Episode 19 ~ Lee Hwa Ui (Bagian 2)

595 124 243
                                    

"Ratu yang tersembunyi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Ratu yang tersembunyi."

***

A Poem : The Eye Clause
Episode 19 ~ Lee Hwa Ui (Bagian 2)

Enam tahun yang lalu,

Kehidupan terus berlanjut dan tak pernah berjalan mundur. Waktu akan terus berputar, begitu pula masa yang senantiasa beredar. Menemukan setiap jawaban dari harap. Menghilangkan apa yang dimiliki. Melenyapkan semua yang dikehendaki.

Saat rembulan mulai tenggelam, sinar matahari akan menggantikannya. Begitupun sebaliknya, rembulan akan menempati waktu yang tepat sesuai tugasnya. Semua berjalan silih berganti. Siang menjadi malam, dan malam berganti siang.

Ma Jae Hwa, gadis belia dengan tatapan nanarnya terus memandangi deburan ombak lautan yang terbentang di depan matanya. Seluruh tubuhnya sudah terasa sangat lelah dan dipenuhi luka-luka yang sudah setengah mengering. Air matanya masih merembes keluar, bersama kesakitan yang terus terasa menjengit di ulu hatinya.

Semua telah berubah.

Joseon telah berubah.

Negeri yang selama ini dicintainya telah meninggalkannya seorang diri, membawa Ayah serta Ibunya pergi. Begitupun dengan lelaki yang dipujanya.

'Dia sudah tak ada. Aku sudah membunuhnya.'

Semua telah berubah. Hanya dia yang sama.

Ma Jae Hwa meremas kain di dadanya, merasakan kembali rasa sesak itu. Rasa sesak yang harus dia ingkari dengan susah payah. Bahkan dia sendiri tak kuasa untuk mengendalikannya. Hingga akhirnya rasa yang menyesakkan itu tergantikan oleh sesuatu yang lebih menyakitkan ketika benda tajam menancap di perut sebelah kirinya.

Jleb!

Tanpa tahu siapa pelakunya, tubuh Ma Jae Hwa yang kian melemah itu perlahan limbung dan jatuh begitu saja ke dalam air laut yang sangat dalam itu.

'Aku tak akan minta tolong dan meminta bantuan pada siapapun lagi.'

Ma Jae Hwa tercekat, seluruh saraf di tubuhnya terasa mati rasa seketika. Air laut yang sangat dingin itu kini menembus kulitnya hingga terasa menusuk tulang. Seperti dedaunan kering yang terbawa angin, ia membiarkan tubuhnya dihempas gelombang hingga akhirnya kesadarannya kian menipis.

Eomma..

Abeoji..

Kini aku tahu apa yang terjadi..

Maafkan aku,

Aku ingin tetap hidup..

Aku bersumpah..

A POEM : The Eye ClauseWhere stories live. Discover now