"Jika tangisku adalah lautan. Maka kau lah yang jadi muaranya".***
A Poem : The Eye Clause
Episode 21 ~ SandiwaraBiar malam, kini menjadi lalu
Buat udara, kini kian berdebu
Benci, tapi masih menunggu
Cinta, tapi mulut membisu
Aku merasa terjebak
Dalam keindahan yang sama sekali tak bisa kutebak
Menyerah, tapi tak kuat menahan sesal kelak
Bertahan, tapi hati ini sudah sesak
Kupikir selama ini aku sangat mengerti
Saat takut datang, aku harusnya berhenti
Ternyata selama ini aku sangat bodoh
Karena terus membiarkan nasib dan takdir mencemooh
Saat kau bilang kau adalah cinta
Aku harusnya tahu cara menjaga rasa
Sebab tak semua cinta akan sama dengan kisah lainnya
Bahwa tak segalanya bisa dengan mudah ditata
Karena terkadang bernapas dengan tiga kata "Aku Mencintaimu" saja,
Seseorang membutuhkan banyak jeda dari rasa sakit masa lalunya
Yang pilu
Dengan sendu yang bertumpuk penuh
Dan kupikir, mungkin aku harus tetap bertahan dalam kebodohan ini
Di dunia yang luas, mungkin aku akan berdiri sendiri
Karena sejatinya, cinta memang tak harus saling memiliki
Dan,
Jika rasa sepi ini adalah daratan yang gersang
Maka kau adalah fatamorgana
Jika tangisku adalah lautan
Maka kaulah yang jadi muaranya
•
•"Ah jadi kau kepala dayang disini? Maafkan aku karena tadi sempat mengira kalau kau seorang penyusup."
Ma Jae Hwa mengangguk ragu lantas menaikkan arah pandangnya menatap lawan bicaranya, yakni Woo Hee, yang kini tengah duduk di sebuah kursi di perpustakaan, sementara dirinya masih berdiri kaku menghadapnya.
YOU ARE READING
A POEM : The Eye Clause
RomanceKetika bunga berguguran dengan jatuhnya Manusia terlahir bersama hatinya Dan mata berbinar karena klausanya Cinta lahir, tumbuh dan bertambah melalui satu kisah Seperti Lee Yeol kepada Ma Jae Hwa Dengan kata cinta dan klausa mata ••• Ma Jae Hwa ada...