"Ya terus? "

"Bingung, mau cari kerja."

"kerja? Ngapain kamu cari kerja?" tanya Haba.

Nazira lalu menceritakan semua, dia memang selalu curhat kepada Haba, begitu juga sebaliknya.

"Lo mau cari kerja? Pas banget gue ada lowongan pekerjaan buat lo." Sambar Elang tiba-tiba.

"Apa?" tanya mereka bersamaan.

"Bantu jagain bayi."

"Hah?" Haba terkejut, sedangkan Nazira hanya diam, mungkin ia mengira Elang sedang bercanda.

"Iya jagain bayi, temen gue lagi butuh orang buat bantu dia jagain adiknya, kerjanya gampang kok, lo tinggal dateng aja sepulang sekolah terus jagain adeknya, sebelum magrib lo udah pulang, gimana minat gak?"

"Kamu serius? " tanya Haba memastikan

"Gajinya berapa?" Tanya Haba lagi.

"Gue serius, bentar gue chat dia." Elang lalu mengutak-atik hp-nya.

"Gajinya lima juta sebulan, lumayan kan kerjanya enggak berat-berat amat sebentar lagi."

"Gimana Ra, lo minat?"

"Itu sih lumayan banget Ra, jarang-jarang ada yang nawarin kerja gitu." Ujar Haba.

"Emmm...aku tanya Ummi dulu ya nanti, boleh pergi apa enggak."

"Santai Ra, kalo emang Ummi lo boleh lo bisa kerja hari ini juga, nanti gue shareloc alamatnya, lo bisa dateng." Ucap Elang.

Nazira mengangguk sembari tersenyum, Allah begitu baik padanya, ia harus secepatnya izin kepada Ummi. Bel pulang sekolah berbunyi, Nazira menatap jendela angkot dengan titik-titik air disana, matanya melihat satu-satu air yang menggenang, pikirannya kini tak lagi cemas, semoga pekerjaan yang ditawarkan Elang bisa mencukupi kebutuhannya, gerbang pesantren terbuka, Nazira segera berjalan menuju rumah Ummi sekalian memberikan obat yang dipesan tadi. Ia mengetuk pintu sambil mengucap salam, pintu terbuka menampilkan Ummi yang mengenakan atasan mukena, mungkin habis tadarusan bersama santri-santri yang masih kecil, ia mencium tangan Ummi lalu duduk di teras.

"Gimana sekolahnya Ra?" tanya Ummi.

"Alhamdhulillah Mi lancar, Ummi habis tadarusan?"

"Iya, tadi sama anak-anak baru, tadi juga ada ustadz Akbar kesini katanya mau nyampein orangtuanya tidak jadi datang kesini dalam waktu dekat, soalnya mau nemenin Neneknya umroh karna sudah sepuh." jelas Ummi.

"Iya Mi."

"Oh iya Zira, tadi juga ustadz Akbar bawa anak bayi baru, orangtuanya meninggal karna sakit, gak punya keluarga lagi selain Neneknya yang juga udah sepuh dan baru meninggal kemarin, Neneknya udah pesan ke pak RT sebelum meninggal supaya dititipkan ke ustadz Akbar karena katanya gak boleh kalo ditaruh di panti asuhan."

"Terus sama Ustadz Akbar gimana Mi?"

"Bayinya dititipkan disini untuk sementara waktu, karena neneknya minta cucunya dititipkan ke Ustadz Akbar supaya cucunya nanti bisa di ajar dan didik di pesantren ini."

"Nama bayinya siapa Mi?"

"Sama Ustadz Akbar dikasih nama Humaira Habeeba Najma."

"Bagus ya Mi namanya, nanti tasyakurannya gimana Mi, terus keperluannya?"

"Semua akan diurus ustadz Akbar dan keluarganya, tadi juga ustadz Akbar bilang ke Abah rencana mau mengadopsi Humaira tapi nunggu nikah dulu."

"Kamu mau lihat Humaira gak? Ayo Ummi lihatin ke dalem, cantik banget lho Ra." Ajak Ummi lalu menuntun Nazira melihat bayi cantik dengan kulit putih bersih, hidung kecil mancung dan pipi kemerahan, mungkin itu alasan ustadz Akbar memberinya nama Humaira.

DEVANO YOUNG FATHER | RevisiWhere stories live. Discover now