Bagian Tiga

3.5K 284 5
                                    

Happy Reading !!!

***

"Ethan harus banyak makannya, ya, biar cepat sembuh," kata Iris yang telaten menyuapi bocah tampan itu. "Nanti kalau udah sembuh Tante ajak jalan-jalan ke pasar malam. Kita naik komedi putar, kincir raksasa, dan masih banyak lagi permainan yang bisa Ethan naiki."

"Tante serius?" tanya bocah itu antusias terlebih ketika Iris memberikan anggukannya. "Uhh sayang banget Ethan sama Tante Iris. Tante selalu paham apa yang Ethan mau. Tante baik selalu ajak Ethan main, gak kayak Papa sama Mama yang selalu sibuk sama pekerjaan. Ethan gak suka!"

"Eh jangan bicara kayak gitu. Papa sama Mama Ethan kerja juga 'kan buat Ethan, biar Ethan bisa beli apa pun yang Ethan mau,"

"Iya, tapi percuma kalau Ethan harus main sendiri. Gak seru Tante!"

Tangan Iris terulur mengusap sayang kepala bocah itu, amat paham dengan perasaan Ethan yang cukup terabaikan dengan kesibukan kedua orang tuanya, terlebih sang mama yang bahkan menelantarkannya karena sebuah mimpi dan cita-cita.

Iris cukup miris sebenarnya, tapi ia juga tidak berhak menyalahkan kedua orang tua bocah itu. Setiap manusia memiliki kesalahan dan setiap manusia memiliki ambisi masing-masing.

Iris hanya berharap bahwa untuk ke depannya Ethan bisa merasakan kasih sayang lebih besar lagi dari kedua orang tuanya, meskipun Agas dan Kalea sudah tidak lagi bersama. Dan Iris harap bahwa Ethan bisa memahami keadaan orang tuanya.

"Nanti biar Tante yang temani Ethan main kalau Mama sama Papa-nya sibuk."

Bocah itu berseru senang sambil memeluk Iris yang duduk di sisi ranjangnya. Hal yang membuat Iris menarik senyum begitu pula Agas yang diam-diam menguping di depan pintu kamar anaknya yang tidak tertutup sempurna.

Agas percaya bahwa dirinya tidak salah memilih. Iris perempuan baik, penyayang dan lembut, sangat cocok untuk menjadi ibu dari anaknya, dan cocok untuk dirinya yang memang mengharapkan sosok seperti Iris. Pengertian juga dewasa meskipun usianya masih cukup muda.

Keluar dari persembunyiannya, Agas melangkah menghampiri dua orang tersayangnya, memberikan kecupan pada sang putra yang masih lahap makan, lalu di pelipis Iris yang masih sabar menyuapi bocah cerewet di depannya.

Meski sedang mengunyah, Ethan masih saja berusaha menceritakan segala hal yang menyenangkan di sekolahnya, padahal sudah berulang kali Iris dan Agas memperingati agar bocah itu tidak bicara ketika makan. Tapi Ethan yang begitu aktif mendekati pecicilan mana bisa diam. Ini saja karena kakinya yang sakit membuat bocah itu diam di tempat tidurnya. Jika tidak, sudah dipastikan bahwa Iris kelelahan mengejar Ethan hanya untuk memberikan suapan makannya.

"Kapan Ethan masuk sekolah, Pa?" tanyanya setelah menceritakan aktivitas di sekolahnya dua hari yang lalu, sebelum insiden jatuhnya terjadi.

"Nanti setelah kaki kamu sembuh. Makanya yang kalem, makan yang banyak, minum obatnya juga, dan yang penting istirahat. Kamu tadi siang bandel loh, malah minta main robot-robotan bukannya tidur,"

Ethan mengacungkan jari tengah dan telunjuknya dengan cengiran polos yang menambah kesan menggemas bocah itu. "Besok Ethan tidur siang. Janji!"

"Ya udah, sekarang kamu habiskan makannya, setelah itu minum obat dan bobo," kembali Iris mengulurkan sendok penuh nasi dan lauknya ke depan mulut Ethan yang langsung di terima baik oleh anak itu.

