Bab 12 Malu setengah hidup

18.4K 1.2K 2
                                    

Dengan lesu, Alyssa melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Melangkah gontai menuju kamarnya.

Malam ini dia pulang bekerja pukul delapan. Setelah hampir seminggu dia mengambil cuti, hari ini adalah hari pertama dia bekerja.

Bukan tanpa alasan dia pulang malam, tapi seluruh temannya memintanya untuk ikut makan malam bersama. Acara penyambutan Alyssa yang pertama kali masuk bekerja, sekaligus merayakan hari pernikahannya.

Ck, Alyssa ingin tertawa jika mengingat semua itu. Di mana seluruh teman-temannya nampak begitu semangat. Bahkan Alyssa yang menikah pun kalah semangatnya dari mereka. Hingga Alyssa hanya bisa tersenyum miris.

Teman-temannya nampak bahagia, bahkan mereka begitu memuji Alyssa. Mengatakan Alyssa begitu beruntung karna dapat memikat pria seperti suaminya. Tampan, mapan, pintar, berprestasi, bahkan disegani di kalangan bisnis. Uhhh, suaminya nampak sempurna di mata mereka.

Mendengar semua pujian teman-teman Alyssa, membuat Alyssa semakin merasa miris. Tidak bisa membayangkan bagaimana jika mereka tau bagaimana nasib Alyssa yang sebenarnya. Yang tidak diinginkan oleh suaminya. Bahkan di hari pernikahannya saja, dia sudah ditinggalkan.

Tapi bukankah bagus. Setidaknya dia tahu jika Arga menikahinya hanya karena perintah neneknya. Dan tahu di mana tempat Alyssa sesungguhnya.

Dan selama seminggu Arga berada di luar kota, tidak sekalipun dia memberi kabar. Dia seperti hilang di telan bumi. Dan Alyssa tidak pernah tau kapan dia akan kembali.

Jangankan kembali, Arga berada di belahan dunia sebelah mana saja, Alyssa tidak tau. Yang dia tau Arga pergi keluar kota. Hanya itu.

Mendorong pintu kamar, Alyssa melangkah semakin masuk ke dalam kamar. Melempar asal tasnya ke arah ranjang, membuka sepatunya asal. Membiarkannya tergelak di atas lantai. Lalu masuk ke dalam kamar mandi. Menguncinya. Dan mulai sibuk membersihkan diri.

Selesai membersihkan diri, Alyssa keluar kamar mandi hanya dengan kimono. Rambutnya digulung di atas kepala dengan handuk kecil sebagai pembungkus.

Dengan santainya, dia keluar kamar mandi. Tubuhnya benar-benar terasa segar. Namun ketika dia baru sampai tengah kamar saat ingin melangkah ke arah meja rias. Tubuhnya membatu, membeku dengan wajah terbelalak kaget.

Di sana, di atas sofa. Arga duduk tenang dengan sebuah buku di atas pangkuannya. Ada kaca mata baca yang membingkai wajahnya. Membuat Alyssa menelan ludah susah payah.

Kakinya terasa sulit digerakkan. Layaknya ada sebuah paku, hingga dia tidak bisa menggerakkannya barang sedikit.

"Arga," Gumamnya lirih. Dari pantulan cermin di depannya, Alyssa bisa melihat jika Arga nampak begitu tak terganggu dengan kehadirannya. Membuat ia harus bersyukur atau malah sebaliknya.

Namun, Alyssa menyesal begitu kedua mata tajam milik Arga mendongak. Menatap ke arahnya yang masih membatu dengan wajah syok.

"Kenapa?" Tanya Arga menatap Alyssa aneh. Sebelah alisnya terangkat tinggi. Menatap Alyssa yang kini juga tengah menatap ke arahnya layaknya melihat hantu.

Menggeleng cepat, Alyssa secepat kilat berbalik. Melangkah tergesa-gesa masuk ke dalam kamar mandi lagi. Namun, tak berapa lama kembali keluar.

Tanpa menoleh ke arah Arga. Alyssa langsung masuk ke dalam walk in closed dan keluar lagi dengan baju di tanganya. Sedikit berlari melangkah ke arah kamar mandi bahkan dengan sedikit kuat Alyssa menutup pintu kamar mandi. Hingga menimbulkan bunyi dentuman lumayan keras.

"Bodoh.... Bodoh... Bodoh..." Rutuk Alyssa begitu dia berada di dalam kamar mandi.

Bahkan jantungnya hampir lepas dari tempatnya. Saat menyadari kecerobohannya. Dan malam ini, entah bagaimana cara Alyssa menunjukkan wajahnya pada Arga. Karna yang jelas, dia sangat merasa malu luar biasa.

