Episode 7 ~ Klausa Mata

728 169 288
                                    

"Meski aku tahu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Meski aku tahu. Mulai saat ini, aku akan tersesat dalam tujuanku sendiri. Aku akan terjebak, karena keputusanku sendiri."

***

A POEM : The Eye Clause
Episode 7 ~ Klausa Mata



Lee Se Ra melenguh saat kesadarannya berangsur pulih. Kedua matanya memicing bersamaan dengan rasa pening yang seketika menusuk-nusuk kepala saat sinar surya menerpa kulit pucatnya. Untuk beberapa saat, seraya mencerna pengelihatannya, Se Ra mengernyit heran saat pintasan ingatan menyerang pikirannya.

"Kenapa kepalaku sakit sekali?"

Kepala Se Ra mendadak kosong dan hampir tak bisa mengingat apa yang telah terjadi padanya sampai dirinya bisa berada disini dengan keadaan hari yang tiba-tiba sudah menjelang siang. Hal itu dapat diketahuinya dari sinar matahari yang mulai menyengat panas.

Lee Se Ra tentu tahu dimana dirinya berada sekarang, yaitu di dalam kamarnya. Tapi yang membuatnya heran adalah kenapa dia bisa berada disini dengan keadaan yang linglung. Kenapa dia bisa melalui satu hari satu malam tanpa ingatan secuil pun.

"Aahh.." lenguhnya seraya memegangi bagian belakang kepalanya yang terasa sangat sakit.

"Apa aku terbentur sesuatu?"

Se Ra tertegun, kemudian tak lama selepas itu akhirnya dengan perlahan dia bisa mengingat sesuatu. Dimulai dari dirinya yang semalam pergi ke perpustakaan guna meminta bantuan penjaga disana untuk memperbaiki buku puisi itu.

"Ah buku puisinya?" Pekiknya kaget.

Dengan secepat kilat, Se Ra bangkit dari ranjangnya dan memaksakan diri bergegas keluar menuju ke perpustakaan. Dia tak sedikitpun mengindahkan pekikan khawatir para dayang yang ditemuinya di lorong. Se Ra terus melarikan kakinya yang sebenarnya agak limbung itu hingga akhirnya dirinya tiba di depan perpustakaan.

Napasnya tersengal-sengal dan semakin menyesak ketika melihat pemandangan di hadapannya, perpustakaan itu hanya menyisakan puing-puing kayu yang sebagian sudah habis dilalap api. Bahkan asap-asap tipis masih mengepul disana.

"A-a andwae.." desisnya parau.

Kaki telanjangnya kembali melangkah disertai pandangan kosong dan tangis penuh penyesalan.

"Buku puisi.." lirihnya tertahan isak.

Kini Lee Se Ra ingat betul apa yang semalam terjadi. Dengan jelas ia memberikan buku itu pada penjaga perpustakaan sebelum akhirnya dia mencari-cari buku bacaan lain seraya menunggu buku puisi itu diperbaiki.

'Jangan sampai buku itu ikut terbakar!' Cemasnya dalam hati.

Lee Se Ra berusaha mencari keberadaan buku puisi tersebut dibalik tumpukan kertas yang sudah gosong, bahkan telah berubah menjadi abu. Dia juga mencarinya di atas meja kayu yang sudah terbakar sebagiannya.

A POEM : The Eye ClauseWhere stories live. Discover now