Episode 9 ~ Hilang Kendali

931 184 465
                                    

"Wanita cantik dengan segudang rasa ingin tahu di dalam kepalanya telah menceburkan diri dalam lautan darah

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


"Wanita cantik dengan segudang rasa ingin tahu di dalam kepalanya telah menceburkan diri dalam lautan darah. "

***

A POEM : The Eye Clause
Episode 9 ~ Kehilangan Kendali


Malam semakin larut dan pekat di langit Joseon. Bulan sabit yang sedikit tertutupi awan hitam pekat terlihat menggantung dengan cahayanya yang kian meredup. Pendaran bintang pun nampak tersebar jarang dan hanya sebatas kilasan bias kelopak mata. Mendatangkan suasana yang kosong dan mencekam. Ditambah Paduan suara binatang malam yang juga turut serta membuat segalanya menjadi menakutkan ketika desahan demi desahan berat seseorang semakin terdengar risau dalam pejaman tidurnya.

"A-aandwae.. andwae.." sesekali kalimat itu menggeram dalam getaran dada yang terus bergerak naik turun.

"Jae Hwa.. andwae.."

Buliran keringat membutir di sekitar dahi hingga turun ke pelipis wajah tampan teduhnya, padahal udara sedang dingin-dinginnya malam ini. Dengan mata yang masih setia tertutup rapat, pemilik nama Han Nam tersebut terus bergerak gelisah. Remasan tangan pada kain yang dijadikan alas tidurnya pun kian menguat seiring dengan suara geraman yang kian terlontar jelas hingga akhirnya dia meneriakkan suara itu seraya bangkit bangun dari pembaringannya.

"Ma Jae Hwa ssi!"

Urat-urat sekitar lehernya seketika terlihat jelas. Menampakkan gulatan emosi yang tengah menguar dalam dirinya. Han Nam baru saja melepaskan diri dari mimpi buruknya. Mimpi yang begitu menakutkan dan membuat badannya bergetar hebat.

"Mengapa aku bermimpi seperti itu? Apa Jae Hwa baik-baik saja? Heisshh semua terlihat seperti nyata!"

Han Nam membenamkan wajahnya pada kedua lengannya, menenggelamkan hawa frustasi yang mulutnya desahkan dengan putus asa. Andai saja dirinya tidak sedang bertugas diluar, Han Nam ingin sekali menemui wanita itu dan memastikannya sendiri bahwa dia memang dalam keadaan baik-baik saja.

Sudah dua malam ini, Han Nam menginap di kediaman Shaman (Peramal) Geok Ju. Atas perintah Raja Lee Kwang dirinya harus tetap berada disana sampai Peramal Geok Ju memberinya petunjuk untuk kemudian disampaikannya kepada Raja.

"Sampai kapan dia akan menahanku disini? Aku bahkan harus mengerjakan banyak hal dari pada dirinya yang hanya duduk melamun di depan pohon." Decihnya mengumpati seseorang yang ada di benaknya, Peramal Geok Ju.

Han Nam kemudian nampak menata deru napas yang beberapa sekon tadi terhembus tak beraturan. Seketika udara dingin itu terasa panas di tubuhnya, apalagi karena kepalanya terus mengkilas mimpi buruk barusan. Mimpi tentang Jae Hwa yang berdarah-darah, tertusuk oleh seseorang berpakaian jubah serba hitam.

"Heisshhh!" Dengusnya lagi langsung mendirikan tubuhnya kemudian keluar dari bilik sempit tersebut.

Han Nam memicingkan matanya begitu dirinya keluar dari sana dan melihat punggung seseorang yang membelakanginya. Shaman (Peramal) Geok Ju, sesuai dengan dugaannya, lelaki berjanggut itu tengah berdiri diam di depan sebuah pohon besar.

A POEM : The Eye ClauseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora