BAB 33 [Drama]

Magsimula sa umpisa
                                    

"Kak!"

"Bener lagi gue, mah."

"Kenapa bawa-bawa Lay, sih?"

"Loh, kenapa?" Daniel menaikan satu alisnya. "Lo kan suka dia."

"Siapa yang bilang?" lihat! Mode ngegasnya Angel mulai keluar.

Daniel tertawa saja di buatnya. Dengan tangannya yang enteng, ia bahkan merangkul bahu Angel dan membawa gadis itu berjalan di halaman aula. "Nih, orang buta aja pasti bisa tau kalo lo itu suka sama Lay."

Angel menatap horor kearah seniornya itu. Entah apa yang ada di pikiran Angel, tapi Daniel memastikan jika sekarang Angel sedang memikirkan hal yang aneh-aneh.

"Gimana bisa orang buta itu tau," rangkulan Daniel sengaja Angel lepaskan. Bagaimanapun juga, Angel merasa risih jika harus di rangkul-rangkul oleh lelaki seperti tadi. "Ada-ada aja sih, kak."

"Seriusan, elah." Daniel tidak percaya jika Angel tidak mempercayai apa yang di katakannya. "Gak harus pake indra penglihatan, ya buat tau lo suka sama Lay. Dengan indra pendengaran aja udah kedengeran jelas, kok." Daniel terkekeh.

"Mau tau gak?"

Tanpa sadar, Angel mengangguk. Namun, kemudian ia menggeleng keras. "Gak ah, kak."

"Nih, ya gue paksa. Lo kenal sama Lay duluan daripada kenal sama gue. Dan lo justru bisa deket gini sama gue, tapi sama si Lay masih malu-malu kucing. Ngomong aja masih kedengeran gerogi."

"Seriusan, kak?" Angel menatap serius Daniel. "Eh, apaan sih?" gadis itu kembali sadar. Alias kembali mengelak kenyataan.

"Lo itu kalo suka, ngomong aja. Gak salah, kok kalo cewek dulu yang bilang suka. Siapa tau, kan perasaannya juga sama. Daripada diem-diem aja kagak ada usaha, mending coba terbuka. Kalo terlanjur di gaet cewek lain, entar nangis."

"Yang pertama ngomong suka aja juga dia."

Sadar jika ia sudah salah berbicara, Angel segera menutup rapat bibirnya menggunakan kedua tangannya. Angel juga sempat memaki-maki dirinya didalam hati karena sudah kebablasan seperti ini.

Ah, ia sangat yakin jika Daniel sudah mendengarnya dengan jelas.

"Nah, kan. Nungguin apa lagi coba?" Daniel terkekeh geli saking merasa lucu sekaligus tidak percaya. "Udah gue tebak dari awal, sih. Eh, tebakan gue ternyata bener."

"Kak, pura-pura gak denger aja, kek!"

Daniel mengeleng-geleng pelan. "Terus kenapa masih nyaman di status pertemanan, hem? Gak mau pacaran aja?" tanya Daniel yang tiba-tiba terlihat serius. "Lay walaupun bocah ngeselin kaya gitu, dia baik, kok. Baik banget malah."

Daniel bisa melihat dengan jelas tatapan ragu Angel kali ini. Tanpa Angel jelaskan, Daniel sudah bisa menebak apa yang di pikirkan oleh Angel.

"Agama, kak." Angel langsung menunduk. Tebakan Daniel memang tidak melenceng. "Gue gak bisa rebut dia dari Tuhan-nya," ungkapan sesingkat ini saja sudah berhasil di pahami oleh Daniel. Hal itu terlihat jelas di ekspresi wajah Daniel yang sudah tidak terlihat menyebalkan.

"Gue juga gak bisa ninggalin Tuhan gue kalo cuma karena dia." Angel berujar. "Kalo dari awal di paksaain jalin hubungan lebih, takutnya nanti kebablasan sampai ada rasa pengin nikah."

Senyuman Angel kali ini terasa berbeda untuk Daniel. Itu senyuman paksa, Daniel tentu tidak menyukainya. Rangkulan kembali Daniel berikan untuk Angel, berharap agar Angel sedikit melupakan pembahasan berat kali ini.

Walaupun usia mereka masih belasan tahun, tapi jika di hadapkan dengan masalah agama dengan lawan jenis yang di sukainya tentu sama-sama menyakitkan. Karena tidak ada yang tahu sampai kapan rasa itu hadir. Entah hanya untuk sesaat, atau untuk waktu yang lama. Yang jelas, akan sama-sama menyakiti mereka.

MarvelMeira [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon