Episode 4 ~ Mencari Teka-Teki

692 171 264
                                    

"Di tempat inilah kisahku digelar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Di tempat inilah kisahku digelar. Aku akan menjadi lakon yang harus indah ditonton."

***

A POEM : The Eye Clause
Episode 4 ~ Mencari Teka-Teki

Setiap butir udara

Yang kita tarik dan hembuskan

Yang membasuh setiap kata yang kita ucapkan

Laksana kasih yang berkisah

Dengan gigil rasa yang dilangitkan asa

Lee Se Ra menyungging senyum tipis kala irisnya membaca satu persatu kalimat yang tetera pada sebuah buku di pangkuannya. Buku kumpulan sajak yang kemarin dia ambil dari lemari, tempat kakaknya menyembunyikan rahasia sejak Se Ra masih kecil.

"Kenapa aku tak pernah tahu buku ini? Padahal seluruh perpustakaan di Hanyang dan Myeongdong sudah kujamah!" Umpatnya merasa sebal sekaligus terkesan dengan buku tersebut.

"Orabeoni benar-benar licik. Dia hanya ingin memiliki buku ini sendirian." Umpatnya lagi.

"Dari semua puisi yang pernah kubaca dan kudengar, baru kali ini aku merasa bisa masuk ke dalam syair dalam buku ini." Katanya menyuarakan antusiasnya sendiri.

"Setiap kata, bait dan kalimat yang terangkai, benar-benar berasal dari hati. Lee Hwa Ui, aku benar-benar ingin bertemu dengannya." Lee Se Ra menjerit kecil. Wajahnya dia tenggelamkan pada buku itu, sedang kakinya bergerak menghentak-hentak, menggoyangkan rumput ilalang di sekitarnya.

Angin berhembus sepoy-sepoy menerbangkan helaian rambut yang sentiasa selalu terurai panjang bergelombang. Tak pernah barang sekalipun dia mengikat, mengepang apalagi menggulung rambutnya. Lee Se Ra hanya memakai jepit atau bandana kain sebagai hiasan tambahan di rambutnya.

"Aku tak akan mengembalikan buku ini. Biarkan saja Orabeoni kebingungan mencarinya." Ucap Lee Se Ra seraya bangkit berdiri dari duduknya.

Sejenak, dia terdiam menerawang. Menikmati setiap inci kulitnya yang tengah ditiup udara sejuk. Hingga dirasa angin tersebut lama-lama bertiup semakin kencang dan menerbangkan pakaian serta rambut panjangnya sampai membuatnya hamoir kehilangan keseimbangan.

"Aaahhh!"

Teriakan itu tiba-tiba tenggelam di dalam dekapan seseorang. Lee Se Ra yang merasakan keanehan saat indera perasanya itu bersentuhan dengan tubuh kekar seseorang langsung mendongak, kemudian menjauhkan diri ketika mengetahui siapa pemilik tubuh itu.

"Woo Shik?" Se Ra memekik kaget.

Si empunya nama pun, Woo Shik berdehem pelan disertai gestur canggung yang sangat kentara.

"Ss-u dah bbe rapa kali aku katakan, eoh? ikat rambutmu!" Omelnya gelagapan sambil menggaruk tengkuknya sendiri yang tak gatal.

"Rambut itu mahkota bagi wanita. Kau harus menjaganya. Ikat atau kepang, kenapa sulit sekali?!"

A POEM : The Eye ClauseWhere stories live. Discover now