan.

Hingga dia sampai di belakang tubuh Alyssa. Dengan sekali sentak Arga berhasil membalik tubuh Alyssa hingga menghadap ke arahnya.

Kedua tangannya mencekram lengan Alyssa. Memaksa wanita yang duduk di depannya mendongak ke arahnya.

Tubuh tegap Arga menunduk, berada di atas wajah Alyssa yang masih nampak syok karna perbuatan Arga tiba-tiba.

"Kamu harus tau, Alyssa. Jika saya tidak suka di bantah. Apalagi mendengar penolakan!" Bisik Arga terdengar berat namun terasa tajam pada telinga Alyssa.
Tatapannya begitu tajam penuh penekanan. Seakan mengatakan lewat tatapan matanya jika apa yang Arga katakan saat ini tidak lah main-main. Dan Alyssa harus mengikuti semua kata-katanya.

"Lepas!" Sentak Alyssa menarik lengannya dari cengkraman Arga.

Tatapan intimidasi Arga terlihat sangat menyeramkan untuk Alyssa. Apalagi aura yang di keluarkan. Terasa begitu dingin dan menyeramkan.

"Saya akan senang jika kamu bisa bersikap dewasa. Dan menuruti semua kata-kata saya!" Lanjut Arga.

"Aku bukan budak mu yang harus menuruti semua kata-kata mu, Arga."

"Ya tentu saja. Kamu memang bukan budak saya. Melainkan istri saya, jadi kamu harus menuruti semua kata-kata saya."

"Kamu kira siapa kamu hingga aku harus menuruti semua kata-kata mu?" Sinis Alyssa berusaha memberontak.

Tatapan Arga lama-kelamaan terasa mengganggunya. Apalagi wajah kakunya. Seakan siap melahap Alyssa hidup-hidup detik ini juga.

"Kamu tidak lupa jika saya suami mu kan, Alyssa?" Seringai Arga terbit. Hingga Alyssa bergidik menemukan seringai tipis Arga.

Arga yang menyeramkan telah kembali dan Alyssa tidak akan membiarkan Arga mengintimidasi Alyssa dengan mudah.

"Saya bahkan berhak menghukum kamu jika kamu membantah kata-kata saya, Alyssa!!" Sambung Arga, bibirnya mengukir senyum tipis begitu menemuka wajah penuh ketakutan Alyssa.

"Apa kamu takut?" Ejek Arga.
Mendesis kesal. "Aku sama sekali gak takut sama kamu. Jadi simpan jauh-jauh pikiran kamu jika aku akan takut?"

Alyssa menelan ludah susah payah. Ancaman Arga terdengar tidak main-main. Namun dia juga tidak mau jika terintimidasi dengan tatapan Arga. Bisa-bisa Arga besar kepala jika sampai Alyssa menurutinya.

"Jadi kamu tidak takut?" Bukannya menjawab, Arga malah balik melempar pertanyaan.

Sebelum Alyssa menjawab Arga lebih dulu menunduk. Membungkam bibir Alyssa dengan bibirnya.

Alyssa yang mendapatkan perlakuan tiba-tiba Arga nampak melotot tak percaya. Kedua matanya hampir keluar dari tempatnya.

Apalagi Arga seakan tidak memberikan waktu pada Alyssa untuk berpikir. Dengan seenak hati dia melumat bibir Alyssa. Menyesapnya perlahan.
Sepersekian detik Alyssa masih nampak mematung dengan wajah syok.

Tubuhnya pun membeku dengan jantung seakan berhenti berdetak.

"Ternyata rasa bibir kamu tidak berubah. Manis dan lembut." Ucap Arga tanpa rasa bersalah.

Alyssa hanya mengerjab
berulang-ulang. Berusaha mencerna ucapan Arga yang sudah menjauhkan tubuhnya.

Berdiri tegak. Arga mengusap jas bagian depannya. Seolah menghilangkan debu yang menempel di sana. Padahal jas itu masih bersih tidak ada debu yang menempel sedikit pun.

"Ingat, Alyssa! Lebih baik kamu pikirkan lagi tawaran saya. Saya akan menerima jawaban kamu malam ini. Saya harap kamu tidak akan mengecewakan saya!"

"Kecuali kamu ingin menerima hukuman lebih parah dari ini." Lanjut Arga terdengar otoriter. Begitu bossy dan tak ingin di bantah dan mampu menyadarkan Alyssa.

Alyssa baru tersadar begitu mendengar Arga menutup pintu. Hingga umpatan kesal langsung meluncur dengan mulus dari bibinya.

"Arga, sialan."

Mendadak Menikah (SELESAI)Where stories live. Discover now