"Tapi Tante temenin aku bobo 'kan?"

"Iya, nanti Tante temenin," jawab Iris yang di sambut seruan bahagia Ethan.

Pukul setengah sembilan malam, Ethan tidur setelah mendengar dongeng yang Iris bacakan. Dan sekarang perempuan cantik yang masih anteng dengan pakaian kerjanya itu keluar dari kamar Ethan, berniat untuk pulang. Namun baru saja niat itu hendak Iris ucapkan, Agas sudah lebih dulu memintanya untuk menginap.

Hari memang sudah cukup malam dan jujur saja Iris pun sudah lumayan ngantuk, lelah juga karena tadi sempat masak lalu di lanjut menyuapi Ethan yang cukup menguras kesabaran. Dan sepertinya tawaran menginap menjadi pilihan yang bijak untuk Iris terima.

"Kalau gitu aku pinjam kamar mandinya, ya? Badan aku lengket banget," ucap Iris yang memang sudah merasa tak nyaman sejak tadi.

"Gunakan sesuka kamu, sayang," Agas mempersilahkan dengan membuka pintu kamarnya yang memang bersebelahan dengan kamar sang putra.

"Terima kasih," ucap tulus Iris seraya melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar Agas yang luas dan nyaman.

Ini bukan pertama kalinya Iris memasuki kamar pria itu, tapi matanya tidak pernah bosan menyusuri kamar bernuansa hitam dan abu-abu tersebut yang memiliki aroma khas Agas. Membuat Iris selalu merasa betah dan tenang.

Sebelum melangkah ke kamar mandi, Iris lebih dulu membuka lemari besar yang ada di sisi kiri kamar Agas, meraih piyama yang sengaja Agas sediakan khusus untuknya demi berjaga-jaga ketika Iris menginap. Dan ya, ini pun bukan kali pertama Iris tidur di rumah Agas.

Sebelum memiliki status pacaran seperti sekarang ini, Iris sudah beberapa kali menginap karena permintaan Ethan yang ketika sakit memang selalu tidak pernah ingin dirinya tinggalkan. Memang gara-gara Ethan Iris bisa sedekat ini dengan Agas dan keluarganya, karena sejak pertemuan mereka di taman satu tahun lalu, Ethan selalu meminta untuk bertemu dengannya. Ethan bahkan lebih sering datang ke kantor tempat Iris bekerja dari pada kantor ayahnya sendiri. Dan beginilah hubungan mereka sekarang.

Tidak butuh waktu lama untuk Iris menyelesaikan ritual mandinya karena kurang dari tiga puluh menit, perempuan cantik itu sudah kembali menampakkan diri di kamar Agas, yang pemiliknya sudah duduk di sofa panjang yang ada di kamar itu. Agas terlihat sibuk dengan tab di tangannya, membuat Iris mencebik, tahu apa yang tengah dilakukan pria itu.

Apalagi jika bukan bekerja.

Agas memang selalu seperti itu, menomor satukan pekerjaan di atas segalanya. Hal yang tak jarang membuat Iris sebal, tapi tidak berani untuk mencampuri lebih dalam. Biarlah, lagi pula melarang pun belum benar-benar menjadi tugasnya.

"Jangan tidur terlalu malam, Mas." Itu yang selalu Iris ucapkan untuk Agas ketika dirinya menginap di rumah pria itu. Setelahnya Iris akan membaringkan tubuhnya di ranjang dan siap menjemput mimpi. Jangan berpikir macam-macam dulu! Meskipun Iris selalu tidur di kamar Agas ketika menginap, Iris masih menyandang gelar perawan. Agas tidak seberani itu untuk membobol gawangnya, paling-paling hanya ciuman yang mereka lakukan sebelum menyambut mimpi. Dan biasanya Agas akan tidur di sofa yang masih ada di kamarnya. Membiarkan Iris menempati ranjang.

***

See you next part !!!

Kesayangan DudaWhere stories live. Discover now