Bagian dua

4.2K 316 5
                                    

Selamat Membaca !!

***

Sore, sepulang kerja Iris langsung mendatangi rumah Agas untuk menjenguk Ethan yang sudah pulang dari rumah sakit. Tadi sebenarnya Agas sudah menawarkan diri untuk menjemput, tapi Iris menolak dan memilih menggunakan taksi.

Iris tidak mau pria itu meninggalkan anaknya yang sudah pasti membutuhkan sosok Agas, apalagi dalam keadaan seperti ini. Lagi pula jarak tempatnya bekerja dengan rumah Agas tidak terlalu jauh. Kurang dari satu jam, Iris sudah tiba di pekarangan rumah besar milik Agas yang satu tahun belakangan ini sudah sering Iris singgahi. Ia sudah tidak sungkan lagi karena Agas pun membebaskannya. Jadi begitu selesai membayar taksi yang mengantarnya, Iris langsung masuk ke dalam rumah dan berjalan cepat menuju kamar Ethan yang berada di lantai atas. Ia sudah tidak sabar bertemu bocah tampan nan menggemaskan itu. Apalagi ia memiliki hadiah untuk Ethan.

Namun langkah Iris terhenti di depan kamar Ethan yang pintunya sedikit terbuka begitu inderanya mendengar tidak hanya suara Ethan dan Agas yang ada di dalam sana, melainkan ada suara lain yang sudah cukup dikenalnya. Tidak ingin mengganggu dan mengacaukan kebahagiaan Ethan, Iris memilih untuk kembali turun dan menunggu di ruang tamu. Memainkan ponselnya dengan menjelajah sosial media yang dirinya miliki sampai tak lama kemudian kehadiran Agas mengejutkannya

“Kok duduk di sini bukannya langsung naik ke atas, Ethan udah nunggu kamu loh dari tadi,” Agas mendudukkan diri di samping Iris, lalu mendekatkan kepala perempuan itu untuk ia jatuhi kecupan di kening, kebiasaan Agas ketika bertemu dengan gadisnya.

“Udah naik, tapi aku dengar ada suara Mbak Kalea, jadi aku turun lagi. Takut ganggu dan malah buat Mama-nya Ethan gak nyaman.” Bagaimanapun Iris tahu bahwa beberapa bulan belakangan ini mantan istri Agas berusaha mendekatkan diri dengan anaknya setelah sekian tahun mengabaikan Ethan karena harus mengejar cita-cita dan mimpinya menjadi bintang. Alasan yang membuat Agas menduda selama hampir lima tahun ini.

Dari mana Iris tahu? Agas sendiri yang menceritakan itu tanpa diminta. Dan Iris tentu saja menghargai kejujuran Agas. Lagi pula saat cerita itu mengalir, Iris dan Agas belum memiliki status ini.

“Bukan karena kamu yang cemburu?” Agas menusuk-nusuk pipi berisi Iris, menggoda perempuan itu yang kini mengerucutkan bibirnya sebelum melayangkan pukulan kecil pada dada bidang Agas yang berada di depannya.

“Gak usah ngaco! Aku sama sekali gak cemburu, ya, yang ada nanti Mbak Kalea yang cemburu sama aku karena Ethan dan kamu lebih dekat sama aku. Aku gak mau nanti dia merasa gak nyaman. Bagaimanapun niat Mbak Kalea baik, mau menebus kesalahannya sama Ethan,” jelas Iris panjang lebar.

“Gimana kalau dia juga berniat menebus kesalahannya kepadaku?”

“Ya gak masalah, itu lebih baik dari pada kalian musuhan. Lagi pula aku masih bisa cari pria lain kalau memang Mas sama Mbak Kalea mau rujuk,” kalimat itu berhasil mengundang tatapan tak suka Agas, membuat Iris menelan payah salivanya seraya merutuki diri dalam hati.

“Jangan salah paham dulu, Mas. A—aku cuma realistis aja. Aku gak mau memaksakan seseorang yang tidak menginginkanku. Ja—jadi kalau sekiranya Mas sama Mbak Kalea masih memiliki rasa yang sama, ya, aku mundur. Aku gak akan menghalangi kebahagiaan kalian,” lanjut Iris sebelum Agas semakin marah karena salah paham.

Tapi memang benar, Iris tidak akan memaksakan kehendak jika seandainya kedua orang tua Ethan berniat untuk rujuk demi kebahagiaan Ethan, atau karena rasa yang masih bersambut. Namun meski begitu Iris tidak akan begitu saja mengalah. Ia sudah terlanjur jatuh hati pada Agas, jadi sebisa mungkin dirinya akan memperjuangkan Agas. Tapi jika usahanya suatu saat nanti tidak juga berbuah manis, barulah Iris akan mundur tanpa mau menyimpan dendam.

“Dengar, aku sudah tidak memiliki perasaan itu untuk Kalea. Aku tahu dia ibu dari anakku, tapi tidak membuatku ingin kembali meskipun sadar bahwa pernikahan yang kami jalani dulu bukan atas dasar sebuah paksaan. Tapi, Ris, aku bersumpah bahwa semenjak hadirnya kamu rasa yang kumiliki dulu sudah tergantikan dengan kamu. Cuma kamu yang sekarang merajai hatiku!”

Iris mengulas senyum lebar, terharu dengan apa yang pria di depannya itu katakan. Iris percaya dan ia akan terus percaya juga akan berusaha mempertahankan hubungannya dengan Agas meski sosok Kalea bisa saja menjadi ancaman.

“Terima kasih sudah mencintaiku,” ucap tulus Iris seraya memberi kecupan seringan kapas di bibir duda kesayangannya.

“Aku yang seharusnya berterima kasih sama kamu. Terima kasih mau menerima aku yang tak lagi muda seperti kamu.”

“Gak masalah, aku suka kok Papa muda,” jawab Iris seraya mengedipkan sebelah matanya, menggoda pria tampan di depannya, setelah itu Iris bangkit dan melarikan diri sebelum Agas balas menggodanya. Iris selalu tidak tahan dengan godaan papa muda satu anak itu. Agas terlalu berbahaya untuk jantungnya yang lemah jika berurusan dengan duda satu itu.

Agas yang melihat kepergian Iris hanya menggelengkan kepala, sebelum kemudian menyusul perempuan itu yang berlari menuju dapur.

***

See you next part!!

Kesayangan DudaWhere stories live. Discover now