***

Membuka pintu kamar mandi sedikit, Alyssa menarik nafas dalam. Lalu menghembuskannya secara perlahan. Berusaha sekuat yang dia bisa untuk mereka detak jantungnya.

Setelah di rasa lebih baik, Alyssa membuka lebar pintu. Keluar dengan wajah menunduk. Namun ekor matanya tetap menatap sekeliling, terutama pada sofa yang sempat menjadi tempat duduk Arga.

Wajahnya langsung terangkat begitu tak mendapati Arga di sana, bahkan dia langsung menoleh ke arah ranjang. Bersyukur karena Arga tak berada di sana. Hingga dia pun melangkah cepat ke arah ranjang.

Kakinya sudah naik, tubuhnya pun sudah naik sepenuhnya ke atas ranjang. Bahkan selimut sudah menutupi kakinya. Tinggal berbaring, namun gerakan tubuhnya terhenti ketika mendengar suara pintu di buka dari luar.

Arga masuk dengan santainya. Dan berhasil membuat Alyssa menahan nafas dua kali lipat dari sebelumnya. Alyssa merasa jantungnya ingin terjun bebas.

"Hai, Kamu sudah mau tidur?" Alyssa mengangguk beberapa kali menjawab pertanyaan Arga. Genggaman tanganya di selimut pun semakin erat.

"Kamu ..." Alyssa menelan ludah susah payah. Wajahnya sudah memerah antara malu juga kesal.

Malu karna Arga hampir melihat tubuhnya. Juga kesal karna bersikap berlebihan. Padahalkan mereka suami istri, Arga bahkan pernah hanya memakai handuk. Lalu kenapa saat ini dia malah yang terlihat salah tingkah padahal dia menggunakan kimono bukan telanjang?

Glek

Alyssa semakin kehilangan pasokan oksigennya ketika dengan santainya Arga malah melangkah ke atas ranjang. Duduk di atas ranjang dengan selimut yang membungkus setengah tubuhnya. Dan ingat, selimut itu adalah selimut yang sama yang digunakan Alyssa.

"Apa?" Tanya Arga yang tak kunjung mendengar suara Alyssa.

"Kamu ... Kapan ... Pulang?" Cicit Alyssa pelan. Suaranya seperti tikus kejepit.

"Tadi sore," Jawaban santai Arga membuat Alyssa memutar cepat kepalanya. Menatap Arga yang kini dengan santainya berbaring di atas ranjang. Tepat di sampingnya.

"Tadi Sora?" Ulang Alyssa terdengar tidak percaya.

"Hmm."

"Lalu tadi--" Alyssa tidak bisa melanjutkan lagi kata-katanya. Kepalanya terasa pusing seketika.

Jangan bilang?

Jangan bilang, Arga melihat bagaimana tadi Alyssa bersikap ketikan baru pulang bekerja? Jangan, tolong siapa pun katakan pada Alyssa. Jika Arga tidak melihatnya?

Arga tidak melihat bagaimana Alyssa melempar tasnya, kan? Atau lebih parahnya, sepatunya?

Sepatu? Tas?

Dimana dua benda itu?

Seketika, Alyssa bangun dari duduknya. Menatap sekeliling kamar dengan perasaan was-was. Takut-takut jika dua benda itu masih berada di tempatnya.

Namun, ketika Alyssa menatap seluruh lantai. Menyapunya hingga ke sudut ruangan, Alyssa tak menemukan sepatunya. Dan ketika kembali menatap ranjang.

Sama, tidak ada tanda-tanda ada tas diatas ranjang.

Tadi Alyssa benar-benar membuang tasnya di atas lantai kan, ya? Atau, dia salah melemparnya?

"Apa?"

Alyssa berjengkit, menatap Arga layaknya hantu di film horor paling menakutkan.

"Kamu mencari sesuatu?"

"Itu ... Kamu ... Apa kamu melihat--" Alyssa menggaruk tengkuknya salah tingkah, entah bagaimana dia harus mengatakannya. Tapi yang jelas dia malu setengah mati saat ini.

"Apa? Sepatu?" Alyssa ingin menenggelamkan dirinya di laut, menguburnya di dasar bumi jika bisa.

"Atau, tas?" Lanjut Arga dengan santainya. Hingga Alyssa merasa perutnya mulas, melilit dengan rasa kram yang luar biasa.

Wajah Alyssa sudah tidak tau lagi akan dia letakkan di mana saat ini. Tapi yang pasti, dia butuh sesuatu untuk menutupnya.

Mendadak Menikah (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang