(40). ONLY

353 57 19
                                    


*Di rekomendasikan untuk mendengarkan lagu Leehi ONLY ketika membaca chapter ini*

⚠Hati-hati Typo⚠
Happy Reading



















Sebulan tepatnya persiapan pernikahan Jaeden sama Wendy di lakuin. Wendy banyak ngehire orang-orang penting dan kompeten dengan kualitas terbaik selama persiapan moment sekali seumur hidupnya itu.

Meski keliatan glamour dan hidup mewah Wendy sama sekali gak mempermasalahkan kok soal dekorasi, Wendy gak punya konsep pernikahan impian, karena satu-satunya mimpi pernikahannya adalah Jaeden, menikah sama Jaeden adalah satu-satunya mimpi yang akhirnya jadi kenyataan.

Meski semua kebutuhan pernikahannya kebilang mahal karena Wendy gak mau gagal walaupun sederhana, tapi sebagai cowok hampir 99% biaya tentu aja dari Jaeden. Meski keliatan miskin dan gembel gitu-gitu tabungan Jaeden 0-nya banyak kok, mampulah kalo cuma bayar biaya pernikahan.

Ada sebuah kesedihan yang Wendy rasain di hari bahagianya, yaitu kesendirian yang baru Wendy rasain di detik-detik menjelang pernikahannya. Tanpa keluarga, tanpa kerabat, bener-bener pernikahan yang dia jalanin sendiri. Cuma ada Bi Min yang setia nemenin Wendy menjelang hari pentingnya.

Wendy natap pantulan cermin di depannya, make up yang udah keulas seapik mungkin, tatanan rambut yang di atur sedemikian rupa bikin Wendy keliatan jauh lebih bersinar. Meski sederhana tapi kesan seorang Wendy yang merupakan sosok terkenal dan berwibawa gak bisa di tutupin gitu aja.

"Ndy, kamu cantik banget," kata Def, seorang make up artist yang nanganin penampilannya kali itu.

"Aku selalu kaya gini setiap hari Kak," kelakar Wendy dengan senyum yang di pajang setulus mungkin, perempuan itu sibuk nyembunyiin rasa sedihnya biar auranya gak ikutan jelek.

Def ngusap pundak Wendy pelan, "it's okay, everythings will be okay," kata Def dengan sendunya. Di gituin bukannya Wendy ngerasa lebih baik dia malah makin sedih, "mending kita ganti baju, gaunnya udah siap. Clarissa! Kesini, temenin Kak Wendy ganti baju," panggil Def ke salah satu pegawainya.

Wendy ngekor seorang perempuan yang lebih muda dari dia itu ke ruang ganti. Berkali-kali Wendy minta pelan-pelan buat naikin resletting gaun model mermaidnya itu karena takut bayinya kenapa-kenapa, padahal udah jelas pas fitting gaun yang dia pake itu jenis bahannya lentur dan gak bikin sesak. Tapi tetep aja naluri seorang ibu gak bisa dia kendaliin.

"Udah, Kak," kata Clarissa seudah berhasil naikkin resletting gaun perempuan itu.

Wendy natap pantulan dirinya di cermin full body kali itu. Tanpa sadar air mata Wendy luruh gitu aja setelah ngeliat gimana cantiknya gaun yang dia pake, gaun warna putih gading ngebungkus apik badannya yang udah mulai berisi.

"Kakak keliatan cantik banget," kata Clarissa sambil ngusap pundak Wendy.

"Y-ya, i'm so stunning," kata Wendy dengan suara paraunya.

"Kak, jangan nangis nanti make upnya luntur," Clarissa nyerahin sekotak tisu ke Wendy yang di ambil sama perempuan itu dan ngusap matanya pelan.

"Oh no, i cant stop crying," Wendy nundukkin kepalanya dan terus nangis sesenggukkan.

Clarissa jadi ikutan nangis karena gak kuat ngeliat Wendy sesedih itu. Mereka sama-sama perempuan dan rasanya menikah tanpa kehadiran orangtua pastinya adalah hal yang paling menyedihkan yang di alamin perempuan manapun di dunia. Jelas Clarissa bisa ngerasain hal serupa.

"A-ayo keluar, Kak, udah ada yang nunggu di depan."

Wendy ngangguk dengan langkah pelan dan mata merahnya Wendy masih gak bisa nahan kesedihannya.

Jurnalis J ( Jae x Wendy ) ✔Where stories live. Discover now